Klo mo resign ya resign aja, mukanya tulung dikondisikan ga usah kaya gitu kali, tante liatnya jadi pengen nabok Nita nih #Lahhh 😆😆😂
Ryo POV
Aku menghela nafas panjang ketika melihat Jasmine masuk ke dalam SUV ku dan langsung memutar tubuhnya menghadapku walaupun kepalanya melongok melihat ke arah Carlo yang sudah memasuki mobilnya juga.
"Dihhh, amit-amit deh" Jasmine bergidik berkali-kali.
"Penawaran saya udah kadaluarsa" Kataku pelan lalu menyalakan mesin mobil, tidak memperdulikan kenapa dirinya bergidik dan berkata demikian.
Sebenarnya aku tahu apa penyebabnya, aku pun merasakan hal yang sama ketika mbak Niken mendesakku, kami berdua mengalami hal yang hampir serupa, menerima perlakuan agresif dari orang-orang yang tidak mengenal kata penolakan. Entah otaknya terbuat dari apa.
"Ha?" Jasmine menoleh dengan wajah kaget.
Aku yakin dia mendengar perkataanku.
"Penawaran saya udah kadaluarsa" Ulangku lagi masih dengan suara pelan.
"Ya kalo kadaluarsa kan bisa dibikin lagi" Katanya cepat.
Aku menghela nafas lagi.
"Percuma... Kamu bisa keluar sekarang? Saya mau pulang" Kataku pelan. Aku sudah tidak bersemangat lagi sejak mendengar desas-desus yang mengatakan aku gay beredar semakin luas.
Untuk apalagi penawaran itu dibuat ulang, semua sudah terjadi, keadaan di kantor semakin heboh dengan berita yang ada, lebih heboh dari berita Jasmine yang hamil dan meminta pertanggungjawabanku.
Entah apa salahku masuk ke perusahaan ini, kenapa terlalu banyak kejadian yang tidak masuk akal menimpa diriku.
Tanganku memakai seat belt, Jasmine bergeming di sebelahku.
"Elu gak usah kasih imbal balik, gue gak perlu uang yang elu tawarin, kita pura-pura pacaran, anggap aja ini bentuk rasa bersalah gue"
Tanganku mengusap wajahku pelan. Mengernyit bingung mendengar kata-kata "Bentuk rasa bersalah gue" nya.
"Saya udah gak perduli lagi, lagian saya gak bakalan lama kerja di sini" Sahutku lalu menunduk, mengambil keputusan yang mestinya tidak aku ambil, seharusnya aku tidak terpengaruh dengan gosip-gosip yang menjadi bumbu topik hangat para karyawan.
Yang aku heran kenapa hanya di kantor ini saja rasa ingin tahu karyawan-karyawannya itu sangat besar dan gemar bergosip.
Aku bisa saja bersikap profesional, hanya saja lingkungan dan rekan kerja tidak mendukung, awalnya aku sudah merasa nyaman bekerja di sini, tetapi...
Ahh sudahlah, seperti yang sering aku bilang, terlalu banyak drama di kantor ini.
"Lu berencana mau keluar dari sini?" Tanyanya tidak percaya.
Pegangan tanganku di kemudi mengerat sampai buku-buku tanganku memutih.
"Cuma karena begitu doang?" Tanyanya lagi.
"Begitu doang itu sangat berefek buat saya Jasmine, pertama gosip soal pertanggungjawaban saya karena orang-orang menelan perkataan Nita mentah-mentah, sekarang gosip soal saya gay" Kataku setelah menghela nafas panjang. Tanganku memijit pangkal hidungku, kepalaku tiba-tiba terasa berat.
"Besok-besok gak tau gosip apalagi yang menimpa saya" Keluhku lalu mengusap wajahku frustasi.
Usapan pelan di pundak kurasakan, aku menoleh ke samping melihat telapak tangan Jasmine yang masih berada di pundakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Love
HumorBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/10/18 - 20/2/19