Ryo: "Jadi gini ceritanya, saya ga jadi di elap2 sama neng mimin karena saya nya tegang mulu, kalian ngertilah klo tegang itu bijimana, kan kasian klo neng mimin sampe kaget pas gantiin celana dalam saya 😅"
Kira2 gitu lah penjabaran Ryo dari photo di atas 😆
Jasmine POV
Aku masih saja terkekeh apabila mengingat kejadian di apartemen Ryo, padahal kejadian itu sudah 3 hari berlalu. Terkekeh karena mengingat wajah kaget Ryo setelah tersedak mendengar perkataanku yang menggodanya untuk mengelap-elap tubuhnya, terkekeh mengingat wajah Nita yang sangat kepo ingin tahu bagaimana caraku mengelap-elap lalu meniduri Ryo dan terkekeh mengingat mbak Niken meninggalkan kami dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal.
Apa yang terjadi kemarin memang berbeda dari rencana awal, tetapi sepertinya sukses juga membuat mereka berpikir kalau kami berpacaran.
Kenapa aku berpikiran sukses? Karena aku mendapatkan laporan dari Ryo yang sudah mulai masuk kerja sejak kemarin dan dia bilang mbak Niken menjaga jarak sampai sekarang, ok, menurutku itu kabar bagus.
Tapi, ada sesuatu yang masih sangat menggangguku.
"Nita, apaan sih?!" Bentakku ketika menerima timpukan paper clip darinya karena mengenai sisi samping rambutku.
Perempuan itu hanya terkekeh tanpa menunjukkan wajah bersalah seperti biasa, kursinya bergerak mendekatiku. Ini nih gangguan yang aku bilang barusan. Si kepo Nita.
"Kasih tau dong yang kemarin itu" Katanya pelan begitu sampai di sampingku.
Nita sampai sekarang masih saja ingin tahu caranya aku mengelap-ngelap Ryo.
"No way! Elu udah jahat sama gue, bersekutu sama mbak Niken, huh!" Aku menggeleng cepat, pura-pura masih kesal karena pengkhianatan yang di lakukan olehnya.
"Miminnnn... gitu deh, temen gue kan elu doang, mbak Niken itu teman sekepoan aja, lagian ya ternyata dia itu orangnya gak seasik yang gue kira" Nita menarik-narik lenganku dengan bibir bawahnya mencibir.
Rasa ingin tahuku terbit mendengar perkataan Nita, tetapi aku berusaha untuk tidak memperlihatkannya. Kenapa Nita bisa mengira mbak Niken tidak asik?
Aku pura-pura kembali sibuk mengetik membalas email customer. Biasanya ketidakacuhanku ini malah menyebabkan Nita membeberkan segala sesuatunya kepadaku tanpa aku korek-korek, seperti yang tempo hari itu.
"Mbak Niken itu ya, apa-apa yang di omongin Ryoooo terus, kaya gak ada obrolan lain aja, apa-apa nanyain eh kira-kira Ryo suka sama Ine itu karena apa ya? Ryo itu mah cocoknya sama perempuan dewasa macam aku gini dia gak cocok sama Ine"
Betul kan kataku, taktik yang aku lakukan membuat Nita mulai berceloteh dengan sendirinya.
"Terus pas gue tanggepin omongannya gue bilang, mungkin Ryo suka yang gadis bukan janda mbak, eh mbak Niken gak ngajak-ngajak gue ngomong lagi sampe sekarang, gak asik kan, salah gue apa coba"
Aku terkekeh.
Salah elu tuh terlalu polos Nitaaa, ini perempuan emang juara bener buat ngeselin orang tanpa rasa bersalah dengan ucapan yang keluar dari mulutnya.
"Gue sih bodo amat ya di diemin mbak Niken, gak penting juga" Lanjutnya lagi.
"Terus kalo gue yang ngediemin elu gimana Nit? Gue kan sering banget ngediemin elu gitu" Tanyaku.
Nita mengedikkan bahunya.
"Elu ngediemin gue beda Min" Jawabnya.
"Beda gimana? Gue kan seringan jahat sama elu, emang elu gak sadar kalo gue selama ini manfaatin elu?" Aku masih kepikiran perkataannya tempo hari itu soal dirinya yang tiap hari di transfer sekian puluh juta oleh orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Love
HumorBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/10/18 - 20/2/19