23. status (?)

18.6K 2K 249
                                    

Klo pasang mulmed si Mimin tante no komen, detse ga bisa tante bully, kelewat cakep 😂😅 ntar klo tante kualat jadi ikutan cakep kan berabe 😆

Jasmine POV

Kalau kalian pikir sebuah ciuman dapat mengubah segalanya, kalian salah. Ciuman kemarin itu bukanlah pertanda kalau kami menjadi sepasang kekasih sungguhan.

Ryo mengantarkanku pulang dan selama di perjalanan sampai aku turun dari mobilnya kami tidak mengeluarkan kata apa-apa. Dia memang seorang gentleman, membukakan pintu penumpang untukku, mengantarkanku sampai pintu lift apartemenku menutup di depan matanya, tetapi itu semua tetap tidak mempengaruhi soal status kami.

Sampai saat ini pun sekeluarnya kami dari mobilnya dan sekarang berada di lift menuju lantai kantor kami berada, tidak ada suara yang tercipta di antara kami, lagi-lagi keheningan.

Yang aku rasakan keadaan malah jadi aneh di antara kami berdua.

Ryo meraih tanganku lalu telapak tangannya turun dan menautkan jemari kami begitu pintu lift terbuka di lantai kantor. Caranya menggenggam tanganku sudah tidak secanggung waktu pertama kali menggandeng tanganku dulu.

Degupan jantungku rasanya terdengar jelas karena memoriku kembali menyetel ulang ciuman kami kemarin yang sukses membuatku lemas dan wajah memerah.

Tetapi sepertinya hal itu tidak berefek apa-apa pada pria yang sekarang meremas telapak tanganku pelan.

Wajahnya datar tanpa ekspresi, senyum tipis atau ringisan atau kerutan kecil pun tidak terlihat menggores wajahnya, lempeng selempeng lempengnya.

Ryo mengantarku sampai ke depan ruanganku. Kami berdiri berhadapan. Terdiam beberapa detik tanpa melakukan apa-apa, hanya saling menatap.
Terus sekarang mau ngapain nih? Diam mematung sampai jam pulang kantor?

Tautan telapak tangan kami terlepas. Ryo menaikkan tali tas kerjanya sedikit ke atas pundaknya.

"Nanti makan siang bareng ya, saya jemput kamu" Katanya sebelum tubuhnya memutar dan melangkah meninggalkanku yang masih berdiri dan menatap punggungnya sampai menghilang di belokan.

Aku menghela nafas lewat mulut.

Jantung udah berdegup kencang gak karuan, di kirain ada ciuman ulangan atau ciuman singkat, tahunya cuma harapanku saja.

Aku memutar tubuhku dan menghentikan langkah karena melihat mbak Niken yang berdiri pas di depan pintu ruangan kami.

"Kalian pacaran lagi?" Tanyanya dengan nada suara tidak percaya.

"Mbak Niken belum dengar berita apa-apa dari Nita?" Aku malah balik bertanya, tidak mungkin juga berita soal kami yang berciuman di dalam ruangan pagi ini belum tersebar.

Apa yang terjadi dengan si penyebar berita?

Aku melewatinya tanpa perlu menunggu jawaban darinya.

Kulihat Nita yang sedang asik mengunyah irisan timun lalu tersenyum penuh arti kepadaku.

"Kemarin lanjut cipak cipok cupang lagi gak di mobil?" Tanyanya begitu aku mendaratkan bokongku ke atas kursi.

"Kepooo" Sahutku lalu menyalakan komputer.

"Nama tengah gue tuh hehehe... gue udah liat secara langsung kalian ciuman dua kali lho, kalo sampe tiga kali, gue ngambil hadiah piring di mana ya?" Nita menggeser kursinya mendekatiku.

Aku terkekeh geli mendengar perkataannya. Ciuman kedua memang tidak direncanakan untuk di lihat olehnya, lain dengan ciuman pertama kami di parkiran basement kantor.

Ciuman yang kedua rasanya berbeda dari ciuman pertama, kalian tahu kan apa perbedaannya? Aku merasakan sesuatu yang keras menusuk perutku, sampai kaget dibuatnya.

"Rasanya bibir penuh Ryo itu gimana Min?" Lanjutnya lagi.

Aku mendelik menoleh ke arah Nita.

Perempuan itu menopang dagunya dengan satu tangan, matanya menerawang. Sepertinya aku bisa membaca pikirannya saat ini.

Baru aku sadari kenapa Nita belakangan ini berubah sedikit mesum ya?

Tanganku menepuk keningnya pelan.

"Mikirin apa lu?" Pertanyaanku membuat Nita cengengesan.

"Dosa gak sih ngayal ciuman sama pacar orang?" Nita balik bertanya dan kembali menerawang.

"Nita ih, amit-amit deh lu" Kataku pelan, lalu mengedarkan pandanganku ke kubikel depan, ternyata mas Yudi belum datang, berarti hanya Nita dan mbak Niken berdua saja dari tadi, tapi kenapa...

"Gak dosa ya, Ryo kan bukan suami elu, kalo gue mengkhayal ciuman sama dia, ngemut bibir penuhnya, grepe-grepe remes bokongnya yang tipis ahh gak dosa lah yaaa" Apa yang keluar dari mulutnya membuatku menggeleng-gelengkan kepala.

"Hehhh, coba khayalan elu pake visual orang lain, orang yang elu pake buat khayalan mesum mungkin sampe bikin celana dalam lu basah, pacarnya tepat di samping elu nih" Sahutku, rasanya sedikit tidak rela berbagi kenikmatan melumat bibir penuh Ryo dengan Nita walaupun hanya dalam khayalan saja.

Kulihat Nita mengedikkan kedua bahunya.

"Gak asik lu Min, belom jadi istrinya aja udah ketauan gak mau di poligamiin..."

"Apaan sih lu Nit, eh, gue mau nanya sama elu" Potongku cepat sebelum aku lupa menanyakan hal ini kepadanya.

"Semakin hari semakin terlihat nyata kalo gue itu menularkan kekepoan gue ke elu ya" Nita memperlihatkan cengiran lebar di wajahnya.

Bodo amatlah sama pikiran Nita tentangku, aku hanya menanyakan sesuatu hal yang menurutku sangat-sangat perlu ku ketahui.

"Dari tadi elu beduaan sama mbak Niken..."

Nita mengangguk sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

"Ada sedikit keanehan nih, pagi ini gue belum dengar soal ciuman kemarin, elu baik-baik aja kan Nit?" Tanyaku lalu meraba keningnya.

Nita menatapku bingung dan menepis tanganku.

"Apaan sih? Emang gue sakit" Jawabnya cepat.

Aku lupa berbicara dengan siapa, Nita pasti tidak menangkap perkataanku.

"Kejadian kemarin yang gue ciuman sama Ryo, kok tumben seisi kantor pagi ini gak heboh ngomongin itu? Elu gak nyebarin?" Tanyaku setelah terdiam beberapa saat mencari kata-kata yang sekiranya bisa di tangkap dan di cerna olehnya.

Nita meringis.

"Gue capek Min, status elu sama Ryo berubah-ubah mulu, yang ada gue nanti di omelin sama orang-orang lagi kaya kemarin, tega lu gue di omelin orang?"

Pengen jawab tega, gak tega juga, ternyata itu alasannya kenapa pagi ini tidak ada kehebohan seperti biasanya kalau ada yang terjadi pada aku dan Ryo, pantas saja mbak Niken tadi terlihat kaget.

"Jadi gimana rasa bibir penuhnya Ryo, Min?" Nita kembali mengulang pertanyaannya.

"Kepo banget sih Nit" Jawabku.

"Kalo elu gak ngasih tau, jangan sampe gue nanyain langsung ke orangnya nih, atau nyobain biar gak kepo"

"Awas aja kalo berani, nih buat elu" Kataku sambil memperlihatkan kepalan tanganku ke depan wajahnya.

"Elahhh pacar posesip" Nita meringis.

Aku tahu dia menggodaku, tetapi rasanya tidak rela membagi Ryo, walaupun status kami sekarang ini tidak jelas, masih buram.

Apa yang harus aku lakukan ya? Kalau menanyakan langsung, takut di kira apaan, kalau diam aja, tapi harus di tanyain biar statusnya jelas, pikirku galau.

Ku dengar suara kursi Nita bergesae kembali ke tempatnya.

Aku terdiam, apa nanti siang pas makan aku tanyain ya?

Tbc

Tanyain aja Min, klo soal status tuh musti jelas biar kesannya gak kek di php'in, udah banyak korban php, jgn nambahim lagi 😆

Guilty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang