Pusing yakkk mikirin too much drama in your office 😅😆 mending pindah kerja di kantor tante, Ryo, bukan drama lagi, tapi pelem 😂
Jasmine POV
Keheningan yang tercipta di ruangan ini sejak kemarin membuatku jengah, entahlah apakah mbak Niken akhirnya mengetahui apa yang terjadi kemarin atau tidak.
Aku melirik Nita yang terlihat fokus mengetik, sepertinya Nita menyadari kali ini dia bersalah. Sejak kemarin pulang sampai saat ini Nita bungkam.
Tanganku meraih tumblr kosong yang harus ku bersihkan lalu beranjak ke arah pantry.
"Halo Jasmine" Sapaan Carlo di ruang pantry menyambutku.
Aku tersenyum tipis ke arahnya.
"Mau bikin kopi ya?" Tanyanya berbasa-basi melihat tanganku menenteng tumblr berwarna hitam.
Aku menggeleng.
"Gak, tadi pagi udah, ini mau nyuci tumblrnya aja" Jawabku lalu melewati tubuh besarnya ke arah wastafel.
Aku menyadari Carlo belum meninggalkan ruang pantry ini karena tidak mendengar suara langkah di belakangku.
Benar saja, ketika aku berbalik kulihat Carlo duduk di atas bangku bar sambil memperlihatkan cengiran ke arahku.
"Hehehe" Kekehnya.
Jengah sudah pasti, tatapan matanya seakan mengulitiku, terkadang aku memang menyadari tatapan matanya itu terlalu jelalatan melihatku. Berbeda dengan tatapan mata Ryo yang hanya terpaku di satu tempat bagian tubuhku lalu akhirnya menunduk atau membuang muka ke arah lain.
Berbeda sekali dengan tatapan mata dari manusia berambut plontos di depanku ini.
"Ine, boleh nanya gak?"
Pertanyaannya membuat aktivitasku mengelap sisa-sisa air di tumblr memakai tisu terhenti.
Alisku bertaut menatapnya.
"Kamu udah punya pacar?" Tanyanya langsung. Cengiran kembali terbit di wajahnya.
Tanganku yang tadinya ingin bersedekap aku urungkan, Carlo pasti menyukai pemandangan yang akan dia dapatkan seperti Ryo yang sering kali tertegun melihatku.
"Pertanyaan yang gak musti gue jawab" Kataku lalu melanjutkan mengelap tumblrku.
"Kayanya sih belum punya pacar ya, bertahun-tahun kita kerja di sini, gue belum pernah liat elu di jemput cowok gitu"
"Bukan urusan elu" Sahutku rada ketus menanggapi perkataannya.
Jelas saja bukan urusannya, dan lagi perkataannya itu sudah melewati batas privasiku.
Carlo berdeham.
"Ya memang bukan urusan gue sih, tapi gue ini bukan lelaki PHP kaya mas Yudi, gue orangnya lebih blak-blakan, kalo suka sama perempuan langsung gue utarakan" Katanya kemudian.
Sebelah alisku terangkat mendengar perkataannya, aku memasang wajah datar tidak berminat.
Aku tahu arah pembicaraannya akan berakhir seperti apa, lebih baik tidak membiarkan Carlo mengungkapkannya secara gamblang.
"Sori gue balik duluan" Kataku lalu melangkah ke arah pintu pantry.
Bergidik ngeri kalau sampai mendengar Carlo menyatakan perasaannya kepadaku. Bukannya aku tidak menyukai pria bertubuh tinggi besar sepertinya, aku tidak menyukai tatapannya yang terkadang memuja tetapi lebih banyakan tatapan jelalatan seperti yang tadi aku bilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Love
HumorBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/10/18 - 20/2/19