25. nah lho

16.7K 1.9K 277
                                    

Gino alias gigi nongol 😆😂
Enak klo ngebully Ryo, tante gak ada beban 😅

Ehh maaf Ryo, semoga tante ga kena dilaporin gegara body shaming 🙈

Jasmine POV

"Kalo gak bisa makan siang bareng, kalian kan bisa makan malam bareng"

Alisku bertaut mendengar perkataan Nita begitu melangkah masuk ke dalam ruang kerja kami dengan tangan penuh tas belanjaan.

Iya ya bener juga, kadang-kadang Nita gak se'oon yang aku kira. Kalau di pikir-pikir, beberapa hari belakangan ini Nita lebih sering berkata banyak benarnya sedangkan aku lebih banyak berpikiran sempit kalau soal Ryo.

Duh, amit-amit jangan sampai otakku dan otak Nita tertukar.

"Mending elu coba kirim pesan ke Ryo bilang gitu aja"

Tak butuh waktu lama tanganku langsung merogoh kantung celana dengan susah payah untuk mengambil handphone mengikuti saran dari Nita.

"Tolong pegangin barang belanjaan gue Nit, taroh di deket meja gue juga gak apa-apa, makasih lho ya udah ngejajanin gue lagi" Kataku sambil menyerahkan semua kantung belanjaanku kepadanya dengan santai. Udah di belanjain banyak barang, nyuruh-nyuruh Nita lagi, kurang songong gimana lagi coba aku ini jadi teman yang di anggapnya paling pengertian versinya.

Dengan sigap Nita mengambil alih semua kantung belanjaanku ke tangannya. Aku tersenyum lebar ke arahnya sebelum melangkah keluar ruangan berniat lebih baik menelpon Ryo dari pada sekedar mengirimkan pesan kepadanya di ruang pantry karena lebih private.

Tanganku membuka pegangan pintu pantry dan menutupnya kembali lalu melangkah, mengambil duduk dengan hati harap-harap cemas menunggu sambungan teleponku di jawab oleh Ryo.

"Ya halo" Terdengar suara Ryo, aku tidak tahu secara pasti keberadaannya kini, apakah dia masih ada di ruangannya sedang mengerjakan desain yang di minta mbak Niken atau sudah selesai dan sekarang sedang makan siang.

"Elu di mana?" Tanyaku pelan, tanganku mengusap-usap dadaku yang terasa berdegup kencang.

Kenapa sih dengan jantungku ini? Baru juga denger suaranya aja langsung deg-degan, efek lain yang aku rasakan tak kalah lebih aneh adalah ciumannya bisa bikin kakiku lemas dengan wajah sampai memerah panas.

"Di ruangan, masih ngerjain desain customernya mbak Niken, kenapa?" Ryo balik bertanya.

"Kamu udah baca pesan saya kan? Maaf Jasmine, kita gak jadi makan siang, saya udah usahain buat bikin desainnya cepat, tap..."

"Iya gue udah baca pesan elu, gue maklumin kok, mau gimana lagi, kerjaan harus diutamakan apalagi kalo customer yang minta" Potongku cepat, mengatakan perkataan barusan berusaha untuk mencoba mengerti situasi padahal gondok luar biasa kepada mbak Niken yang sudah sukses menggagalkan acara makan siang kami.

Lagian siapa juga aku ini di hatinya Ryo? Kami hanya berpura-pura pacaran, mau marah atau kecewa ya cuma bikin makan ati aja.

Ya sebenarnya udah makan ati duluan sih sama mbak Niken, kalau dia gak ngerusak rencana makan siang kami, aku udah nanya soal status hubungan kami ini.

"Um, kamu udah makan?" Tanyanya dengan suara yang terdengar perhatian. Ini aku gak salah dengar kan? Di perhatiin sama pacar bohongan kok bikin baper, wajahku terasa memanas, dadaku kembali berdenyut-denyut, ya ampunnn, gini benar ya ngerasanya.

Guilty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang