Gak usah lambaikan tangan, tante tau eta tangan yg bekas nangkup pepaya bangkok muda kannn? 😅
Jasmine POV
"Kondisinya Ryo gimana Min?"
Aku menoleh ke arah Nita yang tanpa ku sadari sudah berada di samping kursiku.
Ku amati wajahnya terlihat serius menuntut jawaban dariku."Elu kan tiap pulang kerja mampir ke apartemennya dia tuh, cuma elu doang yang tau keadaannya dia gimana, gue pengen tau kondisi ter'update'nya" Lanjutnya lagi.
Aku hanya membalas menatapnya, ada yang mencurigakan dengan pertanyaannya Nita ini.
"Temen kepo elu sekarang bertambah?" Aku mendongak ke arah kubikel mbak Niken yang ternyata kosong.
Aman untukku menanyakan secara langsung perihal kecurigaanku kepadanya, bagaimana tidak curiga, mbak Niken kan selalu bertanya soal kondisi Ryo lewat Nita.
Dan benar saja, Nita langsung memperlihatkan cengiran lebar di wajahnya."Mbak Niken temen kepo yang enak dari pada elu"
Aku bersungut mendengar jawaban dari Nita."Jadi sekarang elu pagar makan tanaman ya? Musuh dalam selimut" Kataku ketus lalu memutar tubuhku menghadap ke layar komputerku.
Lagi-lagi mendengar nama mbak Niken di sebut membuatku kesal. Sejak kemarin Ryo menyebutkan namanya berkali-kali sukses membuatku senewen.
"Ehh siapa yang suka makan tanaman? Gue mah sukanya makan timun, lagian ya, gue gak pernah make selimut, mana ada musuh"
Aku hanya mencibirkan bibirku mendengar perkataannya.
Tidak habis pikir sampai Nita tega memihak kepada mbak Niken, menjadikannya sebagai teman kepo. Awal-awalnya kan Nita yang bilang sendiri kalau kami harus mengawasi mbak Niken karena terlalu gencar mendekati Ryo. Kenapa sekarang Nita beralih ke janda beranak dua itu.
Tidak ku sangka Nita setega itu menusukku dari belakang.
"Min, liat gue, gue mau nanya sama elu, kenapa elu mau-mauan sih mampir ke apartemennya Ryo? Segala pake ngebawain dia bubur"
"Memang Ryo itu sebegitu spesialnya ya buat elu, apa sih yang bikin dia spesial?" Nita menarik lenganku agar tubuhku menghadap dirinya.
"Nit, kami, kaum pria wajarlah merasa spesial, karena telor kami kan ada dua" Terdengar suara milik mas Yudi dari kubikelnya.
Aku nyaris tersedak mendengar perkataannya. Mataku langsung melirik Nita untuk mencari tahu reaksinya. Apakah Nita mengangkap arti dari perkataan mas Yudi.
"Eh, gue gak nanya elu ya manusia PHP, seneng bener sih nyamber-nyamber obrolan orang lain" Nita berdiri dan menatap tajam ke arah mas Yudi.
Ahh, tidak mungkin Nita mengetahui perumpaan kata yang di pakai oleh mas Yudi kalau melihat reaksinya seperti itu.
"Yeee, ya gue punya kuping, lagi kalo mau ngobrol gak mau kedengeran orang lain mending lewat telepati aja gak usah pake mulut" Balas mas Yudi.
Aku hanya menggelengkan kepala mendengar mereka yang malah memulai perang mulut.
"Lahhh mulut, mulut gue, masalah buat gue?" Sahut Nita nyolot.
"Masalah buat elu kali Nit" Ralatku.
"Kaga! Itu udah biasa" Nita mendelik ke arahku lalu kembali melempar pandangannya ke arah mas Yudi.
"Mulut lu berisik banget Nit, gimana gue gak denger tiap kali elu ngomong, ya tapi emang wajar sih kalau perempuan berisik, kan punya mulut dua makanya berisik"

KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Love
HumorBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/10/18 - 20/2/19