3 - Prince Handsome

90 10 10
                                    

Happy Reading 💕




"Ah ya amppyyunnnn, Gustiiii, éta téh saha sih, meni kasép pisan, haduhhh?" (Ya Tuhan, siapa dia, tampan sekali) Dinda berjalan sambil memegang pipinya yang merah akibat blushing saat berhadapan dengan Jiman.

"Eh Dijjah, ngapain lo senyum-senyum sendiri, kek orang sinting?" Dinda bagaikan tertimpa gebog cau saat mendengar ucapan pria sinting dan rada-rada sedang berdiri di depannya.

"Heh! apa lo bilang? Nama gue Dinda bukan Dijjah. Lagian ngapain sih lo tiba-tiba muncul, kek Casper."

"Casper mata sia!. Gue itu mau ke perpus, mau nyamperin sohib gue?"

"Hah? Emang lu punya sohib? Setan aja takut ama lo, lah ini sok-sok'an punya sohib."

"Eh Dijjah, gue jahit juga tuh mulut!"

"I don't care, I don't care, I don't care" Dinda meninggalkan Dio sambil berjoget tidak jelas.

***

Di kelas, tepatnya di kelas XI Mipa 4. Dinda sedari tadi hanya tersenyum, dan memegangi pipinya. Karent sahabat plus teman sebangku Dinda ngeri hingga merinding melihat sahabatnya senyum-senyum sendiri dari tadi. "Din, bukannya gue gak mau jadi temen lo lagi ya, tapi kalo lo kaya gini terus gue jadi takut ketularan kaya lo!"

Dinda melirik ke arah Karent dengan senyum masih terpampang jelas di wajah manisnya. Seketika Karent loncat kaget keluar bangku, dan tambah ngeri melihat tingkah sahabatnya.

"Jujur ya Din gue takut lo jadi kaya manusia Freak kelas sebelah!" ucap Karent dengan penuh ketakutan.

"Dio maksudnya? Ya enggak lah, gak mau gue disamain sama Manusia Setengah Casper." wajah Dinda langsung berubah drastis.

"Yaudah jangan senyum-senyum sendiri kek gitu. Eh emang ada apa sih? Kok lo keliatan seneng banget?" Tanya Karent kepo.

"Lo mau tau aja apa mau tau banget?" Jawab Dinda dengan memajukan wajahnya ke arah Karent.

"Gue nanya serius onta! Emang ada apa sih?"

"Gue habis bertemu dengan Prince Handsome" jawab Dinda dengan nada lebay.

"Hah? Prince Handsome? Siapa? Perasaan kaga ada yang Handsome di sekolah ini, kecuali ka Fero. Apa si Huta? Dia kan lumayan Handsome, bener gak? Apa ada anak baru?" tanya Karent berbondong-bondong.

"Ah lo mah kepo, terus tebakan lo itu salah lagi. Udah ah mau ke kantin, laper dede." Dinda pergi dengan langkah semangat.

"Untung temen." Karent hanya bisa mengelus dada.

***

Bel pulang akhirnya berbunyi. Siswa siswi SMA Pancasila bubar dengan wajah yang bermacam-macam, ada yang senang, semangat dan ada juga yang suntuk, lemas, lek-lok dan dekil kaya gembel.

Berbeda dengan Jiman, ia memasang wajah datar tak ada ekspresi sama sekali. Jiman menuju ke mobil yang sudah menunggu untuk menjemputnya. Tetapi saat Jiman akan membuka pintu mobil, pergerakkan Jiman terhenti.

"Jimannnnnn! Haduhhh.. haduhhh... haduhhh capek juga yah lari-lari" ucap seorang gadis dengan nafas tidak teratur. Gadis itu mengatur nafasnya sebentar dan kembali menatap Jiman.

"Jiman, gue boleh gak ikut di mobil lo? Boleh yaaa... please... Soalnya gue gak dijemput sama sopir gue. Boleh gak?"

"Hmmm gimana ya? Gu... Gue tanya dulu sama Pak Kiman." jawab Jiman dengan nada heran dan sedikit takut akan keberadaan gadis yang datang tiba-tiba, siapa lagi kalau bukan Dinda.

Hi! Jiman [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang