8 - Karent marah?

24 7 8
                                        

Happy reading 💕







Dindania Agatha
15 Panggilan Tak Terjawab

Saat ini Jiman sudah ada di kamarnya, dia cukup terkejut melihat notif itu. 15 kali Dinda meneleponnya dan tidak diangkat. Pikirannya tidak tenang, takut terjadi sesuatu pada Dinda. Jiman memutuskan untuk menelepon Dinda.

Beruntungnya Jiman, Dinda langsung mengangkat teleponnya.

"Hallo Dinda?"

"Hm?"

"Syukurlah..."

"Kenapa?"

"Tadi ada apa nelpon sampe 15 kali?"

"Oh. Tadinya mau ngajak ketemu, soalnya lagi bosen terus mau ada yang gue ceritain, tapi udah hilang mood gue buat ngobrol sama lo." jawab Dinda.

"Eh kenapa? Tadi tuh lagi main di rumah Dio jadi gak megang HP. Mau ngomongin apa? Mau ketemu? Dimana?"

"Gak usah."

"Din..." bujuk Jiman.

"Gak usah."

"Din..."

"Ih gak usah! Gue bilang gak usah ya gak usah"

"Din..." bujuk Jiman sekali lagi.

"Di Kafe Gru deket Taman Rindang."

"Oke, berangkat."

"Gak mau jemput?" tanya Dinda ketus.

"Jemput siapa?"

"JEMPUT EMAK CILOK!"

Tuttttt....

"Lahhh kok dimatiin sih? Aneh."

'apa pertanyaannya salah ya? Perasaan gak salah deh. Kan bener, mau jemput siapa coba?' Gumam Jiman dalam hati.

***

Di rumah Dinda

"Iiiiii nih cowok ganteng tapi gak peka!!! hihh dosa apa sih gue?!!! Segini belum pacaran, apalagi udah jadi pacar. Kayaknya gue harus extra sabar deh."

Sambil mengomel tidak jelas, Dinda bersiap-siap untuk bertemu dengan Jiman di Kafe Gru.

"Pake baju apa ya?... " Dinda berfikir sejenak.

"Astagfirullah Dinda lo kan lagi marah. Gak usah dandan cantik-cantik! Kan udah cantik!"

Dinda hanya mengganti celana pendeknya menjadi celana jogger panjang dan memakai cardigan untuk menutupi tubuhnya dari dinginnya malam. Tidak lupa untuk mengoleskan lip tint di bibirnya.

"Udah." senyum Dinda melihat dirinya di cermin.

***

Kafe Gru

Dinda mencari keberadaan Jiman. Ternyata Jiman sedang duduk dekat jendela dan sudah memesan minum duluan. Jiman melambaikan tangan agar Dinda dapat melihatnya.

Dinda menghampiri Jiman dengan pipi yang merah hampir seperti kepiting rebus, karena melihat Jiman yang tersenyum kepadanya.

"Dari tadi?" tanya Dinda dengan nada ketus dan berusaha menyembunyikan pipinya yang merah.

"Lumayan. Oh iya mau ngomongin apa?" Jiman bertanya sambil menahan tawa melihat pipi Dinda yang merah.

"Soal Karent."

Hi! Jiman [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang