19 - Miss

23 3 0
                                    

Happy Reading 💕




Matahari memancarkan sinarnya sangat terik, membuat Karent dan Dinda mengibaskan telapak tangan ke leher masing-masing.

"Gila panas bat..." keluh Kerent. "Ini mah harus ke Mall!"

"Udah 3 kali gue anterin lo ke Mall demi nyari baju yang lo cari itu, dan sekarang lo minta gue buat masuk lagi ke Mall?! Gila level dewa ya?!"

"Ya habis pas itu gue liat tuh baju masih ada, eh sekarang udah gak ada aja. Mana bagus lagi, pasti gak pasaran." jawab Karent. "Gimana mau gak? Lo mau mati gosong disini?"

Mau tidak mau Dinda menuruti ajakan Karent. Ya, dari pada gosong berdiri dipinggir jalan, mending merasakan sejuknya AC Mall.

Di Mall mereka memutuskan untuk nongkrong di Starbucks. Mereka memesan minuman yang sama.

"Ngapain sih ngecek hp mulu? Iya kalo ada yang ngechat." celetuk Karent yang sedang fokus pada minumannya.

"Hih! Susah ya punya sohib jomblo!"

"Sembarangan!"

"Lo masih ngarepin kak Fero, Rent?" tanya Dinda dan dibalas gelengan oleh Karent. "Serius?!"

"I'm serious!" jawab Karent.

"Baguslah, cari yang lain. Cogan gak cuma dia doang. Frighting!"

"Ya ya ya... Lo bisa nyemangatin gue. Tapi apa kabar dengan pacar lo yang gak pulang-pulang?"

Dinda terdiam mendengar penututan Karent. Memang, Jiman tak kunjung pulang. Padahal sudah lewat dari seminggu. Dihubungi saja susah, dia tak pernah mengabari Dinda. Jiman bagaikan ditelan bumi, menghilang begitu saja. Jangan tanya perasaan Dinda saat ini. Pasti sangat kesal karena harus menahan rindu.

"Gue jadi khawatir, perasaan lo ke Jiman bakal luntur..." kata Karent dengan suara pelan.

"Gak dan gak akan pernah!"

Karent tersenyum melihat betapa teguhnya pendirian Dinda. "Frighting! Tampang lo sama Jiman itu tampang-tampang jodoh!"

"Aamiin..." Dinda kembali membuka ponselnya. Saat dibuka, langsung saja ponselnya menunjukan roomchatnya dengan Jiman. Sudah hampir 2 minggu tak ada lagi pesan dari Jiman. "Kemana sih...?" lirihnya.

***

Keesokan harinya Dinda disibukan oleh pekerjaan dapur. Dia membatu Mamanya membuat kue untuk arisan nanti sore. Ralat, bukan membantu tapi merecoki.

"Dindaaaaa! Kamu kenapa ngabisin terigu Mama?!"

"Hehe mba Laras tuh yang ngajakin Dinda main terigu." balas Dinda tak mau disalahkan

"Loh kok Mba sih Non?" tanya Laras asisten rumah tangga Wina.

Wina sudah gemas melihat anaknya putih dilumuri terigu. "Mandi cepet!"

"Iya iya." balas Dinda dengan cekikikan khas nya.

"Astagfirullah..."

"Iiii Papa... Papa kira aku hantu apa?"

"Habisnya kamu putih gitu. Papa kira casper." gurau Gio pada anak gadisnya. "Mandi sana."

Dinda masuk ke kamar dan langsung mengambil handuk untuk mandi. Selesai mandi dan berganti baju, Dinda melihat ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk.

Ka Fero

Din
Ada acara gak?

Dahi Dinda berkerut. Tumben sekali Fero mengirim pesan padanya. Sudah terhitung lama sejak Jiman menjadi pacarnya, Fero tak pernah lagi mengirimkan pesan. "Ada angin apaan?" Dinda berniat untuk membalas pesan itu.

Hi! Jiman [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang