Happy Reading 💕
"Kaki you kenapa?" tanya Karent yang dari tadi mengamati sahabatnya yang sedang mengoleskan minyak gosok pada kaki.
"Jatoh di tangga."
"Eh busyettt tu mata ketingglan apa gimana?"
"Brisik!"
Karent sudah mengetahui tentang pertengkaran Dinda dan Shasha. Tentu saja itu membuatnya panas dan ingin segera menghabisi gadis ular itu.
"Baru aja lo bonyok sama ular betina. Eh sekarang sama tangga!" kata Karent dramatis. Dinda hanya diam mengabaikan Karent.
"Kantin yuk?" ajak Dinda.
"Bisa jalan? Gue beliin aja deh, gue takut lo lek-lok di jalan. Bikin malu!" Dinda memutarkan bola mata. "Bisa. Ayo!"
Di kantin Dinda bertemu dengan Jiman, Huta, dan Dio yang sedang meminum susu kotak.
"Kaki lo kenapa?" tanya Jiman.
"Jatoh di tangga." jawab Dinda sekenanya. "Kamu udah makan?"
"Udah!" jawab Dio semangat.
"Gak nanya ke lo Pudin!" kata Huta sambil menyetil kepala Dio.
"Udah tadi." kata Jiman.
***
Bel pulang berdering membuat semua penghuni sekolah merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih segar. Begitu juga dengan Dinda yang bersemangat untuk pergi ke kelas Jiman.
"Selamat sore Jiman," katanya sambil memberi senyum terbaiknya.
Jiman membalas senyumnya. "Sore, gak pulang?" senyum Dinda mereda setelah mendengar pertanyaan Jiman. Merusak suasana saja.
"Ngusir?"
"Nanya." jawab Jiman logis dan jujur.
Dinda tidak ingin berdebat. "Kamu mau ke mana?"
"Mau main ke rumah Dio." Dinda langsung membuat wajah melas dan mata yang berbinar-binar.
"Aku ikut ya? Ya? Ya? Please...? "
"Tapi kan cowok doang? Nanti bosen."
"Engga! Gak akan!" jawab Dinda semangat. "Biar aku yang izin ke si Dio. Lagian di rumah juga aku be-te. Mama lagi ke rumah Nenek, Papa lagi di luar kota belum pulang. Kan dede kecepian cendilian di lumah." Jiman terkekeh geli.
Sesampainya di parkiran Dinda meminta izin pada Dio. "Dio gue ikut ya?"
"Hah? Jim ngapain ngajak nih makluk?"
"Iiihh Dio gue ikut ya?"
"Gak!"
"Gue sumpahin usaha lo deketin si Uli gagal!"
"Masuk mobil."
"Asiiiikkkk!" seru Dinda. Ternyata gampang membujuk Dio, tinggal ancam atau sumpahi saja. Jiman dan Huta hanya menggelengkan kepala.
Sesampainya di rumah Dio, Dinda masuk mendahului ketiga orang itu. "Hay Bundaaaa, muah muah." Dinda bersemangat bertemu dengan Bundanya Dio, sudah lama dia tidak main ke sini. Terakhir waktu dia SMP.
"Hay sayang, Bunda kangen loh. Kenapa baru sekarang sih ke sini?"
"Assalamualaikum Bun,"
"Waalaikumsalam,"
"Nih Bun gara-garanya. Masa Dio ngelarang aku ikut sih?!"
"Ngereopotin abisnya Bun,"
"Dio..." Dio hanya tertawa kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! Jiman [SELESAI]
Teen FictionJiman Hanya siswa biasa, tidak nakal, tidak juga berandal. Pertemuannya dengan Dinda telah merubah hidupnya menjadi nano-nano. Manis... Asin... Asam... Pahit ?