Happy Reading 💕
Tinggal satu hari masa liburan berakhir. Masih tidak ada kabar dari Jiman.
"Nyerah gue nyerah!!!" Dinda meremas rambutnya frustasi. "Lo kira nahan rindu itu gampang apa?! Emang bener kata Dilan, rindu itu berat!"
Drrrttt Drrrttt
Melihat ponselnya bergetar membuat Dinda dengan capat membuka Lockscreen ponselnya. Dia masih berharap jika Jiman yang menghubunginya. Tapi itu hanyalah ekspetasi, nyatanya yang mengirim pesan adalah Karent bukan Jiman.
Istri plankton
Bsk bareng yak mba nya!
Gue mls bw motor
Y***
Pagi yang cerah mengawali hari pertama sekolah setelah satu bulan libur. Sudah banyak siswa yang datang memadati area sekolah.
"Pagi..." sapaan yang tidak Dinda inginkan terpaksa menusuk telinganya. "Tuh kan jutek. Masih pagi loh."
"Udah deh kak gue mau ke kelas. Minggir!"
"Gue anter?"
"Kaki gue masih dua!"
Fero terkekeh geli melihat tingkah Dinda. Memang benar, rumput tetangga lebih segar. Gumamnya.
Sesampainya di kelas Dinda langsung duduk di bangkunya dan melirik ke arah Karent dengan ekspresi tak tahu malu. "Pagi sahabat!" sapa Dinda diiringi cengiran lebar.
"Siapa ya?"
"Hm, Bambang bisa aja..." Karent sedang badmood karena Dinda menyuruhnya duluan karena bangun kesiangan.
"Gara-gara lo, gue kehilangan sepuluh ribu buat naik grab! Mending gue pake makan daripada buat grab!"
"Hehe sorry, gue bener-bener kesiangan, terus ditambah pengen boker. Udah dong jangan marah, kan hari petama. Gak kangen apa?" Karent mendengus pelan. Dia hanya berdeham sebagai jawaban kalau dia tidak marah.
Bel istirahat berdering. Baru hari pertama Pak Wawan sudah memberi catatan dan latihan soal yang bejibun. Membuat anak-anak seperti terkena gangguan jiwa.
"Gila! Tangan gue kayak udah dicatok! Keriting bosqueee."
"Parah sih ini! First day otak udah ngebul sama rumus!"
"Lebay lo semua, gue juga selow ae."
"Lo mah emang gak ada otak, kagak pernah mikir!"
Dinda memutar bola mata, mendengar keluhan teman-temannya. Sebenarnya Dinda juga kesal, Pak Wawan membuat moodnya benar-benar hancur.
Untung saja Karent langsung mengajaknya ke kantin untuk memberi makan para cacing di perutnya.
Setelah pesanan mereka datang. Dinda langsung melahapnya. Membuat Karent geleng-geleng. "Sejak kapan lo jadi busung lapar?" Dinda mengabaikan pertanyaan Karent.
Selesai makan Dinda menangkap sosok Dio yang berjalan sendiri, sambil membawa susu coklat. Dinda jadi teringat Jiman, Jiman sangat menyukai susu coklat.
"Oy, Dio!" teriak Dinda sambil melambaikan tangan. Jangan tanya Karent sedang apa, sudah pasti sekarang dia sedang menutup wajahnya karena malu dengan tingkah sahabatnya. Dan sekarang dia yakin bahwa banyak mata yang menyorotnya sekarang.
Dio mengerutkan keningnya, mencari sosok yang memanggilnya. Dengan malas Dio menghampiri Dinda. "Apaan?"
Dinda hanya diam memandang susu kotak yang ada di tangan Dio. "You wasting my time!" kata Dio berbalik pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! Jiman [SELESAI]
Novela JuvenilJiman Hanya siswa biasa, tidak nakal, tidak juga berandal. Pertemuannya dengan Dinda telah merubah hidupnya menjadi nano-nano. Manis... Asin... Asam... Pahit ?