23 - Egois

36 2 0
                                    

Happy Reading 💕



"Gue Karent dan ini Dinda." Karent tersenyum pada Okta begitu juga Dinda.

"Nice to meet you. Oh iya, kalian kelas berapa? Kelas 11?"

"Iya, kelas 11 IPA 4. Kalau lo?" tanya Dinda yang dari tadi diam.

"Kelas 11 IPA 1."

Sekelas sama Jiman dong? Lumayan lah punya mata-mata buat ngepoin mantan. Batin Dinda.

"Kenal sama Jiman gak?" tanya Karent antusias.

"Jiman?" Okta mengerutkan dahinya. Mengingat nama itu, seperti tidak asing ditelinganya.

"Eh itu! Panjang umur banget dah mantan lu!" Karent menunjuk antusian ke arah Jiman beserta teman-temannya yang baru masuk kantin.

Dinda yang melihatnya langsung menenggelamkan wajahnya ke meja. Malu, malu, dan malu.

Sedangkan Okta terus mengerutkan dahinya, seperti berfikir keras. "Itu pacarnya?" pertanyaan yang lolos keluar dari mulut Okta.

"Ck, udah mantan sih... Tapi biasalah, gengsi padahal masih suka."

Dinda yang mendengar langsung mencubit lengan Karent hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Hai..."

Ketiga gadis itu langsung menghadap sumber suara. Karent dan Okta membalas sapaan itu dengan senyuman, sementara Dinda terlihat seperti manusia batu, sulit bergerak.

"Buat lo..." Jiman menyerahkan sebotol minuman rasa jeruk pada Dinda. Gadis itu sama sekali tak bergeming. Karent yang melihat itu nampak merasa senang, berbeda dengan Okta yang terlihat tak suka.

"Bilang makasih kek apa kek! Malah matung!" celetuk Dio.

"Udah lo diem aja!" timpal Huta.

Jiman masih menatap Dinda yang tak bergerak sama sekali. Selang berapa detik, Jiman merasakan ada yang menatapnya. Dia menoleh ke kanan dan sedikit terkejut. "Lo?"

"Hai... Ketemu lagi kita." balas Okta.

"Lo udah kenal sama Okta, Jim?" tanya Karent yang penasaran.

Alih-alih Jiman yang menjawab, tapi malah Okta yang menjawab dengan perkataan yang membuat keempat orang itu membuka mulutnya lebar-lebar.

"Iya, kemarin gue ketemu sama Jiman di kafe, terus dia nganterin gue pulang, gara-gara hp gue lowbatt dan gak bisa pesan grab."

Keempat orang itu melongo mendengar penuturan Okta.

Jiman yang terkejut langsung melirik ke arah Dinda yang ikut melongo dan langsung mengubah ekspresinya. "Lucu ya? padahal baru kenal tapi udah pernah pulang bareng." setelah berbicara,Dinda langsung pergi meninggalkan Karent yang masih tercengang dengan mulut terbuka.

***

Setelah kejadian di kantin tadi, Dinda sama sekali tak membuka mulut, ke toilet pun sendiri tanpa Karent. Biasanya dia akan meminta Karent untuk menunggunya di depan pintu bilik kamar mandi.

Masih dengan suasana hati yang campur aduk. Dinda memutuskan untuk pulang naik ojek online, dia menolak ajakan Karent dengan alasan ingin sendiri dulu.

Tak kunjung datang, Dinda menyandarkan punggungnya pada tiang halte. Penglihatannya terfokus pada gadis yang tadi ia temui di kantin.

Senyum sinisnya tercetak ketika melihat gadis itu menaiki kuda besi milik Jiman. "Bilangnya susah ngelupain mantan. Tapi boceng cewek!"

Hi! Jiman [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang