22 - Mantan

44 4 0
                                    

Happy Reading 💕

Sudah hampir dua bulan Jiman berada dalam hati yang mendung. Sudah banyak menelan bentakan dan tolakan dari mantannya.

"Susah banget move on." katanya sambil melihat foto Dinda yang memenuhi galerinya.

"Hai bradaaaaaa!" Jiman menoleh ke sumber suara yang tak lain adalah Dio.

"Jangan di rumah mulu dong. Maen kek?"

"Oke."

"Widihhh mobil baru mah beda ya Ta? Cepet diajak kemana-mana."

"Yoi. Tumben lo mau diajak nongkrong?" tanya Huta dan Jiman hanya tersenyum sebagai jawaban.

***

Coba tanya hatimu sekali lagi
Sebelum engkau benar-benar pergi
Masih kah ada aku di dalamnya?
Karena hatiku masih menyimpanmu...

"Lagunya menggambarkan suasana hati lo banget ya?" goda Huta sambil menyesap kopinya.

Jiman hanya tersenyum kecut. "Lo masih belum move on?" tanya Dio.

"Susah."

"Cari yang lain aja kenapa sih? Mak lampir jual mahal banget dah." timpal Dio. Mendengar itu Jiman menjitak Dio hingga dia meringis.

Sudah dua jam mereka menghabiskan waktu bersama. Huta memutuskan untuk pergi ke toko buku dan Dio memutuskan pergi ke time zone dengan alasan ingin membuang uang. Sedangkan Jiman masih betah berdiam diri dalam kafe.

Jiman terus melamun, pikirannya kosong. Sampai dia terkejut karena mendapatkan seorang gadis berambut coklat terang duduk di depannya. "Disini kosong kan?"

Jiman mengangguk polos. 'siapa nih?'

"Sendirian?" tanya gadis itu. Dan Jiman hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman. "Oh ya, gue Okta." Okta mengulurkan tangannya.

Jiman hanya menatap tangan Okta dengan bingung. Tak lama membalasnya "Jiman."

Okta terus mencuri pandangan pada Jiman, membuat Jiman merasa terganggu. "Udah sore, lo gak pulang?" tanya Jiman.

"Mau sih,gue mau mesen grab tapi hp gue lowbatt." kata Okta pelan dan dibalas anggukan dari Jiman.

"Pake hp gu--"

"Boleh nebeng?"

***

"ASTAGFIRULLAH MAMA PAPA KENAPA GAK BANGUNIN AKU?" teriakkan yang membuat seisi rumah menutup indera pendengaran.

Hari senin, hari yang selalu membuat Dinda tertimpa sial. Mulai dari kesiangan, terlambat, dimarahi dan dihukum.

"Sarapan dulu..."

"Gak! Gak! Dinda udah kesiangan nih. Ayo Pah, nanti satpamnya ngunciin aku." rengek gadis berusia 17 tahun itu pada Papanya.

"Tanggung ini tinggal 3 suap lagi," tak sempat menyuapkan nasi ke mulutnya, Gio sudah ditarik oleh putrinya.

"Mah berangkat, Assalamualaikum."

"Sayang aku berangkat, Assalamualaikum."

Di jalan Dinda terus melirik jam tangan dan meremas jarinya. Tak peduli dengan Gio yang terus menatapnya heran. "Kamu ini cuma telat bukan mau dihukum mati. Santai aja."

What santai?

"Pokoknya Dinda gak mau bersihin perpus lagi! Bau buku!"

"Kalau mau bau pesing ya di toilet aja." celetuk Gio santai.

Hi! Jiman [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang