❤Happy Reading Everyone❤
Meremas jemari yang terasa dingin, itulah hal yang hanya bisa dilakukan Dinda. Dirinya merasa gugup, jantungnya berdetak tak karuan, mulutnya tak berhenti untuk merapalkan doa. Entah doa apa yang dia ucapkan.
"Lo itu kayak mau ngadepin UTBK tau gak?!" Karent hanya bisa memandangi sahabatnya yang sedang gugup itu kemudian tertawa. "Lihat diri lo di cermin."
Dinda menuruti permintaan Karent, tubuhnya berputar sembilan puluh derajat. Melihat dirinya dipantulan cermin. Terlihat seorang perempuan yang cantik menggunakan kebaya biru muda, dengan wajah yang sudah dirias dengan make up yang terkesan natural namun masih memancarkan kesan elegan.
Dirinya tersenyum pada bayangannya di cermin. Aura kecantikannya pun terpancar membuat siapa pun yang melihatnya terpesona.
"Cantik..." puji Karent sambil mengelus bahu sahabatnya yang selama ini mengisi hidupnya. "Gue gak nyangka bakal secepat ini lo tumbuh dewasa." Karent tertawa hambar sambil mengusap air mata yang hampir jatuh. "Perasaan baru kemarin kita musuhan, perasaan baru kemarin kita jajan di pasar malam deket rumah gue dan lo nyolong permen kaki di tukang pop ice. Eh sekarang lo udah mau tuker cincin aja."
"Rent... Jangan gitu dong. Gue jadi ikut sedih nih."
Karent dengan cepat mengusap pipi Dinda. "Jangan nangis, make up lo mahal!"
Dinda mencubit lengan Karent, disaat seperti ini Karent masih saja bercanda. Mereka berdua berpelukan untuk menyalurkan semua yang mereka rasakan.
"Ini baru lamaran, belum akad. Gimana kalau akad? Kayaknya gue kejer banget!" Dinda kembali mengusap pipinya yang sudah basah ditetesi air mata.
Suara pintu terbuka, menampilkan Wina yang akan menjemput Dinda. "Sayang, yuk. Pangeran kamu udah datang."
Dinda berdecak kemudian terkekeh, "Pangeran apaan sih Mah."
***
Detak jantungnya semakin tak karuan ketika netranya melihat ada banyak orang di rumahnya. Orang-orang itu memasang wajah bahagia, dan tersenyum kepadanya ketika dirinya turun dari tangga.
Dinda tak sengaja melihat Jiman yang juga sedang tersenyum kepadanya. Jiman terlihat tampan. Ralat. Lebih tampan tepatnya. Dengan menggunakan tuxedo hitam dan kemeja putih, juga dasi kupu-kupu sebagai pelengkap.
Dinda sekarang sudah berhadapan dengan Jiman. Jiman terus saja menatap dirinya. Membuat Dinda malu dan tentu saja membuat pipinya memerah.
Di sebelah kanan Dinda, sudah ada Gio sang ayah yang dari tadi mengamati Jiman lekat-lekat, seolah Jiman adalah daging segar dan Gio adalah harimau kelaparan. Entah, baru kali ini Dinda melihat Gio memperhatikan Jiman sampai berlebihan seperti itu. Mungkin Gio sedang menilai pria yang akan dijadikan menantunya itu.
Dan tidak lupa dengan Wina, yang berada disamping kiri Dinda. Wina sangat senang bisa melihat putri tunggalnya itu akan lamaran. Terlihat dari wajahnya yang sedari tadi memancarkan senyuman.
Halim berdeham untuk mencairkan suasana yang tampak canggung itu. "Gio, aku disini mewakili putraku, Jiman. Meminta izin, untuk melamar putrimu." Halim menyelesaikan kalimat permohonannya dengan senyum.
Mata Gio beralih kepada Jiman. Dengan siap, Jiman membalas tatapan Gio. "Apa kamu benar-benar mencintai anak saya?"
"Iya, saya benar-benar mencintai Dinda."
Dengan nada yakin Jiman menjawab pertanyaan Gio, sambil menatap Dinda diakhir kalimatnya."Apa kamu bisa membuat Dinda bahagia, seperti yang saya lakukan? Apa kamu sanggup untuk menjaganya?"
"Saya berjanji akan membuatnya bahagia, dan saya juga berjanji akan menjaganya sekuat yang saya bisa." Jiman menarik nafas sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya. "Maka dari itu, izinkan saya untuk melamar anak Oom dan menjadikannya sebagai pendamping hidup saya." tak ada keraguan yang terpancar di wajah Jiman. Jiman beralih menatap Dinda yang tampak gugup tetapi masih terlihat menggemaskan dimatanya. "Dindania Agatha, maukah kamu menerima lamaran saya dan bersedia menjadi pendamping hidup saya?"
Dinda cukup terkejut. Lantas dia menoleh ke arah kedua orang tuanya, yang dibalas anggukan dan senyuman.
Menarik nafas dan menghembuskannya. Menatap lawan bicara yang akan menjadi pendamping hidupnya. Tanpa rasa ragu dan bimbang, Dinda menjawab...
"Iya..."
Senyum lega tercetak di wajah Jiman begitu juga di wajah para tamu. Dinda semakin dibuat tak karuan oleh Jiman. Rasa lega, senang, terharu, dicampur menjadi satu.
Wina mengelus pundak Dinda dan tersenyum dengan wajah haru. "Selamat ya sayang..." Dinda menggenggam dan memeluk erat Wina.
"Aku sayang, Mama."
"Sama Papa, enggak?" Dinda menoleh ke samping, tersenyum lalu beralih memeluk Papanya.
"Aku juga sayang, Papa."
Rasa haru terus menyeruak di dadanya. Tak disangka, dalam waktu dekat Dinda akan menjadi seorang istri.
Tangis haru dia keluarkan di dalam pelukan ayahnya. Tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih dan rasa sayang kepada orang tuanya.
***
Para tamu sudah dipersilahkan untuk menikmati hidangan. Sedangkan kelurga inti, sedang sibuk merencanakan persiapan akad dan resepsi yang akan dilaksanakan pada waktu dekat.
Dinda membawa Jiman ke taman belakang rumahnya. Menikmati semilir angin malam yang nampak sejuk saat menerpa mereka.
"Kalau udah nikah, ikut aku ke Surabaya."
Dinda melirik Jiman yang sedang menatapnya lekat. "Iya, mau kamu ngajak aku ke Papua pun aku pasti ikut."
Jiman terkekeh mendengar jawaban Dinda. "Emang siap?"
"Siap Pak Dokterrrr." Dinda menjawabnya dengan gerakan hormat. Membuat Jiman tertawa sekaligus gemas akan tingkahnya.
"Sini." Jiman menarik Dinda kedalam pelukannya. "Makasih buat semuanya."
Dinda membalas pelukan Jiman dan tersenyum. "Iya. Jangan nyebelin nanti kalau udah nikah!"
"Tergantung."
Dinda mencubit lengan Jiman yang sudah berubah menjadi sedikit kekar. "Tuh kan! Masih aja nyebelin!"
"BAGUSSS!!! BELUM JUGA HALAL UDAH MAIN PELUK-PELUKAN AJA!!!"
Dinda dan Jiman terkejut ketika mendengar suara bentakkan itu. Dilihatnya Ka Isu yang sedang melotot sambil berkacak pinggang.
"Kakak sumpahin cathering nikahannya dikit!!!"
Dinda dan Jiman terbahak-bahak mendengar sumpah serapah yang dikeluarkan kakaknya itu.
"Biarin!" balasnya bersamaan lalu kembali tertawa.
🎉Thank's for everything guys 🎉
🎉Finnaly Hi! Jiman finished🎉
I wish Jiman and Dinda can entertain you. I'm sorry, if this story is unclear or inconsistent. But I am very grateful for everything. I love you guys.
❤Thank you for reading Hi! jiman❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! Jiman [SELESAI]
Novela JuvenilJiman Hanya siswa biasa, tidak nakal, tidak juga berandal. Pertemuannya dengan Dinda telah merubah hidupnya menjadi nano-nano. Manis... Asin... Asam... Pahit ?