Tiga

4.3K 729 500
                                    


Ada yang kangen Abrar?

Nggak ada juga nggak apa-apa, sih. Ada Savika kok yang selalu kangen Abrar :P

Selamat membaca :*

_____________________________________________________________________

Hampir sepuluh menit Savika menunggu Abrar di kantin, namun hingga kini tak tampak tanda-tanda kemunculannya. Savika menghela napas. Menit demi menit berlalu. Waktu istirahat semakin menipis. Sepertinya Abrar tak akan datang.

Abrar memang tidak mengatakan setuju makan siang bersamanya. Savika sendiri yang membuat keputusan menunggu Abrar di kantin. Karena saat ini mereka berstatus pacaran, Savika pikir Abrar pasti memenuhi permintaannya. Toh bukan hal yang sulit. Namun, sepertinya Savika terlalu percaya diri.

Tadinya Savika sempat berpikir untuk menghampiri Abrar di kelasnya agar bisa pergi ke kantin bersama, tapi tidak jadi. Pertama, ia takut dianggap terlalu agresif dan kedua, sebenarnya ini alasan terkuat, ia tidak berani. Bicara dengan Abrar saja masih gugup, apalagi menjemputnya di kelas.

Jam istirahat sudah hampir berakhir. Savika bersiap meninggalkan kantin. Mungkin Abrar ada urusan lain sehingga tidak datang. Atau mungkin ia lupa. Savika berusaha menepis pikiran jika Abrar sengaja tak datang menemuinya karena memang tak ingin.

"Sori, gue telat." Abrar tiba-tiba muncul di depan meja Savika dengan napas tersengal.

Savika kaget, namun segera bisa menguasai diri. Lantas bertanya, "Kamu dari mana? Kenapa ngos-ngosan."

"Habis diculik alien."

Savika mengerjap. "Hah?"

"Sudahlah, nggak penting." Abrar mengibaskan tangan sembari duduk di seberang Savika. "Lo belum pesan?" tanyanya kemudian ketika melihat meja di hadapannya masih kosong.

Savika menggeleng. "Aku nunggu kamu."

"Ah," Abrar dihantam rasa bersalah. "Ya udah, kita pesan sekarang."

Sayang, niat itu tak mungkin terlaksana, karena hanya berselang beberapa detik setelah Abrar berucap, bel masuk berbunyi. Dalam hati Abrar merutuki dua alien yang menyebabkannya terlambat datang ke kantin.

"Uhm... sudah masuk." Abrar tersenyum canggung.

Savika tertawa kecil. "Aku tahu," balasnya. "Jadi?"

"Mau gimana lagi. Kita masuk kelas," jawab Abrar. "Istirahat kedua, gimana?"

Savika tak langsung mengiakan. Berpikir. Biasanya ia menghabiskan jam istirahat kedua di perpustakaan.

"Nggak bisa, ya?"

"Bisa, kok." Sesekali keluar dari rutinitas tak akan membunuhnya.

***

Dua alien yang dimaksud Abrar tentu saja Ervika dan Gavin.

Gavin yang terus tak diacuhkan Abrar selama pelajaran berlangsung, berpikir jika Abrar benar-benar marah padanya. Diam-diam ia mengirim pesan pada Ervika, melaporkan kondisinya. Bagaimanapun, karena Ervika juga ia berbalik mengerjai Abrar.

Saat Abrar meminta bantuannya untuk memberikan surat pada Ervika, Gavin bermaksud menyimpan saja surat itu, karena tak mungkin ia ikut andil mengerjai pacarnya. Baru setelahnya ia akan mengaku lupa memberikan surat itu jika Abrar bertanya kenapa Ervika tak datang di tempat pertemuan. Baru setelah itu ia akan mengungkap hubungannya dengan Ervika.

Bukannya Gavin berniat menyembunyikan, hanya saja Gavin ingin mencari waktu yang tepat untuk mengatakan pada Abrar. Bagaimanapun, Abrar dan Ervika bagaikan kucing dan tikus, meski Gavin tahu sesungguhnya mereka berdua saling peduli. Lagi pula, hubungan mereka juga baru berjalan sekitar satu minggu.

April FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang