Delapan

3.8K 593 278
                                    

Saya kasih yang manis-manis dulu sebelum muncul yang asem-asem 😜✌

Happy reading! 😘😘

________________________________________________________________________________

Seolah kencan di hari Sabtu kemarin belum cukup, esoknya Abrar mengajak Savika ke car free day. Pukul setengah enam pagi ia menelepon Savika, mengatakan bahwa ia sudah menunggu di depan perumahan. Untung saja Savika terbiasa bangun sebelum matahari terbit dan saat Abrar menelepon, ia sudah mandi. Jadi, tak butuh waktu lama baginya untuk bersiap-siap.

Savika muncul dengan kaus lengan pendek ber-hoodie warna merah dan celana training hitam. Rambutnya dikucir ekor kuda dan ia tak mengenakan kacamata. Tangan kanannya menenteng sebuah jaket berwarna maroon. Sepatu olahraga berwarna senada dengan kaus mempermanis penampilannya.

"Sudah lama?" Itu adalah kalimat pertama yang meluncur dari bibir Savika begitu sampai di dekat Abrar.

"Lumayan," sahut Abrar. "Lo cepet juga. Belum ada lima belas menit dari waktu gue telepon. Mandi nggak, nih?"

"Hih, aku sudah mandi waktu kamu telepon, tahu!"

"Hahaha... iya, iya... percaya..." balas Abrar. "Masa nggak mandi bisa cantik gitu."

Sekali lagi Abrar berhasil melukis warna merah di wajah Savika.

"A-apaan, sih?" Savika memalingkan wajah, berharap Abrar tak melihat wajah merahnya.

Tapi tentu saja terlambat. Abrar sudah melihatnya sejak awal dan memang itulah tujuannya. Sejak menyadari betapa menggemaskannya Savika dengan wajah memerah, Abrar jadi senang menggoda cewek itu.

"Sudah ah, ayo berangkat! Keburu panas." Savika berusaha mengalihkan.

Abrar kembali tertawa, lantas menyerahkan helm pada Savika dan memintanya segera naik. Setelah yakin Savika aman di boncengannya, Abrar melarikan motornya menuju lokasi car free day.

Ternyata Gavin dan Ervika sudah menunggu di tempat parkir. Setelah menemukan tempat kosong untuk memarkir motornya, Abrar dan Savika segera menghampiri mereka.

"Lama amat. Ke mana dulu?" Ervika langsung bertanya begitu keduanya mendekat.

"Kan jemput Sasa dulu," balas Abrar. "Sama mampir ke minimarket tadi beli minum."

"Aku kan cepat." Savika tak mau disalahkan. "Kamu saja neleponnya pas sudah di depan perumahan. Untung aku sudah mandi. Tinggal ganti baju."

"Berarti kalian yang kecepetan," ujar Abrar sambil menatap Gavin. "Pasti ngebut, kan. Biar dipeluk Pika. Modus, lu!"

"Lo aja yang lelet. Jalan kayak siput," balas Gavin tak terima.

"Safe riding, bro."

Setelah saling melempar olokan beberapa kali lagi, keempat remaja itu pun meninggalkan tempat parkir dan mulai menuju lokasi bebas kendaraan. Seperti yang sudah diduga, Abrar langsung berlari. Mulanya pelan-pelan untuk pamanasan, tapi setelah itu makin cepat.

Tiga anak yang lain juga ikut berlari. Tapi belum sampai satu putaran, Savika sudah menyerah dan memutuskan jalan kaki saja. Gavin menyerah setelah tiga putaran dan menemani Savika berjalan kaki. Tinggal Abrar dan Ervika yang masih bertahan. Mereka bahkan berusaha saling mendahului.

"Kok udahan? Itu Ervika masih lanjut."

"Nggak usah ditanya deh. Dia sih memang jago olahraga."

Savika mengangkat alis. "Kamu sendiri bukannya atlet?"

April FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang