Waktu saya bilang April Fool bakal lanjut setelah 100K viewer, kalian pada ribut, katanya kelamaan.
Nggak percaya banget kayaknya kalau April Fool bisa dapat 100K viewer.
Iya, iya, tahu kok, saya juga sadar diri. April Fool nggak sebagus itu sampai bisa dibaca ratusan ribu orang. Saya juga nggak percaya April Fool bisa dapat viewer sebanyak itu. Yang sekarang aja udah rekor terbanyak buat saya, mengingat pembaca di akun pribadi bisa dihitung dengan jari TT
Sengaja saya bilang begitu ingin tahu reaksi kalian. Dan ternyata sesuai dugaan.
Tenang aja, kalau memang sudah jadwalnya, April Fool akan tetap update berapa pun viewer-nya.
So... yang sudah menunggu lanjutan April Fool....
Enjoy :)
________________________________________________________________________________
Jam istirahat kedua dihabiskan Savika di kantin. Sebenarnya ia ingin kembali ke perpustakaan untuk meneruskan bacaannya yang tadi, tetapi Abrar muncul di depan kelasnya dan menyeretnya ke kantin. Abrar berkilah, Savika harus makan siang biar bisa konsentrasi belajar dan tidak jatuh sakit. Terlalu banyak belajar sampai melupakan hal lain juga tidak baik. Savika juga harus memperhatikan kesehatan tubuhnya.
Savika hanya diam mendengar wejangan Abrar. Menurut saat Abrar membawanya ke kantin dan mendudukkannya di salah satu meja. Membiarkan Abrar memesan makanan dan minuman untuk mereka. Tak banyak pilihan yang tersisa, Savika memilih siomay. Ia tak suka makanan berat seperti nasi saat makan siang. Ia bahkan jarang merasa lapar di siang hari, makanya lebih senang menghabiskan waktu di perpustakaan. Seandainya di kantin ada salad buah, Savika pasti akan memilih itu untuk santap siangnya. Sayangnya, kebanyakan makanan yang tersedia di kantin makanan berat. Siomay dan batagor bisa dikatakan yang paling ringan, meski bagi Savika tetap saja mengenyangkan.
Tak lama—karena tak harus mengantre panjang—Abrar kembali dengan nampan besar berisi dua porsi makanan dan minuman untuk mereka. Refleks Savika membantunya mengosongkan nampan. Dan tanpa banyak bicara, ia mulai menyantap makanannya.
"Nanti gue nggak latihan," kata Abrar sembari mengaduk mi ayamnya. "Jalan, yuk!"
Savika menelan suapan pertamanya terlebih dahulu sebelum menanggapi. "Bolos?"
"Pelatih ngasih libur," jelas Abrar. "Biar anak-anak nggak capek karena latihan setiap hari. Takutnya kalau terlalu capek, pas pertandingan nanti malah nggak maksimal."
"Emang nggak nganterin Salma pulang?"
Abrar mengernyit. "Kenapa gue mesti nganter dia pulang?"
"Kan dia berangkat bareng kamu. Jadi, kamu juga mesti bertanggung jawab balikin dia ke rumah."
"Nggak gitu juga, ah," balas Abrar. "Orang dia sendiri juga yang seenaknya minta bareng. Gue kan nggak niat jemput dia. Gue niatnya jemput lo, malah dia yang muncul."
"Tapi kamu nggak bilang gitu, kan ke dia."
"Bilang juga percuma," gerutu Abrar. "Dia udah terlanjur minta papanya pergi."
"Sebenarnya kamu nggak tega kan bilang kalau kamu sebenarnya lagi nunggu orang lain."
Abrar tak membalas. Yang dikatakan Savika memang benar.
"Nanti juga kamu nggak akan tega nolak kalau dia ngajak kamu pulang bareng."
"Dia kan nggak tahu kalau latihan gue libur hari ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
April Fool
Fiksi RemajaPas April Mop, gue berniat ngerjain temen kecil gue, Ervika. Gue menulis surat cinta dan meminta Gavin, sahabat gue buat ngasih pernyataan cinta gue ke Ervika. Entah gimana, surat itu malah sampai ke anak baru yang bernama Savika. Cewek itu dengan m...