Dua

5.2K 765 628
                                    

Yey... April Fool update lagi!

Semoga nggak bosan, ya bertemu Abrar dan Savika dua hari berturut-turut :D

__________________________________________________________________________

Savika jelas sadar, sikap sepupunya berubah sejak meninggalkan kamarnya tadi malam. Bukan berarti selama ini Salma bersikap baik padanya—ia tahu, kok, sepupunya itu sejak kecil tidak terlalu menyukainya. Tetapi, semenjak Salma bertanya-tanya tentang surat cinta Abrar, sepupunya semakin terang-terangan menunjukkan rasa ketidaksukaannya. Dan ia tidak sebodoh itu untuk gagal memahami penyebab perubahan sikap Salma.

Hanya saja, Savika benar-benar tak memprediksi kejadian seperti ini akan menimpanya. Terdampar di halte sementara bel masuk sekolah akan berbunyi tak sampai lima belas menit lagi. Bus yang ia tunggu tak kunjung datang dan angkot yang lewat selalu dalam kondisi penuh. Dan ini semua ulah sepupu cantiknya. Untuk membalas dendam, ia pikir. Atau melampiaskan kekesalan karena Savika menerima surat cinta dari Abrar dan saat ini bisa dibilang mereka telah resmi berpacaran.

Savika tidak tahu kalau sepupunya bisa bertindak licik ala antagonis sinetron seperti itu. Pagi ini, seperti biasa, Savika menumpang mobil Salma untuk ke sekolah. Bukan kemauan pribadi Salma, tentu saja. Kalau bukan mamanya yang menitahkan, mana mungkin Salma sebaik itu.

Yang agak tidak biasa, hari ini Salma seperti mengulur-ulur waktu berangkat. Sarapan dilama-lamakan, pura-pura mencari buku tugas entah apa yang ternyata sudah berada di dalam tas, mengubrak-abrik laci mencari kaus kaki belang-belang yang akhirnya tidak jadi dipakai karena takut kena razia kerapian, dan macam-macam kekonyolan yang sangat kentara dibuat-buat. Alhasil mereka keluar rumah tiga puluh menit lebih lambat dibanding waktu biasa. Lalu, ketika sampai di depan gerbang perumahan tempat tinggal mereka, tanpa perasaan Salma menyuruh Savika turun.

Bukannya Savika berlagak seperti Cinderella yang disiksa kakak tiri jahat, hingga diam saja dan menurut saat Salma mengusirnya. Hanya saja, ia tak suka bertengkar, terutama dengan saudara. Sejak dulu ia sudah terbiasa mengalah pada sepupu cantiknya itu. Lagi pula, ia hanya penumpang. Ia merasa tak berhak memaksa jika sang pemilik mobil tak mengizinkannya naik. Toh ia masih bisa naik kendaraan umum. Letak halte juga tidak begitu jauh dari perumahan.

Itu perkiraannya sebelum tahu bahwa di jam-jam seperti ini cukup sulit mendapat kendaraan.

Savika mengesah. Kalau bukan karena tantenya yang memaksa, ia juga tidak ingin setiap hari menumpang mobil Salma. Ia sudah bisa kok berangkat sendiri. Ia sudah hafal rute ke sekolah dan tempat bimbingan belajar yang harus ia datangi tiga kali seminggu. Ia juga sudah bisa ke pusat perbelanjaan atau toko buku sendiri. Kalau sejak tadi ia berangkat sendiri kan hal seperti ini tak akan terjadi.

Savika melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Hampir lima menit berlalu sejak Salma menurunkannya, yang berarti waktu bel masuk berbunyi pun semakin dekat. Savika menggigit bibirnya panik. Bisa dipastikan ia tetap akan terlambat walau seandainya saat ini ada bus atau angkot yang bersedia mengangkutnya. Kendaraan beroda empat tak akan sanggup melaju cepat melawan kemacetan.

Meski begitu, Savika tetap berharap ada kendaraan yang bisa membawanya ke sekolah, tak peduli meski terlambat. Ia tak ingin membolos. Lebih bagus lagi kalau ia bisa naik motor biar tidak terlambat. Motor kan bisa meyelip di antara kemacetan.

Motor! Astaga... kenapa baru terpikir sekarang?

Savika buru-buru mencari ponselnya agar bisa memesan ojek online. Sayangnya, benda itu tidak ketemu meski ia sudah mengubrak-abrik isi tas sekolahnya. Lalu ia ingat, sebelum menurunkannya tadi, Salma meminjam ponselnya dengan alasan mau melihat nomor kontak kakaknya yang tak sengaja terhapus. Hingga Salma menghentikan mobil dan menyuruh Savika turun, ponselnya belum dikembalikan.

April FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang