Happy new year, everybody !!!! \(^^)/ ↖(^▽^)↗
Sudah 2019aja, nih.
Semoga di tahun yang baru ini kita semua diberi kesehatan, kebahagiaan, dan semua yang kita impikan, yang belum tercapai tahun lalu, bisa tercapai di tahun ini.
Amiiiin... 🙏🙏
Sebagai hadiah awal tahun, nih saya kasih chapter terbaru April Fool (emang udah waktunya posting kaleee... 🙊)
Selamat membaca 😊
______________________________________________________________________________
Savika tidak tahu ke mana lenyapnya semua buah-buahan yang ia simpan di lemari es. Mestinya malam ini ia kembali membuat infused water untuk Abrar, tapi mana bisa dilakukan jika semua bahannya menghilang. Ia yakin sudah mengembalikan semuanya ke dalam lemari es setelah menggunakannya kemarin malam.
Apa mungkin ada yang memakannya? Tapi masa lemon dan daun mint juga menghilang? Kalau apel dan stroberi, sih wajar jika ada yang memakan. Tapi lemon kan biasanya hanya dipakai untuk ditambahkan dalam minuman atau masakan. Apalagi daun mint. Memangnya siapa yang ngemil daun mint?
"Nyari apa, Sa?" Pertanyaan Irdham terdengar dari belakang Savika. Selain orangtua Savika dan sekarang Abrar, Irdham ini satu orang yang masih memanggil Sasa.
Savika berbalik dan mendapati kakak sepupunya tengah menuang segelas air dari dispenser. "Buah," jawabnya. "Mau kubuat infused water."
Irdham melirik ke dalam lemari es. "Itu kan banyak."
"Bukan yang itu." Savika menggeleng. "Yang aku beli sendiri."
"Mungkin ada yang makan," ujar Irdham. "Pakai yang ada itu kan sama aja."
Savika terdiam, kemudian menggeleng.
Irdham mengesah, kemudian mendekati Savika, menangkup pipi kiri Savika dengan tangan kanannya. "Kamu ini udah berapa lama, sih jadi sepupuku? Masih canggung aja. Ini kan rumahmu juga."
Meski Irdham bilang begitu, tetap saja Savika tak bisa merasa tempat itu rumahnya. "Nggak apa-apa. Besok saja aku beli lagi." Setelah itu, Savika berlalu meninggalkan dapur.
Irdham menatap punggung Savika dan menghela napas. Ia tak bisa menyalahkan sikap adik sepupunya. Savika punya alasan bersikap demikian.
***
"Maaf, ya. Kali ini pun aku nggak bisa bikinin kamu infused water." Ini kali ketiga Savika harus mengatakan itu pada Abrar.
"Hilang lagi?"
Savika mengangguk. Dalam kurun waktu kurang dari satu minggu, sudah tiga kali buah yang ia beli hilang di lemari es. Setiap kali ia membeli buah, ia hanya bisa memakainya satu kali. Keesokan harinya ketika ia akan menggunakannya lagi, pasti sudah lenyap. Uang sakunya nyaris habis hanya untuk berkali-kali membeli buah.
"Udah nggak apa-apa," kata Abrar. "Di rumah kan banyak orang. Mungkin ada yang makan."
Sebenarnya Savika sedikit takut Abrar tak mempercayai kata-katanya. Masa iya buah hilang terus-terusan?
"Udah nggak usah murung gitu." Abrar mencubit gemas pipi gembil Savika. "Gue bisa minum yang lain, kok. Selama ini gue juga nggak minum infused water dan baik-baik aja." Walau ia akui setelah meminun infused water buatan Savika ia merasa lebih segar, tapi saat ini ia harus menenangkan pacarnya yang tampak sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
April Fool
Teen FictionPas April Mop, gue berniat ngerjain temen kecil gue, Ervika. Gue menulis surat cinta dan meminta Gavin, sahabat gue buat ngasih pernyataan cinta gue ke Ervika. Entah gimana, surat itu malah sampai ke anak baru yang bernama Savika. Cewek itu dengan m...