Tiga Belas

2.8K 530 115
                                    

Ada yang masih kesel sama Abrar?

Nih, saya kasih yang agak manis dikit biar nggak kesel-kesel amat

Lebih manis Taehyung, sih wkwkwk....

Btw, di bawah nanti akan ada Author's Note. Tolong dibaca ya ^^

Happy reading :))

______________________________________________________________________________

Tidak biasanya Savika masih terjaga di atas pukul 12 malam. Sebenarnya ia telah merebahkan tubuhnya di tempat tidur sejak pukul sepuluh malam, seperti biasa. Namun, hingga kini alam bawah sadarnya tak kunjung mengambil alih. Ia sudah mencoba memejamkan mata, membaca doa sebelum tidur, bahkan menghitung domba. Tetap saja tubuhnya enggan terlelap.

Savika meraih ponsel dari nakas. Sejak tadi ponselnya dalam kondisi mati lantaran ia tak ingin mendapat gangguan dari siapa pun. Selepas mandi tadi ia langsung mengurung diri di kamar. Menyibukkan diri dengan buku palajaran. Mengerjakan semua tugas sekolah meski waktu pengumpulannya masih minggu depan. Setelah semua tugas selesai, ia mengerjakan soal-soal yang ada hingga lelah.

Savika menyalakan ponselnya. Beberapa detik loading, lalu notifikasi pesan bermunculan. Sebagian besar dari Abrar. Sisanya dari teman sebangkunya di kelas dan grup LBB yang membahas tes tadi sore. Savika mengabaikan pesan lainnya dan membaca pesan dari Abrar.

18.17

Sa, lo udah nyampe rumah, kan?

18.30

Lo naik apa tadi?

19.28

Sori ya, tadi nggak bisa jemput.

20.13

Sa, kok hape lo nggak bisa dihubungi, sih?

20.18

Sa... kenapa hape lo mati? Lo tadi juga nggak bales chat gue. Lo marah?

20.19

Sa...

20.20

Sasa...?

Savika berhenti membaca pesan dari Abrar dan mengembalikan ponselnya ke nakas. Masih ada beberapa pesan di bawahnya, tapi rasanya ia malas membaca semuanya. Kalau Abrar bertanya apakah ia marah, jawabannya mungkin iya. Atau sekadar kesal, entahlah.

Tadi, saat Abrar mengirim pesan tak bisa menjemputnya, ia memang sedikit kesal, tapi tak marah. Hanya ketika ia melihat sepasang cowok dan cewek berboncengan dengan model motor dan ciri-ciri fisik seperti Abrar dan Salma, perasaan Savika jadi tak karuan. Tanpa bisa dicegah, ia merasa panas dalam dadanya.

Sembilan puluh persen Savika yakin kedua remaja itu adalah Abrar dan Salma. Ia sangat mengenal keduanya hingga nyaris bisa mengenali mereka dalam jarak jauh. Savika hanya berusaha menyangkal. Meski tak benar-benar berhasil, paling tidak Savika sedikit bisa memaksa otaknya untuk berpikir positif. Itu sebelum Savika keluar kamar karena merasa lapar dan tak sengaja berpapasan dengan Salma yang baru pulang. Dengan gelas jumbo berlambang Starbucks di tangannya.

***

Bel istirahat baru saja berbunyi dan Abrar langsung memelesat ke kelas sebelah. Celingukan sebentar mencari Savika, tapi tidak ketemu. Aneh sekali. Bel istirahat kan baru saja berbunyi, masa sudah hilang saja?

Tadi pagi juga Savika tidak berangkat bersamanya. Kali ini bukan karena Abrar tak menjemputnya. Tetapi, pagi-pagi sebelum Abrar berangkat, Savika mengirim pesan, mengatakan ia sudah berangkat lebih dulu. Entah apa alasannya, Savika tidak bilang. Abrar berharap Savika bukan sedang berusaha menghindarinya.

April FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang