"Ra, lo nggak mau tahu nih siapa yang pengen ketemu lo?" kata Sindi, lalu ia duduk di kasurku lagi.
"Sebodo amat lah, gue nggak mau ketemu siapa-siapa dulu," jawabku, lalu menutup muka dengan bantal.
"Yakin nih lo nggak mau tau?" goda Sindi. Aku diam.
"Ini crazy rich Malangan lho, Ra."
"Hih, mau crazy rich Malangan kek, crazy rich Surabayan kek, gue nggak peduli," kataku.
"Ih si Bego kalau dikasi tahu suka ngeyel. Ini tuh bener-bener jaaaaauh lebih berfaedah dari pada mantan lo yang slengki sama temen sekelasnya," katanya lagi.
Bahasa apaan sih slengki, kepingin ngakak aku tuh jadinya. Dasar Sindi, cewek gesrek binti gemblung.
"Oke deh, oke, siapa? Tunjukin, seberapa gregetnya si Crazy rich Malangan ini," aku mengalah, membuang bantal dari muka.
"Hahaha, marilah kita sambut, Crazy Rich Malangan, Arisandi Sudirga, tara entak joss!" kata Sindi sambil berseru heboh. Aku tertawa melihat tingkahnya. Sungguh menghibur sekali dari pada opera van java.
"Siapa emang Arisandi Sudirga?" tanyaku.
"Ya elah, ya yang nganterin motor lo kerumah tempo hari itu," kata Sindi.
"Ares?"
"Iya, Ares."
"Bukannya Ares pramusaji di kafe Prestigous?
"Pramusaji pala lo, Ra. Ya Allah Gusti, berikanlah pencerahan kepada teman hamba ini, Ya Allah. Dia itu yang punya kafe tau!"
"Lah, waktu itu dia ngasih gue minuman, dia pake apron sama pake name tag kok. Salah kali lo," kataku.
"Sumpah Ra, dia itu yang punya kafe. Terus ya, kafenya nggak cuma itu doang. Kafe di daerah arah mau ke Piranha itu juga ada, di daerah Dinoyo juga ada. Terus nih ya, Ra, di Matos, di MOG, dia juga punya stand sendiri," kata Sindi.
Hem, lumayan lah. Bisa dibilang dia kaya sih. Tapi terus kenapa kalau dia kaya?
"Ya terus?"
"Dia itu rumahnya di Araya. Lo tau kan itu komplek elite egalite margalite, super duper classy walau tak seheboh iklannya meikarta."
Aku mengangguk. Memang rumah rumah di situ rata-rata besar sih, mewah gitu. Ya, kalau aku dan keluargaku harus cukup puas dengan tinggal di sekitar jalan Tidar. Kalau kalian anak Malang, pasti tau lah itu di mana.
"Lo udah kenal lama sama crazy rich malangan ini?" tanyaku.
"Hehe, belum sih. Tapi asli, dia yang kemarin nraktirin gue sm Aliya starbeck. Ya walaupun gue mampu beli americano, tapi kan ya gimana ya Ra, tetep aja dia kaya."
"Gundhulmu! Kalo nraktirin starbeck doang gue juga mampu keles," seruku.
"Tapi lo nggak naik mercy kan?" aku menggeleng.
"Dia naik tuh," kata Sindi.
Hemmm, yaudah sih, terus ini apa faedahnya buat aku Sindi markonah? Heran sama temen satu ini.
"Terus kenapa? Kok gue masih nggak ada perasaan tertarik sih walau lo mempertontonkan kekayaannya?" tanyaku.
Sindi mengambil ponselnya, lalu mengetikkan sesuatu. Tak berapa lama, ia menunjukkan ponselnya padaku.
"Nih, biar lo bisa lihat seberapa tampannya Ares."
Aku melihat foto-fotonya di Instagram. Kebanyakan fotonya pakai apron sih, dan dia juga sepertinya sering sekali berdiri di depan mesin kopi. Mungkin itu alasannya buka kafe di mana-mana. Ada juga foto yang menunjukkan Ares sedang berada di Singapura, Ares sedang di Thailand, Ares sedang di Rumah Melayu, banyak lah fotonya jalan-jalan keluar Malang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mampu (s) Tanpamu (COMPLETED)
RandomApa yang bakal lu lakuin, kalau lu diputusin pas lagi sayang-sayangnya? Diputusin di hari jadian lu berdua. Kan sakit, Maemunah! Highest rank #1 Malang #1 Mellow #5 Rara #5 Sakit Hati #9 Patah hati #10 Kuliah