" Miranda, kan?" anak laki-laki itu menghampiriku.
Tapi demi apa, mulutku tiba-tiba berubah jadi mulutnya Azis gagap? Aku kesulitan hanya untuk bilang iya.
"Ini aku, kita ketemu di bioskop beberapa hari yang lalu. Ingat?" kata laki-laki itu.
"I-ingat," jawabku sambil mengangguk.
Laki-laki itu tersenyum. Ia mengulurkan tangan.
"Kita belum kenalan secara resmi," katanya. Aku menyambut uluran tangannya.
"Jonas. Johanes William Dunbar. Tapi aku lebih sering dipanggil Sayang," katanya.
Hah? Gimana? Johanes William Dunbar, tapi dipanggil Sayang?
Aku bisa mendengar Sindi menahan tawanya yang ditutupi dengan telapak tangan.
"Jonas?" tanyaku. Laki-laki itu menggeleng.
"Sayang!" katanya.
"Sayang?" tanyaku.
"Iya, Sayang, kenapa?" ia balik bertanya seolah-olah aku ini kekasihnya.
Sindi sungguh tidak bisa menahan tawa, aku mendengarnya terkikik.
"Joe, enough. Kamu ngapain gangguin pasien Mama?" seorang wanita dengan kacamata bertengger di hidungnya tengah berkacak pinggang di belakang Jonas. Aku mengenalnya sebagai psikologku- doktor Melissa.
Jonas melepaskan uluran tangannya dariku, lalu ia mengulurkan tangan pada Sindi, mereka berkenalan singkat, lalu ia berbalik menemui doktor Melissa di ruangannya. Arini berdiri dari duduknya lalu memanggilku. Ia memberi tahuku bahwa aku bisa masuk setelah Jonas keluar.
Tidak butuh waktu lama, kira-kira hanya lima menit, Jonas sudah muncul di balik pintu. Ia kembali mendekatiku.
"Miranda, boleh pinjam ponsel kamu sebentar?" tanya Jonas padaku.
"Buat apa?" tanyaku.
"Sebentar saja, sepertinya aku ninggalin ponselku entah di mana. Jadi aku mau telepon sebentar untuk ngecek saja," jelasnya. Aku mengambil ponsel dari sling bagku, lalu memberikannya pada Jonas.
Ia memencet angka-angka di layar ponselku, kemudian mendekatkan ponselku di telinganya sebelah kiri. Beberapa detik kemudian aku mendengar suara ponsel bergetar dengan nada dering yang pelan. Jonas merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan ponselnya.
"Found it," katanya sambil tersenyum. Ia menutup telepon, lalu menuliskan sesuatu di ponselku, baru setelah itu ia mengembalikan ponselku. Ia mengetikkan sesuatu di ponselnya sendiri.
"Thanks," katanya. Aku mengangguk, lalu berjalan menuju pintu ruangan doktor Melissa.
"Miranda," Jonas memanggilku, bersamaan dengan itu ponselku berdering sebuah nama muncul di layar ponselku: JOE SAYANG. Aku menoleh padanya.
"I'll call you later," katanya sambil tersenyum. Lalu panggilan di ponselku berhenti. Ia kemudian keluar dari ruangan.
Apa yang baru saja terjadi?
***
Aku keluar dari ruangan doktor Melissa setelah satu jam berada di dalam. Aku menemui Arini, memberitahu jadwalku minggu depan di jam yang sama. Kemudian mataku tertuju pada Sindi yang sedang asyik dengan ponselnya. Aku menghampirinya, lalu duduk di sebelah kirinya.
"Udah selesai?" tanya Sindi. Aku mengangguk.
"Yuk ikut gue," kata Sindi.
"Ke mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mampu (s) Tanpamu (COMPLETED)
RandomApa yang bakal lu lakuin, kalau lu diputusin pas lagi sayang-sayangnya? Diputusin di hari jadian lu berdua. Kan sakit, Maemunah! Highest rank #1 Malang #1 Mellow #5 Rara #5 Sakit Hati #9 Patah hati #10 Kuliah