"Kenapa kamu milih jurusan kedokteran?" tanyaku. Ares tertawa
"Kata siapa aku jurusan kedokteran?" Ares balik bertanya.
"Lah, emang bukan?" aku bingung.
"Bukan. Aku ini jurusan manajemen bisnis. Hahaha. Dari mana kamu menyimpulkan aku ini jurusan kedokteran?" kata Ares disela dengan tawa.
"Ya kamu kan temennya Lio. Lio anak kedokteran, terus waktu itu kita ketemu di depan fakultas kedokteran," balasku. Ares menggeleng.
"Enggak, Ra. Aku bukan anak kedokteran. Aku dulu waktu SMA aja IPS, masa' bisa masuk kedokteran."
"Bisa, kalau lewat jalur mandiri," balasku.
"Iya, duitnya mampu. Otak nih, Ra, jadi gorengan lama-lama. Nggak mampu aku. Gantian dong nih yang nanya," kata Ares.
"Oke, silahkan."
"Emmm, apa ya? Oh ini aja, film favoritmu apa, Ra?"
"Film favorit?" aku memastikan lagi. Ares mengangguk.
Aku mencoba mengingat film yang menurutku bagus.
"Eiits, nggak boleh mikir. Yang kamu tonton bolak balik tapi nggak bosen," kata Ares.
"You Are The Apple of My Eyes," aku menyebutkan satu judul film
"You too," balas Ares.
Eh?
"Hahaha. Bercanda, Ra. Itu film apa? Aku nggak pernah nonton," kata Ares.
"Film China itu, Taiwan apa ya, kalau nggak salah. Filmnya romantis banget, tapi ngenes endingnya,"
"Ngenes kenapa?" tanya Ares sambil mengangkat cangkir kopinya, lalu menyeruput kopinya perlahan.
"Ya gimana ya, udah diperjuangin mati-matian, tapi mereka nggak pernah jadian. Pedekate terus, dari jaman sekolah sampe kuliah. Cewenya nikah sama orang lain," jawabku.
"Kamu kayaknya orangnya gampang tersentuh ya, Ra?" tanya Ares.
Ini yang orang psikologi aku atau dia sih?
"Kok gitu?" tanyaku.
"Ya pilihan film-mu itu sih."
"Ya udah, gantian dong yang nanya. Aku mau pertanyaan kedua nih," kataku.
"Iya nanya apa?"
"Emm, aku sebenarnya penasaran, sejak kapan kamu tahu aku?"
Ares meletakkan cangkirnya di atas meja. Sedangkan aku mulai memotong cake tart dengan garpu, lalu memasukkan potongan cake tart itu ke mulutku, sambil menunggu jawaban dari Ares.
"Sejaaaaak, kapan ya Ra? Bentar aku inget-inget dulu," kata Ares.
"Wah, udah lama dong berarti?" selidikku.
"Enggak juga sih, belum lama. Berapa ya, dua atau tiga bulan yang lalu mungkin. Kamu selalu ke kafeku yang di Langsep kan? Aku selama tiga bulan terakhir sering ke situ, soalnya supervisorku baru, dan aku harus banyak ngajarin. Terus sering lihat kamu sama cowokmu itu, ya lama-lama hafal deh," jawab Ares.
"Masa sih?" tanyaku.
"Ya kamu ke situ sama cowokmu, Ra. Mana mungkin merhatiin cowok lain?" balas Ares.
Ya memang sih, aku jarang memperhatikan cowok lain setiap keluar dengan Bima. Ya buat apa gitu lho, sudah ada pacarmu di depanmu, kan nggak perlu lihat-lihat yang lain.
"Padahal cewek lain susah lho menghentikan tatapannya dariku," kata Ares sambil tersenyum. Percaya diri sekali dia ini.
Tapi ya memang benar sih, tidak mungkin kalian para wanita dengan mudah mengabaikan wajahnya begitu saja. Apa lagi kalau kalian pecinta lelaki asia semacam yang ada di drama Korea atau drama Thailand, pasti nggak bisa melepaskan pandanganmu dari Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mampu (s) Tanpamu (COMPLETED)
AcakApa yang bakal lu lakuin, kalau lu diputusin pas lagi sayang-sayangnya? Diputusin di hari jadian lu berdua. Kan sakit, Maemunah! Highest rank #1 Malang #1 Mellow #5 Rara #5 Sakit Hati #9 Patah hati #10 Kuliah