#6

3K 276 25
                                    

"Beauty start in your heart, not in your mirror"

2 tahun yang lalu..

Rose berjalan sendirian di koridor sepi itu. Semua siswa sudah pulang ke rumah masing-masing. Alasan Rose pulang terakhir tak lain hal karena ia harus membersihkan kelas dan ia membersihkannya sendirian karena teman piketnya itu sedang absen.

Langkah Rose pun berhenti di suatu ruangan yang mengeluarkan suara tangisan.

"Apakah ada orang?" Rose dengan ragu-ragu masuk ke dalam Ruangan tersebut. Saat Rose memberanikan diri untuk masuk dan melihat seorang wanita sedang menangis di pojok ruangan.

Alis Rose bertautan, ia pun melangkahkan kakinya ke arah wanita tersebut.

"Hai, kenapa kau disini?" Tanya Rose sembari ikut jongkok di hadapannya. Wanita itu tetap menangis.

"Ak-....Se-..."

Ia bersuara, namun samar. "Kau berkata apa?"

"Aku tak pantas hidup" lirihnya yang terdengar jelas di telinga Rose. Wanita itu mendongak, kesedihan sangat terlihat pada matanya.

Rose tak ingin menunjukkan bahwa ia kasihan pada wanita di hadapannya ini. Rose pun mengalihkan pembicaraan,"Kau bukannya anak baru?" Wanita itu mengangguk. Mata Rose langsung terarah ke Name tag  yang ada di dadanya. 'Jennie' Nama yang sering di jadikan bahan omongan teman-temannya di kelas. Yang jelas banyak yang tak menyukainya karna sesuatu, Rose pun tak tau sesuatu yang di maksud itu apa, Well Rose tak peduli dengan hal yang seperti itu. Bagi Rose, mengurusi hidup orang lain itu hanya sia-sia.

"Ah kau yang bernama Jennie itu ya? Kenalkan namaku Rose" Ucapnya sambil mencoba memasang wajah seramah-ramahnya.

"Kau jangan menangis nanti matamu lelah, lebih baik kau pulang. Mau pulang bersama ku?"

Tidak di gubris, Jennie tetap menangis. Rose makin bimbang, ingin ia tinggalkan namun tidak tega.

"Mengapa kau berbeda?" Tanya Jennie parau.

"Berbeda? apa maksudmu?"

"Kau seperti malaikat" Lagi-lagi ia menangis, Rose pun bingung harus berbuat apa. Satu-satunya yang Rose tau jika ada yang menangis adalah memeluknya.

Semenjak hari itu Jennie pun berteman dengan Rose. Hari sili berganti, Jennie yang selalu bersama Rose itu pun membuat teman-temannya yang lain iri dan marah. Sampai suatu hari...

"Rose, kau kenapa?" Tanya Jisoo kepada Rose yang sedang menangis.

"Ka-kalung ku hilang" Jawab Rose sambil terisak.

"Apa? Kalung pemberian ayahmu itu?" Rose menangguk lalu kembali menangis. Kini tangisannya makin pecah.

"Aku tau siapa yang mengambilnya." Ucap Nana sembari berjalan mendekati Jisoo dan Rose

Rose mendongak. "Siapa?" Tanya Jisoo.

Nana tertawa renyah. "Siapa lagi kalau bukan teman baru mu itu. Si anak baru yang bernama Jennie itu."

Rose dan Jisoo menatap Nana tak percaya. "Kau jangan menuduh orang lain tanpa bukti." Balas Rose, mana mungkin Jennie akan melakukan itu, kalau memang dia yang melakukan, untuk apa?

"Kalau kau tak percaya, datang saja ke kelasnya dan cek tasnya. Kau pasti tak pernah sadar akhir-akhir ini dia menjauh dari mu. Itu karena ia sudah mendapat kan kalungmu dan akan menjualnya." Jelas Nana. "Ah, Si miskin itu makin berulah rupanya."

Te Amo, RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang