#41

1.1K 136 23
                                    

Rose masih memandangi buku tebal di hadapannya, dari tadi ia merasa mual akibat angka-angka yang sebentar lagi akan membuatnya benar-benar muntah. Ia mendengus. Entah mengapa ia benci sekali pelajaran Matematika, ia lebih menyukai pelajaran bahasa Inggris.

Sedari ia kecil, Rose hanya menyukai bahasa dan seni tak ada satupun kemampuannya menghitung. Mendapatkan setengah dari 100 saja adalah sebuah keajaiban bagi Rose dan keajaiban itu pernah datang saat ia benar-benar ingin membuktikan kepada Chanyeol bahwa ia bisa mendapatkan nilai 80 saat itu. Rose akui ia memang belajar saat itu, tapi entah mengapa ia menjadi malas kembali sekarang.

"Sepertinya kau tidak memulainya dari tadi"

Rose menoleh, terlihat Chanyeol bersandar di ambang pintu.

"Hm"

"Bagian mana yang susah?'

"Semuanya"

Chanyeol pun berjalan menghampiri Rose, ia menunduk agar bisa melihat jelas tulisan pada buku itu. "Bukan kah ini sudah pernah aku ajarkan?"

Rose mengangguk pelan.

Chanyeol terdiam sejenak, entah apa yang membuatnya terdiam. Rose mendongak pelan, "Ada apa?"

"Kau memakai parfum?"

Rose menggeleng. "Kenapa?"

"Tidak, aku hanya mencium bau yang menyengat" ucap Chanyeol lalu bangkit dari posisinya yang menunduk tadi.

"A-aku hanya mengganti rasa shampooku" ucap Rose pelan.

"Ku saran kan kau jangan menggantinya"

Mendengar itu Rose merasa bahwa suaminya itu tak menyukai aromanya sampai-sampai pria itu tidak kembali menunduk. Ah, benar-benar memalukan bagi Rose.

Rose menunduk pelan, "A-apakah kau tidak..."

"Aku yakin semua pria yang menciumnya akan tertarik" potong Chanyeol.

Rose seketika menoleh, ia tertegun.

"Jangan memakai aroma menyengat di depan pria lain. Kau seperti menggoda mereka"

"Tapi kenapa kau malah seakan-akan tak menyukainya?" tanya Rose meyakinkan.

"Aku pria. Aku tergoda"

Rose terdiam.

"Kau hanya boleh memakai shampoo aroma seperti itu saat kau sudah lulus SMA. Jadi tidak akan masalah jika seorang suami tergoda"

Seketika Rose mengalihkan wajahnya, ia sontak membuka bukunya dan meraih pulpennya. Pembahasan seperti ini yang terus berlanjut akan membuat Rose kepikiran dan tak bisa fokus.

Tak lama kemudian, Rose bisa mendengar suara hembusan nafas Chanyeol. Rose tak berani mendongak, pria itu sedang menunduk bahkan lebih dekat di bandingkan yang tadi.

"Kau malu Rose?"

"T-tidak" balas Rose sembari menggeleng cepat. Sangking berdebarnya, Rose meremas rok nya. Ingin rasanya ia lari.

Chanyeol tersenyum miring, ia pun kembali bangkit, "Kalau kau tak mau ada yang tergoda, maka gantilah aroma shampoomu"

"Tapi tenang saja, bahkan kau tidak memakai shampoo aroma seperti itu sudah membuatku tergoda. Dan kau masih beruntung karena masih berstatus muridku."

***

Ternyata itulah alasan mengapa wanita paruh baya ini secara tiba-tiba meminta Chanyeol untuk datang ke rumahnya kendati sudah jam 1 malam.

Wanita itu lagi-lagi tersenyum iba, membuat Chanyeol benar-benar tak habis fikir mengapa ini semua bisa di atas kehendak perjodohan mereka.

"Aku mengerti Ajhumma"

Te Amo, RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang