14. About you

4.4K 205 9
                                    

"Aku disini, terus menanti, tanpa kenal lelah dan letih, meski pedih, aku yakin kamu kembali."

-EL

••••••••

Sepulang sekolah, sesuai janjinya Alvino mengajak Thalita pergi ke Kedai es cream. Pulang sekolah kali ini, berbeda dari biasanya bagi Thalita.  Ya, alvino menjemputnya didepan kelas. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celananya, dengan pandangan dingin menusuk seakan ia tak tersentuh. seragamnya berantakan, kancing atas seragamnya sudah terbuka, baju seragam yang sudah dikeluarkan menambah kesan perfectMelihat itu, sontak siswa siswi yang berlalu lalang memekik histeris. Alvino hanya membalas tatapan kagum itu dengan wajah datar. itu tidak penting baginya.

Mereka berdua bejalan beriringan melewati koridor yang semakin sepi. Angin sore berhembus pelan menerpa wajah kedua remaja itu. Thalita nampaknya sangat antusias dengan ajakan Alvino. Terbukti dari wajahnya yang sedari tadi tidak berhenti tersenyum. Alvino yang memandang itu hanya menggelengkan kepala.

"Seneng banget kayaknya." Alvino mengacak-acak rambut Thalita gemas.

"Iya dong, kan dapat traktiran." balasnya tersenyum lebar.

Alvino mengangkat sebelah alisnya, "suka traktirannya atau suka orangnya?"

Thalita tersenyum remeh, "ya traktirannya lah, masa orangnya. gaada spesialnya, jelek, datar, dingin, cuek, batu lagi."

Mendengar hal itu, sontak Alvino menoyor pelan kening gadis itu, "songong lo."

Thalita cekikikan dengan memegang keningnya, "gue ngomong apa adanya tau."

"Justru lo nambah-nambahin, ganteng gini dibilang jelek." sangkalnya tak terima.

"Pede gila lo." dengus Thalita.

"Songong gini dibilang datar, dingin, cuek, cool, ganteng, keren, most wanted nomer satu. Cih, sotoy." batin Thalita menggerutu.

"Gak usah ngehina gue dalam hati ya."

Thalita memasang wajah cengo, kenapa cowok disampingnya ini mengerti pikiran Thalita? Apa dia bisa membaca isi pikiran orang? Dia cenayang?

"Gue gak cenayang." ucap Alvino santai.

Lagi lagi Thalita melongo, bahkan langkahnya terhenti. Mau tidak mau Alvino juga menghentikan langkahnya

"Kok lo bisa tau isi pikiran gue?" tanya Thalita masih dengan wajah cengonya.

Alvino menghedikkan bahunya acuh, " gue gak tau."

Alvino melanjutkan jalannya lagi, meninggalkan Thalita yang masih termenung memikirkan kehebatan Alvino.

Terbesit pikiran konyol menghampiri otak lemotnya, "Dia dukun?"

ELTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang