18. Dekapan

4.1K 172 5
                                    

"Hadirmu saja tak dihargai. Apalagi pergi, tak akan dicari."

-someone

••••••••

AUTHOR POV

Pagi hari, awan gelap sudah menghiasi langit. Sepertinya akan turun hujan pagi ini. Hal itu menyebabkan si kembar ingin bolos sekolah. Namun, mana mungkin orang tuanya mengizinkan.

Athala sudah bangun dari sepuluh menit yang lalu, dengan ogah-ogahan dia masuk ke kamar mandi. Sedangkan Thalita masih bergelung dengan selimutnya. Berkali kali mamanya membangunkannya, tetap saja mata gadis itu masih terpejam.

"Thalitaa, ayo bangun. Kamu telat nanti." ucap Mama sudah sekian kalinya.

Perlahan mata Thalita terbuka, "Aduh Ma, Thalita bolos aja deh. Hujan-hujan gak baik kalau sekolah. Bikin sakit."

Thalita kembali merangkul gulingnya dan memejamkan matanya kembali. Sedangkan mamanya sudah mencak-mencak dari tadi.

"Kalau kamu gak bangun, biar Mama suruh Papa yang bangunin kamu." kata Mama sebelum pergi dari kamar Thalita.

Mendengar itu, tentu saja Thalita langsung bangun. Tamat sudah riwayatnya kalau Papanya yang membangunkan dia. Akan dipotong uang jajannya. Dia bergegas masuk ke kamar mandi sebelum papanya datang.

Setelah memakai seragam, Thalita menyambar handphone dan tasnya. Segera ia turun untuk sarapan, suara mamanya sudah terdengar dari tadi. Apalagi Athala yang juga ikut mengompori mamanya.

"Pagi ma, Pagi pa." sapa Thalita riang turun dari tangga kemudian menuju meja makan yang sudah diisi oleh tiga orang yang telah menatapnya tajam. Segera mencium pipi orang tuanya dan duduk didekat Athala.

"Lo gak nyapa gue?" tanya Athala yang dihadiahi tatapan malas dari Thalita.

"Katanya mau bolos? Ngapain sekolah?" tukas Papanya menatap Thalita dengan menaikkan alisnya.

Thalita mengeluarkan cengirannya, "Cih, siapa yang mau bolos. Abang tuh Pa!"

"Enak aja, gue gak pernah bolos ya."

"Alah ngeles aja lo. Udah sih jujur aja kalau lo juga mau bolos. Yakan?"

Mama menggelengkan kepalanya malas melihat anaknya tidak pernah akur, "Kalian itu sekolah yang rajin. Sukanya bolos terus. Pinternya kapan? Mau jadi orang gagal?"

Thalita mengerucutkan bibirnya kesal mendengar ceramahan mamanya pagi pagi gini, "Mendung ma, bentar lagi pasti hujan. Lagian ya pa, kalau nanti Thalita kehujanan gimana? Nanti Thalita sakit gimana?"

Papanya menggeleng sabar, "Kamu pakai mobil berangkatnya. Gak akan kehujanan."

"Athala pake motor pa." sahut Athala berharap mendapat belaan dari papanya.

"Yauda pake mobil kamu, atau gak semobil aja sama Thalita. Beres kan?" ucap Papanya.

"Pa, nanti kalau udah keluar dari mobil. Mobilnya Thalita parkirin. Teruskan Thalita jalan ke kelas, pasti kehujanan tuh Pa. Pasti basah baju Thalita, terus Thalita kedinginan, terus Thalita sakit. Aduh Pa, mending bolos aja deh." protes Thalita panjang lebar dan diangguki oleh Athala.

ELTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang