16. Recognition

4.5K 214 3
                                    

"Bagiku, menunggu adalah suatu hal yang sangat sulit. Tapi, cinta yang hebat mampu melaluinya."

-Aqueesya Thalita Keyraniel

••••••

Matahari mulai tersenyum dari tempatnya bersembunyi, memancarkan cahaya yang masih tampak malu malu bersinar, menghiasi mata yang masih redup dan membakar semangat baru di awal waktu. Udara pagi menyapa wajah dengan tenangnya, dedaunan berembun bak emas berkilau indah.

Gadis manis yang sudah siap sejak lima menit yang lalu, jam masih menunjukkan pukul 06.10 pagi tapi dia sudah turun ke bawah menuju dapur dengan tas disampirkan di pundak sedangkan tangan kanan menggenggam ponselnya. Sangat jarang melihat dia bangun sepagi ini.

Perempuan paruh baya yang masih berkutat di dapur memandang gadis itu dengan tatapan heran, beberapa detik kemudian beliau memandang ke arah jam dinding, apa dia salah melihat jam? Tidak, jarum jam masih menunjukkan pukul 6 lebih, lalu kenapa anak gadisnya ini sudah siap sepagi ini?

Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal, bagaimana bisa mama-nya memandang bingung dirinya, dia tahu apa penyebab mama-nya memasang wajah cengo itu. Apa sebegitu aneh kah dirinya jika bangun pagi? Kurasa sedikit ada benarnya tapi tidak sepenuhnya benar.

"Apa sih ma? mandangnya gitu amat." ucapnya dengan sedikit jengah. Jarinya dengan lincah mengetikkan pesan kepada para sahabatnya jika ia akan segera berangkat.

"Kerasukan apa sampe bangun sepagi ini? Udah siap lagi, abang kamu aja masih tidur." ujar Mama masih dengan pandangan heran.

"Abang kan kebo, mana mungkin bisa bangun sepagi ini. Thalita ada urusan pagi ini, penting banget." jawabnya dengan cengiran khas dirinya.

Ya, gadis itu Thalita. Dia bangun pagi adalah sebuah keajaiban. Dibanding Athala, Thalita yang paling sulit untuk dibangunkan. Bahkan setiap pagi hampir bergantian yang membangunkannya. Dari Mamanya, kemudian Papanya dan terakhir, abangnya dengan cara andalannya.

"Urusan apa sih sayang? Mama aja belum siap masak untuk sarapan." ucap mama dengan nada lembut yang menjadi favorit Thalita dan Athala, ah tentunya juga Suaminya.

Thalita mengeluarkan cengirannya lagi, "ya mau apa lagi kalo gak nyalin tugas fisika. Semalem Thalita ketiduran, mumpung gak ada upacara Thalita bisa ngerjain tugas di Sekolah."

Mama nya menggeleng pelan, putrinya ini suka tidur larut malam tapi saat pagi ssngat susah dibangunkan, "kamu itu kaya abang aja, pasti males kalo ngerjain tugas."

"Beda dong, kalo abang udah dari lahir males. Kan Thalita ketiduran, garis bawahi ketiduran bukan malas." balas Thalita.

"Bisa aja ngelesnya, kamu mau sarapan dulu atau langsung berangkat?" tanya Mama.

"Enggak deh Ma, Thalita sarapan di Sekolah aja nanti." seru Thalita dengan mencium punggung tangan mamanya, kemudian ia beralih mencium kedua pipi mamanya. Hal sederhana yang biasa Thalita lakukan setiap hari.

"Yaudah jangan lupa makan pokoknya, gak usah ngebut juga bawa mobil masih pagi gak terlalu macet." ujar Mama dengan mencium kening putri kesayangannya itu.

"Ay ay captain." ucapnya sebelum menghilang dibalik pintu. Mamanya menggeleng kepala dan tersenyum tipis kemudian melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, menyiapkan sarapan pagi untuk Suami dan Putranya.

•••••

Beberapa menit kemudian, mobil Thalita sudah terparkir rapi di parkiran sekolah. Ia menggendong tasnya dan berjalan melewati sepanjang koridor yang masih sepi. Hanya ada beberapa anak yang sudah datang, biasanya anak yang rajin datang sepagi ini adalah anak yang terbilang kutu buku.

ELTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang