22. Manja

4K 186 20
                                    

"Hargai sebuah pertemuan, ikhlaskan sebuah perpisahan."

-Darryl Angkasa Pratama

••••••

Bel istirahat sudah terdengar sejak lima belas menit yang lalu. Namun, Thalita masih berada di dalam kelas sibuk menyalin tugas bahasa inggris. Jika bukan mata pelajaran bahasa inggris, gak mungkin dia bela-belain mengerjakan tugas itu dan merelakan jam makan siangnya. Guru bahasa inggris terkenal killer, sekali muridnya tidak mengerjakan akan diberi hukuman yang berat, bahkan tidak tanggung-tanggung.

Thalita menyalin semua jawaban Karin dengan cepat, sedangkan keempat sahabatnya sudah pergi ke Kantin. Dia akan menyusul nanti jika selesai.

"Shit! Banyak banget gila, capek nih tangan gue. Ngasih tugas gak tanggung-tanggung." umpat Thalita

Denzel tertawa kecil melihat umpatan Thalita itu, "Udah kerjain. Lagian lo kok bisa lupa sih?"

Thalita tidak sendiri, ada Denzel di belakangnya yang menemani. Cowok itu tidak pergi ke Kantin dengan alasan ia tidak lapar. Padahal ada maksud tersembunyi.

"Gurunya nyebelin sih, jadi mata pelajarannya gak keinget sama sekali di otak." celetuknya

Tawa Denzel pecah seketika, "Lo lucu banget sih, lo nya aja yang males." Denzel mengacak-acak rambut Thalita gemas dari belakang.

Thalita mengerucutkan bibirnya kesal, "Jangan diberantakin ih, lo ke Kantin sana bikin rusuh aja disini."

"Gak mau ah, gue pengen nemenin lo kok."

"Lo kira gue bocah yang harus dijaga." cibir Thalita

Denzel mengangguk kecil, "Iya, lo harus di jaga. Gue sama bang Titan bakal jagain lo."

"Idih, kalo bang Titan sih gue percaya. Kalo lo paling juga modus sama gue. Ya kan? Ngaku lo!"

"Itu salah satunya." detik berikutnya mereka berdua tertawa, mereka pikir yang mereka bahas adalah sesuatu yang tidak penting. Tapi bagi Denzel itu semua memang dari dasar lubuk hatinya.

"Tha." Panggil Denzel

Thalita menolehkan kepalanya ke belakang dengan alis mengernyit bingung, "Ha?"

"Gue mau kok jadi selingkuhan lo, selagi Alvino gak tau, ayo pacaran!"

Bukannya kaget, Thalita malah tertawa keras. Dia tau Denzel cuma bercanda, toh dia juga tau Denzel orangnya gak pernah serius jadi gak masalah buat Thalita.

"Bego lo, mau habis di tangan Alvino lo?" Bukan, itu bukan suara Denzel maupun Thalita. Tapi seseorang yang baru saja memasuki kelas Thalita.

"Bang Titan!" seru Thalita girang.

Titan tersenyum lebar, mengacak-acak rambut Thalita gemas. Dia bersumpah, dia akan menjaga Thalita seperti menjaga Denzel. Senyum Thalita harus terpatri di bibirnya sampai kapanpun. Air matanya tidak boleh keluar sedikitpun.

"Makanya tadi gue cari di Kantin gak ada, eh malah mojok di sini."

"Amit-amit mojok sama dia, tuh bang adek lo ngajarin gue selingkuh." adu Thalita

"Emang dia gak ada otak."

Thalita tersenyum kemenangan, menjulurkan lidahnya ke arah Denzel. Bukannya kesal Denzel justru tertawa melihat tingkah Thalita. Diikuti tawa Titan yang menggema di dalam kelas Thalita. Sedangkan yang ditertawakan memasang wajah serius kembali mengerjakan tugasnya. Tapi, bagi mereka berdua wajah Thalita yang serius masih saja menggemaskan. Entahlah apa yang ada di pikiran mereka.

ELTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang