I

19.3K 1.1K 69
                                    

"Maafin Illy ya, Alya.." gadis kecil itu memandang boneka barbie yang bajunya tidak lagi utuh. Tadi ia tak sengaja menariknya hingga merobek gaun barbie tersebut.

"Yah, Illy.. itukan barbie kesayangan Alya." anak perempuan yang diajak bicara itu mulai terisak. Ia memeluk boneka barbie kesayangannya.

"Illy nggak sengaja, Alya. Ini deh Alya boleh pilih baju-baju barbie punya Illy. Ntar Illy kasih buat ganti baju barbie yang Illy rusakin.." tawar gadis yang mulai ikut menangis itu. Ia menyesal. Awalnya ia hanya berniat melihat gaun barbie milik Alya yang memang baru saja dibeli gadis itu di Singapura. Namun ternyata tarikannya terlalu kuat hingga membuat baju barbie tersebut koyak. Syal yang dikenakan barbie tersebut juga terlepas.

"Kalo gitu, Alya mau baju barbie Odette nya Illy." jawab gadis kecil bernama Alya itu.

Illy terdiam. Barbie Odette adalah barbie kesayangan Illy. Dulu almarhum Papa nya yang membelikannya. Walau harganya tak semahal barbie kesayangan Alya, namun gaun yang dikenakan Odette cantik sekali. Terdapat payet-payet berbentuk kupu-kupu di ujung gaun yang berwarna baby pink.

"Kalo Illy nggak mau, nggak usah jadi temen Alya lagi. Alya benci sama Illy!" ancam Alya dengan air mata yang semakin deras.

"Nih. Buat Alya.." Illy berusaha berbesar hati untuk memberikan baju barbie Odette nya. Biarlah nanti Odette memakai baju-baju barbie yang lain, walau tak secantik gaun aslinya.

"Yeyyy. Makasih Illy!" Alya buru-buru menghapus air mata nya. Kesedihannya seakan menguap begitu saja. Kini perhatiannya fokus pada boneka barbie nya yang telah memiliki baju baru. Ia tak sadar bahwa diam-diam, teman bermainnya meneteskan air mata.

"Alya, Illy pulang dulu ya. Udah sore, Illy takut dicariin Mama."

Seakan tak peduli, Alya hanya mengangguk tanpa menoleh pada Illy.

Illy pun mengemasi mainannya.

Diam-diam, sepasang mata menyaksikan kegiatan dua gadis kecil itu dari celah pintu yang dibiarkan terbuka. Orang itu pun pergi meninggalkan tempat persembunyiannya ketika Illy hendak keluar dari kamar Alya.

Kedua orang tua Alya yang memang sama-sama bekerja membuat rumah Alya sepi di siang hari seperti ini. Hanya ada Bibi Yulia, yang sering disapa Bi Lia, yang merupakan asisten rumah tangga keluarga ini, serta Ali, kakak laki-laki Alya yang sering menghabiskan waktu untuk bermain game di dalam kamarnya.

Menjadi tetangga sejak lama bahkan sebelum Alya dan Illy dilahirkan, membuat keluarga keduanya dekat bahkan bisa dibilang layaknya saudara. Ketika Radit, Papa Illy meninggal karena kecelakaan, keluarga Alya lah yang setia menguatkan dan menopang keluarga Illy. Hal itu yang membuat Illy selalu merasa berhutang budi pada keluarga Alya. Ella, Mama Illy, selalu mengingatkan anaknya agar selalu berbuat baik pada keluarga besar Dirgantara, Papa Alya.

Menuruni anak tangga di rumah Alya, Illy berpapasan dengan Bi Lia yang sepertinya hendak mengepel lantai dua. Wanita itu membawa gagang pel dan sebuah ember.

"Loh, Non Illy kenapa nangis?" tanya Bi Lia setelah melihat pipi Illy yang basah.

Illy buru-buru mengelap pipinya dengan punggung tangan.

"E- enggak, Bi. Ini tadi Illy kelilipan terus perih dikiit." dusta Illy. Gadis dengan rambut kuncir dua itu tak ingin orang-orang berpikir jelek tentang Alya. Toh ini semua salah dirinya.

"Oh gitu. Terus sekarang gimana? Udah sembuh, Non?"

"Udah kok Bi. Illy pulang dulu ya, Bi."

"Iya, Non. Hati-hati di jalan, ya. Salam buat Mama."

UnrighteousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang