8. BERBOHONG

94 9 0
                                    

Terkadang kita butuh mengeluarkan kebohongan demi kebaikan kita sendiri
Menutupi luka dan terus tersenyum dengan bantuan sebuah topeng.
- PrastikSF -

~~~~~

BRAAAAAAKKKK !!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"sudahku bilang pergilah! Aku tidak ingin di ganggu! Terserah kalian sajalah!" aku tanpa sengaja membentak teman-temanku hanya karena terganggu. Seluruh isi kelas menatap ke arah meja ku.

"jangan ribut! Silakan kalian diskusi tetapi tidak boleh ribut seperti itu, mengerti?" Pak Firman memperingati agar kita tidak ribut dalam diskusi, padahal kita sama sekali belum diskusi apapun tetapi tetap saja semua murid mengangguk.

"sudah ku bilang biarkan dia sendiri. Ayo sebaiknya kita saja yang mendiskusikan ini. jika dia sudah, nanti kita beri tahu padanya tentang konsep lukisan apa yang harus kita buat. Oke?" Ariska memang pendiam tetapi dia memiliki sikap yang dewasa dan mampu mengerti apa yang orang rasakan.

   Aku merasa bersalah telah membentak mereka yang sudah jelas tidak salah dalam hal ini tetapi saat ini aku sedang kacau dan benar kata Ariska, aku butuh sendiri untuk menenang hati dan pikiranku atas kejadian kemarin. Mereka yang tadi berada di meja ku langsung melangkahkan kaki nya untuk pindah diskusi. Kemudian aku melanjutkan tidur ku kembali yang sudah pasti di ketahui pak guru tetapi aku tidak peduli.

~~~~~

   Sekarang waktu nya istirahat, saat itu juga machda menghampiriku untuk membuat lelucon lebih tepatnya ia ingin menghiburku tetapi tetap saja aku tidak merasa terhibur karena suasana hati ku yang sedang kacau. Machda pun merasa keheranan, biasa nya aku tertawa atau paling tidak tersenyum untuk merespon leluconnya itu tetapi kali ini tidak.

"ada apa denganmu? Tidak seperti biasa nya, minimal pasti kamu tersenyum jika aku mengeluarkan leluconku, cerita yang aku katakan tadi juga lucu sekali." aku yang di tanya oleh machda hanya menyandarkan kepala ku ke belakang kursi sambil mengambil headset lalu ku pasang ke handphone untuk mendengarkan musik. Di sekolah memang tidak boleh membawa handphone tetapi aku tidak ingin berbicara atau mendengar ucapan semua orang maka dari itu lebih baik aku memakai headset.

"ada apa dengan nya machda? Aku melihat dia sejak pagi seperti tidak baik-baik saja. Minggirlah! Biar aku yang coba berbicara dengannya" Ibrahim pun ikut menghampiri machda yang sedang berada di kursi ku.

"kamu sudah tahu bukan jika di sekolah tidak di perbolehkan membawa handphone? Aku juga tahu kamu tidak sepenuhnya menyalakan volume dengan full jadi kamu bisa mendengar ucapanku." Ibrahim melepaskan headset di telinga ku yang membuatku melirik ke arahnya dengan malas.

"Pergilah! Tidak perlu repot-repot mengkhawatirkan aku." aku mengucapkan kalimat dingin.

"apa kamu sedang ada masalah? Kita sudah kenal sejak awal masuk sekolah bukan? Apa kamu tetap ingin menghindar dari kita terutama aku? Ayolah cerita dan aku siap mendengarkan!" pertanyaan Ibrahim  yang terus mendesakku untuk berbicara tetapi aku tetap diam karena tidak mungkin menceritakan aib ini ke semua yang, jika itu terjadi pasti aku akan di tertawakan bahkan bisa di jauhi.

"a...aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit mengantuk akibat kemarin terlalu sibuk membantu mama merapihkan toko. Dan maaf tolonglah menjauh, aku tidak ingin berdekatan dengan siapapun terutama laki-laki." aku mengucapkan itu dengan tidak sengaja, membuat Ibrahim dan Machda terkejut.

"apakah ini semua ada urusannya dengan seorang laki-laki? Apa kamu baru saja putus cinta?" Machda dengan tiba-tiba berpendapat seperti itu yang membuatku membulatkan mata.

"oh jadi ini alasanmu berdiam diri hari ini? Hanya masalah putus cinta? Hahah Sudahlah, laki-laki di dunia ini banyak sekali yang lebih baik dari pacarmu sebelumnya." nasihat Ibrahim dan tangannya memegang pundak ku.

"iya. Aku baik-baik saja, lebih baik lupakan apa yang terjadi." ucapku sambil menyingkirkan tangan Ibrahin dari pundak ku yang membuatnya tersadar lalu meminta maaf.

  Aku terpaksa menyetujui perkataan mereka agar mereka cepat pergi dari hadapanku yang membuatku terpojok atas semua pertanyaan mereka. Memang kepedulian mereka perlu di acungi jempol tetapi jika aku berkata jujur maka aku lah yang rugi akan kehilangan teman-teman seperti mereka semua, jadi dengan berat hati aku berkata seadanya dan cepat menyetujui apa yang mereka katakan.

~~~~~

"jangan lakukan itu! Menjauhlah" seseorang terus mendekati ku dengan jubah hitam yang membuatku semakin menjauh ketakutan.

  Aku terus menggelengkan kepalaku, berkeringat dan tidak mampu berlari karena tubuhku sudah terpojok oleh dinding. Seseorang berjubah hitam itu terus mendekati ku sampai ke arah wajahku. Aku berusaha menahan dengan tanganku yang bahkan kalah dengan tenaga nya, aku semakin berkeringat dan ingin berteriak pun tidak mampu seperti bisu seketika. Ada apa ini? Aku hanya mampu menangis saja di sini dan di posisi seperti ini? Menahan pun aku tidak mampu, tiba-tiba seseorang berjubah hitam itu.



















"tidaaaaaaaaaakkkk!!!"

.
.
.
.
.
.
.

T B C ~

Semangat para sahabat
T I T I K karena makin banyak tulisan, makin sering kalian membaca dan makin sering kalian bakal kepoin terus cerita ini hahah

Semoga doa kalian yang pengen ini tembus 10k dan vote maksimal 5k, bisa tercapai ya aamiin 😊🙏
Love untuk semua nya 💕💕

Komen juga ya klo semisal ada kesalahan dalam menulis
maklum manusia tak luput dari Typo 😅














T I T I K (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang