17. RENCANA

24 3 0
                                    

Ketika aku sedang nyaman bekerja di butik muslimah, ada salah satu pelanggan yang memang menitipkan barang-barang dagangannya di butik milik bosku seperti gamis, kaos, cardigan, dan kerudung. Orang ini juga sering mampir ke butik untuk sekedar menyapaku jadi aku mengenalnya walaupun baru 1 bulan dan yang aku lihat ia baik, ramah, sabar (mungkin memang umurnya lebih tua dariku), tutur katanya lembut juga ia lulusan sarjana hukum entah kenapa aku menyukai orang ini untuk di jadikan teman. Setelah saling mengenal, orang ini berniat mengajakku membuat akun youtube pribadi untuk di jadikan vlog karena katanya itu sedang booming, bisa menghasilkan dollar, sekaligus ia menjadiku partner bisnis karena ia akan membuka bisnis style fashion lalu aku menyetujui nya karena ide bisnis pertamanya tidak mengharuskan aku keluar dari pekerjaanku hanya butuh akses internet saja tetapi, bisnis style fashion itu tidak berlangsung lama. Ia pun tidak menyerah dengan tiba-tiba memiliki ide dan bertemu denganku untuk membicarakan ide terbaru.

"aku punya ide fresh yang juga sedang hits, bagimana jika kita membuka bisnis cemilan ringan dengan label kita sendiri?" ucapan orang ini yang bernama Chasana.

"maksudnya bagaimana? Cemilan dengan label sendiri? Apa mba punya contoh?" aku kembali bertanya dengan rasa heran.

Dengan sigap mba chasana search instagram contoh cemilan yang di maksud "nah seperti ini! Jadi kita membeli cemilan semacam keripik, makaroni dan sebagainya lalu kita kemas lagi, terakhir di beri label yang telah kita desain." penjelasan mba Chasana sambil menunjukan contoh cemilan yang ada di handphonenya.

"dimana kita harus membeli kemasannya? Dan dimana kita harus mendesain label?" tanyaku tetap dengan rasa heran.

"kemasan agar terlihat keren bisa pakai standing pouch, mendesain logo di percetakan dan aku punya kenalan di daerah stasiun bekasi. Bagaimana? Bagus bukan?"

"cemilan saja pasti orang akan bosan, nanti lama kelamaan pasti tidak laku karena tetangga ku ada yang menjual seperti ini dan jarang yang laku, akhirnya terbuang." aku memberi pendapat sesuai fakta.

"mungkin tetanggamu menjual cemilannya menggunakan plastik biasa dan tidak menarik tetapi, contoh cemilan ini saja mampu menghabiskan banyak kilogram untuk setiap orderan karena kemasannya juga menarik, harga murah." penjelasan mba Chasana untuk meyakinkanku.

"mungkin iya. Bagaimana dengan modalnya? Bisnis semenarik ini butuh modal yang lumayan bukan?" aku kembali bertanya untuk terus mendapatkan kejelasan.

"untuk modal.. Aku memiliki kenalan investor yang bernama Pak Esa yang baik sekali tanpa terikat bunga setiap tidak bisa membayar. Kebetulan beliau juga sudah membantuku membukakan usaha konveksi kecil-kecilan dirumah dengan memberi modal sebesar 5juta"

"wow! Mba juga memiliki bisnis konveksi? Apakah akan terhandle nanti nya antara konveksi dan bisnis cemilan?" aku terus bertanya karena terkejut.

"aku bisa menghandle keduanya nanti, maka dari itu aku pilih kamu untuk menjadi partner bisnis jadi sewaktu-waktu aku sibuk mengerjakan pesanan konveksi dan kamulah yang menghandle cemilan. Bagaimana?"

Aku berpikir sejenak. "baiklah aku setuju memulai bisnis baru ini dan semoga tidak macet seperti bisnis style fashion kita sebelumnya." akhirnya aku menyetujui setelah berpikir beberapa menit.

   Kita mulai sibuk memikirkan ide segar untuk di tuangkan kedalam bisnis, aku juga sering diam-diam menutup butik dengan cepat padahal belum waktunya untuk tutup hanya untuk bertemu mba Chasana membicarakan rencana, dan mempersiapkan segalanya untuk bisnis. Setelah aku menginjak 5 bulan bekerja di butik, mba Chasana semakin sering mengajak aku bertemu yang membuatku kebingungan dan akhirnya aku mulai menghubungi mba Chasana melalui telepon untuk membicarakan bahwa aku merasa tidak nyaman.

"halo mba aku ingin bicara. aku bingung jadi hampir setiap hari kita mesti bertemu membicarakan segalanya, tidak bisakah mba saja yang datang ke butik tempatku bekerja?"

"harus bagaimana lagi? kita memang bergerak cepat untuk ini bukan? Agar makin matang saat berbisnis nanti." ucapan mba Chasana dari balik telepon.

"aku tidak bisa terus bertemu yang membuatku jadi sering terlambat sampai butik dan pulang pun selalu cepat padahal belum waktunya tutup. Aku merasa tidak nyaman, bagaimana jika pemilik butik mengetahuinya? Aku bisa di marahi nanti." ucapanku tanpa henti melalui telepon.

"tetapi, kita harus lakukan itu karena kamu jarang dapat hari libur kerja. Aku punya usul bagaimana jika kamu fokus dengan bisnis cemilan saja? Aku yakin bisnis ini akan besar dan memilik pendapatan lebih banyak dari gajimu, asalkan kita benar-benar fokus. Lagi pula kamu sendiri mengatakan bahwa sudah tidak nyaman bekerja di butik karena pemilik yang perlakukan kamu bukan hanya seperti karyawan tetapi sebagai pembantu juga bukan?" respon yang terucap dari mba Chasana di balik telepon.

Aku terdiam sebentar karena bingung apa yang harus ku jawab. "i..iya memang seperti itu ta..tapi aku juga butuh uang sebelum omset bisnis benar-benar meningkat." ucapku agak sedikit gugup.

"yasudah, yang penting aku sudah memberikan usul terbaik. Kamu tinggal pikirkan." menutup telepon setelah berbicara.

"apa? Di matikan? Huuufft bisa-bisa nya ia mengatakn itu? Sudah tahu Indonesia sangat sulit mendapatkan pekerjaan." aku mengomel sendirian setelah mendengar telepon di tutup.

   Aku masih terus bekerja dengan baik walaupun memang benar sudah tidak nyaman dengan perlakuan pemilik toko tetapi aku memikirkan jangka panjang. Seminggu ini pun pemilik toko sangat rewel, belum lagi jika aku libur kerja pasti setelah masuk kembali ke dalam butik kondisi sudah berantakan seperti piring kotor bekas makan di taruh di meja kasir, baju-baju yang tidak di tata kembali, air bak yang tidak boleh di isi pun penuh dan aku harus menguras bak tersebut jika tidak sudah pasti pemilik butik akan mengomel tiada henti, lebih sakit lagi saat ayahku di beri tugas menservice ac butik yang ternyata memang ada bagian yang rusak harus di ganti tetapi pemilik butik tidak percaya karena terlalu mahal biayanya jadi ia memutuskan menyuruh orang lain untuk menservice ac, padahal ayahku sudah sangat lelah saat itu sampai harus menaiki atap yang terdapat sela-sela kecil. Jika sudah menyangkut orang yang aku sayangi di sakiti dengan sendirinya rasa kecewa muncul begitu saja, apakah harus aku mengundurkan diri?




























TBC~










Harus gak ya resign kerja? Hayoooo tebak 😯 di tunggu komentarnya yaa..

T I T I K (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang