19. MUNGKIN SALAH KIRIM

21 3 0
                                    


"apa kamu masih kuat berbisnis dengannya?" mama kembali bertanya untuk memastikan.

"mmmm aku..." mulai terdiam kebingungan.















"iya, aku akan tetap berusaha bertahan di bisnis ini karena ini mungkin baru awal. Oh iya mama maaf kita belum bisa mencicil dana yang telah kita dapatkan dari mama karena omset belum juga di hitung oleh mba Chasana."

"tidak usah pikiran itu, fokuslah dengan bisnis mu itu. Yasudah sana pergi tidur! kamu jadi sering pulang larut malam setelah berbisnis" ucap mamaku dan aku hanya mengangguk lesu lalu pergi menuju kamar.

~~~~~

  Seperti biasa aku dan mba Chasana selalu sibuk dengan bisnis cemilan, di saat aku sedang mengurus pencatatan pengeluaran juga pemasukan minggu ini di ruang tengah dari rumah mba Chasana dengan tiba-tiba ada yang memanggilku untuk membicarakan sesuatu di ruang tamu.

"Prastika! bisa kesini sebentar!" seruan yang terdengar seperti suara mba Chasana lalu tanpa basa-basi aku menghampiri sumber suara.

"bagaimana pencatatan pengeluaran dan pemasukan minggu ini? Apa sudah kamu urus? Karena aku sedang sibuk urus orderan jahitan kerudung pelanggan. Lihatlah! banyak sekali bukan?" ucapan mba Chasana sambil memperlihatkan betapa banyaknya kerudung yang ada di hadapannya.

"ini sedang aku kerja lalu mba memanggilku kemari jadi aku harus menunda pekerjaanku." ucapku dengan sindirian.

"hahah.. Maafkan aku tetapi ada yang ingin aku bicarakan juga denganmu masalah konveksiku ini." Mba Chasana berbicara tetapi tatapan mata mulai fokus dengan mesin jahit di depannya.

"maksudnya bagaimana?"

"aku ingin mengajakmu bergabung juga di konveksiku karena aku selalu kesulitan mengurus ini sendirian." mba Chasana mengatakan dengan ringannya.

"Apa? Aku? Aku tidak tahu menahu tentang konveksi, aku hanya bisa mendesain saja." aku terkejut saat mba Chasana mengatakan usulan tersebut

"aku akan ajarkan kamu perlahan, justru bakatmu itu harus di perdalam jangan hanya mendesain tetapi, harus bisa membuat pola dan perhitungan bahan. Bagaimana?" rayuan mba Chasana yang membuatku bingung setengah mati karena ia orang yang tidak ingin di tolak dalam hal apapun.

"huuuffft.. Aku sudah sangat pusing memikirkan bisnis cemilan kita, lalu aku harus urus konveksi juga? Lama-lama otakku ini bisa pecah mba." aku mengomel pada mba Chasana.

"setiap orang butuh belajar bukan? Kita juga butuh biaya tambahan untuk bisnis cemilan kita, jadi semisal dapat order jahitan seperti ini lalu uangnya kita taruh di bisnis cemilan agar kita cepat bisa menabung untuk mengurus perizinan." mba Chasana terus mengeluarkan rayuannya yang membuatku tambah kebingungan.

  Aku pun tidak langsung menjawab karena butuh waktu beberapa menit untuk memikirkan. "baiklah akan aku coba menjalankan konveksi ini untuk memperdalam juga dunia fashion" akhirnya aku menyetujuinya lalu kembali dengan pekerjaanku merekap data.

  Setiap hari aku makin sibuk saja untuk membagi pikiranku menjadi dua antara cemilan dan konveksi, mba Chasana selalu mengajarkan aku banyak hal di dalam konveksi yang membuatku tak mengerti sama sekali walaupun sudah di bahas berkali-kali, ternyata rumit sekali dunia konveksi dan aku baru mengetahui teknik desain saja.
  Sekarang kita juga mendapatkan orderan jahitan seragam sekolah TK yang mengharuskan kita ke lokasi untuk mengukur setiap anak di sana dan membicarakan model juga bahan yang mereka inginkan, saat mba Chasana di tanya oleh pendiri TK siapa diriku? lalu yang aku dengar dari mulutnya adalah "ia adalah assisten ku yang membantu aku dalam bisnisku." setelah mendengar itu aku terkejut dan kecewa bahwa selama ini aku hanya assistennya? Bukanlah partner? Mulai dari situlah aku banyak diam, terkadang juga melawan perintahnya. Kemana pun aku masih sering ikut dengannya sampai akhirnya konflik benar-benar muncul karena dia membentakku di depan umum saat membuat label cemilan, aku pun langsung berbicara bahwa aku tidak suka apa yang ia lakukan tetapi ia malah menekankan bahwa aku seorang yang tidak peka dan tidak peduli terhadap dirinya juga bisnis ini  padahal yang aku tahu kebanyakan ide baru di dapatkan dariku tetapi hanya karena kelelahan dan mendapatkan antrian panjang di percetakan ia seenaknya marah-marah padaku.

T I T I K (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang