18. KEPUTUSAN BERBISNIS

19 3 0
                                    

   Jika sudah menyangkut orang yang aku sayangi di sakiti dengan sendirinya rasa kecewa muncul begitu saja, apakah harus aku mengundurkan diri?







































~~~~

"ayah, mama seperti nya aku harus berhenti bekerja dan fokus berbisnis dengan partnerku." ucapku setelah beberapa hari untuk memikirkan, akhirnya aku bisa mengambil keputusan dan membicarakan pada orang tua saat ingin berangkat bekerja.

"kenapa seperti itu? Apa yakin bisnis ini nantinya menjamin hidupmu?" tanya ayah dengan ragu.

"do'akan saja agar apa yang aku jalani selalu di beri kelancaran. Aku ingin seperti mama yang memiliki usaha sendiri dan mendapatkan hasil yang lebih setiap hari dibandingkan gaji setiap bulannya."

"kita sebagai orang tua selalu mendo'akan tetapi apakah keputusanmu sudah seyakin itu? Kamu tahu bukan betapa sulitnya di Indonesia mendapatkan pekerjaan? Kalau ini tidak menjamin, lalu kamu akan bagaimana?" mama sangat mengkhawatirkan keputusanku.

"mama tenang saja, setiap yang kita jalankan pasti ada resiko bukan? Aku memiliki keyakinan untuk bisnis satu ini." ucapku untuk meyakinkan mama.

"huft.. Baiklah, kamu sudah dewasa dan kamu juga harus bisa menjalankan apapun dengan baik."

"terima kasih sudah mengerti. Aku akan mengundurkan diri hari ini. Yasudah aku harus berangkat bekerja sekarang." ucapanku sambil mencium tangan kedua orang tua untuk berpamitan, lalu segera berangkat menuju butik.

Sekitar pukul 08:45 aku sampai di butik, seperti biasa aku mulai bersih-bersih butik sebelum pelanggan datang.
Temanku yang bernama Sinta sebagai pekerja di toko sebelah butik pun sering mampir ke dalam butik untuk mengobrol, aku pun berusaha berbicara padanya atas keputusanku untuk tidak bekerja lagi di butik. Ia sedikit keheranan dan memberi saran padaku tetapi keputusanku sudah sangat bulat jadi aku hanya sekedar merespon saja tetapi tidak akan membatalkan keputusan.

"baiklah, kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Aku tahu sifatmu yang keras kepala tetapi aku hanya bisa memberi nasihat agar kamu selalu mendapat yang terbaik." ucapan temanku yang terdengar seperti sindiran tetapi mengartikan kebaikan.

"iya mba sinta, do'akan aku semoga jalanku kali ini berhasil." aku memanggil mba karena lebih tua setahun dariku.

"iya tenang saja. Kalau sudah sukses nanti jangan lupa mampir ke sini ya!" ucapan mba sinta dengan tersenyum dan aku respon dengan anggukan.

   Sekitar pukul 16:00 pemilik butik datang lalu aku segera berbicara mengenai pengunduran diriku, awalnya beliau menyuruhku tetap bekerja karena mencari karyawan yang jujur itu sangatlah sulit tetapi keputusanku sudah bulat dan akhirnya pemilik butik menyetujuinya. Aku segera menghubungi mba Chasanah untuk memberi tahu Kalau aku sekarang sudah free, jadi aku bisa fokus mengurus bisnis bersama nya dan terdengar jelas bahwa mba Chasana senang atas keputusanku ini.
  

~~~~

    Waktu terus berjalan dan sudah 3 bulan kita masih terus menunggu keputusan para investor dari pihak mba Chasana juga dari pihak om Ita tetapi, belum ada kepastian dari keduanya. Aku memiliki 3 partner yaitu mba Chasana, om Ita dan tante Ita (panggilan di ambil dari nama anak pertamanya). Semua rencana sudah tersusun tetapi dana belum juga terlihat, sampai akhirnya mamaku sendirilah yang menjadi investor sesungguhnya dengan memberikan dana secepat kilat senilai 5 juta pada usaha cemilan kami, mamaku menggunakan uang tabungannya karena berharap aku akan benar-benar mendirikan bisnis yang akan sukses nantinya.
   Aku dan mba Chasana mulai membeli perlengkapan bisnis sampai berkelana jauh ke Jati Negara, Asemka. Setelah siap semua nya kami mulai menjalankan bisnis dengan awal yang baik tetapi tak luput dari cekcok pendapat yang tidak pernah sama.

T I T I K (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang