Sebuah Janji

25 2 1
                                    


" aku senang akhirnya kita punya pemimpin seperti Pak Rayyan " celetuk seorang pegawai yang sedang asik berbincang dengan beberapa pegawai wanita ditoilet.

Indy yang mendengar dari balik pintu salah satu toilet disana merasa prihatin karena sebagian dari mereka senang dengan kepergian Rama yang tiba tiba ini. Bahkan mereka berani menghujat kepemimpinan Rama yang menurutnya tak lebih baik dari Rayyan.

" Pak Rama itu bagai macan yang kehilangan taringnya,  garang tapi tidak bisa berbuat apa apa hahaha " tawa mereka secara bersamaan.

" lagipula dia tidak pantas jadi pimpinan disini.  Jika bukan karena Ayahnya pemilik Perusahaan paling dia juga akan jadi karyawan rendahan seperti kita"

" malah mungkin jadi office boy hahahaha "timpal yang lain.

Sudah cukup!!  Indy tidak tahan lagi mendengarnya.  Selama 15 menit terakhir ia habiskan waktunya hanya untuk mendengar mereka membicarakan keburukan orang lain.  Bisa bisanya mereka bicara seperti itu,  seolah mereka mengenal dekat Rama.

BRAKK!!!

Indy membuka pintu toilet dengan kencang hingga membuat kegaduhan dan membuat ke 4 gadis yang tengah berdiri didepan cermin berukuran besar itu terlonjak kaget. 

Mereka secara bersamaan menatap kearah Indy yang masih berdiri di depan salah satu toilet disana.

" sejak kapan dia disana? " tanya salah seorang wanita dengan kemeja bermotif mencolok.

" entahlah " jawab yang lain kompak seraya mengangkat bahu mereka masing masing.

" aku tau... Mungkin kalian tidak suka dengan Pak Rama.  Pada awalnya aku juga begitu sama dengan kalian yang tidak menyukai nya,  dia sering bertingkah semaunya,  bicara kasar dan menyakiti perasaan orang lain.  Dia juga angkuh,  sombong dan menyebalkan tapi apa kalian tau bagaimana dia sebenarnya?  Sebenarnya dia tidak seperti yang kalian lihat selama ini " jelas Indy panjang lebar, mendengar penjelasan Indy mereka hanya terdiam dan bengong.

" tolong jangan membandingkan orang lain,  karena setiap orang mempunyai karakter nya masing masing " lanjutnya.

" kau ini kenapa sih Indy?  Bukannya diantara kita kaulah yang paling sering kena marah?  Kenapa membela nya?  Harusnya kau senang karena atasanmu yang baru jauh lebih baik dari Pak Rama "

" betul,  melihat sikapmu seperti ini membuat kami jadi curiga... Apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Pak Rama? "

Tudingan mereka seketika membuat Indy gugup.  Ia sadar tidak seharusnya ia bersikap seperti ini, akibatnya mereka memiliki kecurigaan terhadap Indy.

"  tidak!!  Aku hanya.... Mencoba menghormati Pak Rama sebagai pimpinan. Sebaiknya kalian kembali bekerja " perintah Indy yang kemudian segera keluar dari ruangan itu.

Hari ini adalah hari pertama Indy tanpa Rama di kantor,  ada yang berbeda dari biasanya.  Jika biasanya Rama selalu memerintah nya kini Indy lebih sering berdiam diri di meja kerjanya.  Sejak kejadian itu,  Rama masih belum dapat dihubungi.  Nomor handphone yang biasanya standby  tiba tiba jadi tidak aktif. 
Indy juga memilih tidak menemui Rayyan ataupun menanyakan perihal pengalihan jabatan yang diberikan olehnya.

" Indy bisa antarkan ini ke Pak Rayyan? " tanya seorang wanita yang membawa map ditangannya.

"  apa ini? " Indy balik bertanya.

" ini laporan dari pekerjaan sebelumnya " jawabnya.

" kenapa tidak kau berikan  sendiri? Pak Rayyan ada di ruangannya " Indy menyarankan.

See You GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang