📖 Happy reading 📖
_____
Pierce menatapku lama, lalu menjawab, "mm.. Lupakan." Dia terus memainkan rambutku dan masih tetap memandangiku. "Apa ini warna aslinya?" jari-jarinya kini beranjak menyisir rambutku, menyentuh kulit kepalaku.
Oh, ya ampun! Aku bergidik merasakan sensasi terbakar dari jari-jarinya. Ini sungguh tidak bisa dikendalikan. Bertahanlah, Brie. Kau pasti bisa!
Aku hanya menggeleng sambil menelan ludah. Semoga dia tidak mendengar suaranya.
Pierce memberi tatapan 'aku butuh penjelasan', membuatku memikirkan seribu satu kata yang bisa kujelaskan padanya. Demi Tuhan! Aku tidak bisa berpikir sementara dua jarinya menjepit beberapa helai rambutku dan membawanya ke hidungnya. Dan menghirupnya.
Bagus sekali!
Aku harap dia tidak mengalami gejala muntaber ketika menghirupnya. Aku tidak tahu kapan terakhir kalinya aku keramas. Mungkin seminggu yang lalu? Entahlah. Mungkin lebih.
Tapi sepertinya wajahnya tidak mengindikasikan apa pun. Apa dia sengaja menahan diri? Atau memang rambutku tidak bau?
"Kau belum menjawabku." Serunya mengagetkanku.
"Eh, tidak. Warna aslinya coklat. Mungkin sedikit sama denganmu. Tapi kupikir masih sedikit terang." Jelasku terbata-bata. Tidak dapat dipercaya!
"Kau tidak suka warna asli rambutmu?" tanyanya bingung, bergerak lebih mendekatiku. Astaga! Ini sudah mulai berbahaya.
"Eh, aku hanya mewarnainya agar mirip dengan warna rambut ibuku." Itu memang benar. Warna rambut ibuku sungguh cantik. Dan aku suka.
"Ah. Aku mengerti. Tapi sepertinya kau lebih cantik dengan rambut aslimu. Aku bisa membayangkannya." Benarkah? Detik dia mengatakannya, aku bersumpah akan mewarnainya kembali dengan warna rambut asliku. Meskipun aku tak suka warna itu. Ini benar-benar gila.
"Brie..." Pierce semakin mendekat, mengusap rahangku dengan jari-jari panasnya. Oh Tuhan! Bantu aku.
Saat wajahnya hanya beberapa inci dariku, bunyi pesawat telepon mengagetkan kami. Gangguan yang lain.
Pierce terkekeh, melepaskanku, lalu beranjak meraih pesawat telepon yang terletak di meja samping dua buah kursi berlengan. Dia berbicara dengan si pengganggu di ujung telepon, tapi matanya melirik padaku.
Aku bertanya-tanya, apa kekuatan yang dimiliki mata mengagumkan itu sehingga membuatku tidak bisa melepaskan kontak mata darinya. Kami saling menatap ketika nada suara Pierce mulai meninggi dan dia segera membalikkan tubuhnya membelakangiku.
Apa yang sedang terjadi? Aku ingin saja mendekat dan menguping pembicaraannya, tapi itu tidak sopan, kan?
Yang bisa kutangkap dari pembicaraan itu hanyalah masalah. Masalah yang sedang terjadi di... resort? Aku mendengar Pierce mengatakan resort dan 'aku akan segera ke sana'. Apa maksudnya itu?
Kembali meletakkan pesawat teleponnya, Pierce berbalik dengan wajah yang benar-benar berbeda. Well, dia masih tetap tampan. Hanya saja ekspresinya membuatku tidak nyaman. Pasti sedang terjadi masalah yang serius.
"Brie, aku benar-benar minta maaf. Bisnis keluargaku sedang mengalami masalah. Aku harus meninjau tempatnya dan... mungkin saja meninggalkanmu di sini." Pierce hanya berdiri di sana, tak lagi duduk di sampingku.
Aku segera berdiri dan mendekatinya. "Apa maksudmu meninggalkanku di sini?" oh, ya ampun! Apa-apaan ini? Tidak mungkin aku tinggal di tempat ini sendirian tanpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimmer Of The Sight
RomanceTERIMA KASIH JIKA KALIAN SUKA DENGAN CERITAKU _________________________________________________ Blurb : "Hidupku sudah berakhir. Tidak ada jalan yang bisa mengembalikannya lagi. Karirku yang hancur, pendidikanku berantakan, semua mata dunia yang men...