📖 Happy reading 📖
_____
Pierce menangkapku ketika aku hendak berlari darinya. Kami bermain layangan di pantai pulau pribadinya. Aku tertawa lepas ketika dia meraihku dan memelukku dari belakang, mencium leherku dengan manis.
Layangan di tangan kami pergi terbawa angin menyisakan gelak tawa di sela-sela bibir kami ketika Pierce menarik wajahku dan melumat bibirku. Ini benar-benar hal yang membahagiakan. Hatiku melambung tinggi ke awan-awan sama seperti layangan itu.
"Aku mencintaimu." Bisik Pierce semakin membuatku pusing. Aku tersenyum menatapnya dan membisikkan hal yang sama ke telingannya.
"Aku mencintaimu."
"Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku. Berjanjilah kau akan terus mempercayaiku."
"Aku berjanji."
Lalu tawa jahat Pierce berdesir di bibirnya, hampir terdengar menakutkan. Itu juga terjadi pada matanya yang menggelap. Aku tidak mengerti kenapa.
"Kau wanitaku. Tidak ada yang bisa mengambilmu dariku."
Belum sempat kutanyakan mengapa dia seperti itu, aku lalu dicengkram kuat olehnya. Dia membopongku dengan cepat, lalu berlari ke resort-nya, mengunciku di sana selamanya.
Aku terbatuk kuat, histeris dan membuka mataku, merasakan keringat membasahi wajahku. Sialan!
Harriette di sebelahku telah duduk dengan wajah mengantuk. "Ada apa?"
"Ouch!" Aku berusaha bangun, membuang mimpi buruk itu. Dan aku merasa perutku keram. Aku kelaparan.
"Aku lapar." Kataku memegang perutku.
Detik itu aku bersumpah melihat Harriette akan menghajarku, tapi itu tidak dilakukannya. Sebagai gantinya, dia meninggalkan ranjangku, mengendap-endap keluar dari kamarku.
Sekarang aku punya sedikit waktu untuk menenangkan diriku. Mimpi bodoh apa itu. Apa dia pria yang jahat?
Ini pukul lima pagi ketika aku melirik wekerku. Sialan! Aku hanya tidur selama dua jam.
Merangkak menuruni ranjangku, aku menyeret tubuhku hingga berakhir ke kamar mandi. Aku berkumur, membasahi wajahku dan menelan banyak air, berusaha menenangkan perutku yang mengamuk hebat.
Pada saat yang sama, aku mendengar bunyi yang samar di suatu tempat. Apa itu?
Melirik ke semua arah, mencari adanya tanda-tanda keberadaan suara itu, aku mendapati suara itu semakin membesar ketika aku berdiri tepat di tempat sampahku.
Aku mengacak-acak isi di dalamnya dan menemukan mantel bulu tebal itu. Apakah itu bunyi ponsel?
Ketika menggeledah saku mantel itu, aku mendapati sumber suara itu. Sebuah ponsel. Ponsel yang diberikan Pierce padaku.
Belum sempat aku melirik apa yang menyebabkan suara itu, Harriette tiba-tiba mengagetkanku di depan pintu kamar mandi. "Apa itu?"
Dia tidak menungguku untuk menjawab, dan segera menarik paksa benda itu dari genggamanku. "Ada panggilan telepon. Dan ini dari Pierce."
Lalu matanya dengan cepat mencari mataku meminta penjelasan. "Kau membawa ponselnya? Dan aku tahu, dia pasti sosiopat. Meneleponmu di jam yang tidak normal."
"Oh, hentikan. Itu ponsel yang dia berikan padaku. Pasti dia sengaja memasukkannya ke kantong mantel ini sebelum memberikannya ke salah seorang pramugari untuk kukenakan."
"Ayo, makan setelah itu minum vitaminmu!"
Harriette menarikku meninggalkan kamar mandi, tidak peduli dengan apa yang kukatakan. Fokusnya lebih ke ponsel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimmer Of The Sight
RomanceTERIMA KASIH JIKA KALIAN SUKA DENGAN CERITAKU _________________________________________________ Blurb : "Hidupku sudah berakhir. Tidak ada jalan yang bisa mengembalikannya lagi. Karirku yang hancur, pendidikanku berantakan, semua mata dunia yang men...