13. Kapal Pesiar

2.2K 282 102
                                    

📖 Happy reading 📖

_____

Aku tertegun sesaat melihat tampilan luar kapal yang didominasi warna putih itu, menjulang dengan elegannya. Oh... indah sekali! Dari penampakkan luarnya saja sudah seperti ini, apalagi di dalamnya? Aku tidak sabar berada di sana.

Kapan aku pernah berlibur dengan kapal pesiar? Tidak pernah. Itu menyedihkan. Tapi lihat sekarang! Aku berhasil. Hip hip hooray.

Pierce merasakan reaksi anehku ketika ia merangkulku, tapi tidak mengatakan apapun karena seseorang telah mendekat.

"Selamat datang, Sir." Kata pria itu yang aku duga adalah seorang nahkoda kapal. Semoga aku tidak salah.

"Hai Tim. Langsung saja ke sana." Seru Pierce memberikan senyuman pada si pria dan dia pun mengangguk setuju.

Oh, omong-omong dari tempatku berdiri, aku bisa melihat bahwa kapal pesiar ini memiliki 3 lantai. Atau geladak? Entahlah. Sejujurnya aku tidak mengerti tentang bagian perkapalan ini, jadi mari kita lewatkan bagian itu.

Ada dua tangga yang terdapat di belakang kapal itu, di sisi kiri dan kanan. Kami menaiki salah satunya menuju lantai kedua dan mendapati deretan kursi-kursi cantik yang tersusun rapi.

Pierce terus mengiringku memasuki ruangan dalam kapal dan mendapati ruang santai yang sangat mewah. Sofa-sofa mahal, kursi-kursi berlengan yang cantik dan moderen menghiasi tempat itu. Ada juga tv plasma yang besar, dan berderetan hiasan-hiasan dan ukiran-ukiran cantik dipajang di dalamnya. Ini seperti rumah. Sangat indah!

Melewati sebuah ruang makan dengan peralatan piring-piring yang telah tersusun rapi di atas meja, aku bisa melihat ada seorang wanita yang menatanya dengan cantik, menyapa kami dan Pierce hanya mengangguk.

Sampai kami tiba di sebuah kamar yang sangat... wow! Ranjang king size, tv plasma, meja rias dan ada tangga di bawah menuju kamar mandi.

Aku tahu aku seperti manusia purba yang dengan cepat melewati lintas waktu ke zaman sekarang. Benar-benar terkebelakang. Brie, kau tidak boleh seperti itu. Bersikap biasa saja!

Aku membuka semua penyamaranku dan segera menghempaskan tubuhku ke atas ranjang. Ini nyaman.

"Perjalanannya hanya memakan waktu satu jam. Aku akan memberitahumu nanti jika kita sudah sampai. Aku perlu mengurus sesuatu." Pierce mengagetkanku. Dia masih berdiri di depan pintu kamar.

"Baiklah. Aku akan berbaring." Aku mengusirnya dengan tanganku sambil menguap. Ternyata aku benar-benar mengantuk. Hal terakhir yang kudengar adalah pintu itu tertutup dan semuanya gelap.

"Wakey wakey." Apa-apaan ini? Tidak ada yang pernah membangunkanku dengan kata aneh seperti itu.

Aku mengerang dan membuka mataku. Tapi gelap. Oh itu karena bantal. Aku berusaha bangun dan melirik Pierce duduk di sampingku, membawa sarapan di atas nampan berbentuk meja. Aku melirik sekitar dan ini sudah pagi.

"Apa kau tidak membangunkanku?" Aku berusaha mengerjap dan mengusap mataku.

"Aku sudah mencobanya, tapi kau tidur seperti kayu. Mendengkur pula." Tawa mengejek Pierce membuatku kesal.

"Memangnya kau tidur di mana semalam? Dan asal kau tahu saja, aku tidak mendengkur!" Dengan cepat aku menendangnya, membuat Pierce semakin bersemangat mengolokku.

Menepuk bantal di sebelahku, Pierce dengan bangga mengindikasikan bahwa dia semalam tidur di sampingku. Luar biasa!

"Kau bahkan tidak bisa mendengarnya. Sudahlah, itu tidak masalah. Aku suka wanita yang mendengkur." Ujar Pierce semakin membuatku jengkel.

Glimmer Of The Sight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang