18. Bagian Dari Rencana

1.9K 257 31
                                    

📖 Happy reading 📖

_____

Jadi ini rasanya berkencan, seperti hati yang tengah ditumbuhi bunga-bunga yang bermekaran di musim semi. Betapa aku bersyukur bahwa hidupku belum berakhir, dan menemukan Pierce seperti menemukan harta karun yang tersembunyi di dasar laut.

Kami berkeliling di rumah kaca yang luas, melihat bunga-bunga yang indah di tempat itu, selain Gardenia tentunya. Pierce tidak pernah melepaskan tanganku dan sesekali menariknya ke bibir seksinya yang panas. Aku terpesona dengan semua ini. Dengan pemandangan di sekelilingku dan juga dengan pria di sampingku.

Aku bisa melihat bahwa hidupku benar-benar berubah. Benar-benar berwarna berkat pria ini. Dia membuatku merasakan hal-hal yang menakjubkan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Apakah ini cinta?

"Sudah puas melihat semuanya?" Bisik Pierce ketika kami telah berkeliling ke seluruh tempat itu.

Aku hanya menatapnya, tersenyum sambil mengangguk. Selama kami berkeliling, Pierce banyak menceritakan sejarah tempat ini dibangun dan bagaimana cara mereka memasok bunga-bunga cantik ini ke dalamnya.

"Ini sudah tengah hari. Sebaiknya kita pergi mencari sesuatu untuk dimakan." Ajaknya sambil merangkulku mesra dan membawaku keluar.

Memasuki sebuah restoran yang berada tidak jauh dari rumah kaca, kami mendapati tempat itu sepi. Pierce membawaku masuk ke sebuah ruangan tertutup berisi meja makan besar berbentuk bulat lengkap dengan kursinya. Ruangan itu terdapat dua pintu, satu yang baru saja kami lewati dan yang lainnya berbentuk pintu geser yang telah dibuka, mengarah ke pemandangan pantai. Benar-benar indah!

Pierce melepaskan syal yang menutup kepalaku, mengatakan bahwa tidak akan ada yang melihatku di sini. Aku menurut dan melepaskan kacamataku juga.

"Di mana semua orang?" Tanyaku penasaran.

"Lenyap." Ada nada bercanda di dalam suaranya, yang aku tahu itu pasti perbuatannya, mengosongkan tempat ini, hanya untukku.

Baiklah. Nikmati saja. Ini seperti dunia milik berdua. Iya, kan? Tidak akan ada siapa pun yang mengganggu kami.

Semua makanan yang tidak kupesan telah berhamburan di atas meja itu. Hampir semuanya makanan laut yang begitu menggugah selera. Pierce hanya mengedipkan matanya dan mulai mengambil sepotong dari masing-masing makanan itu, ketika ponselnya bergetar. Melirik sebentar, Pierce mematikan benda itu dan mulai melanjutkan aktivitasnya.

"Siapa itu?"

"Tidak penting. Ayo, kita harus melahap ini dengan cepat. Masih banyak tempat yang harus dikunjungi." Pierce seperti menutupi sesuatu, membuatku curiga.

Kali ini ketika ponselnya bergetar, aku serentak meraihnya, membaca nama yang tertera di sana. Itu Paula. Ketika aku mengangkat kepalaku menatap Pierce, pria itu mendadak tegang, seperti mengantisipasi apa pun yang akan kulakukan.

Ada apa dengannya? "Boleh kujawab?"

"Lalu apa yang ingin kau katakan?"

"Mm.. Terima kasih untuk baju-bajumu dan semua makeup-mu?" Aku mengedikkan bahuku, tidak peduli. Sejujurnya aku ingin mengenal siapa wanita itu, ingin tahu mengapa dia menelepon Pierce. Apa mereka sedang bertengkar atau sesuatu, hingga membuat Pierce mengubrisnya?

"Dan kau ingin mengatakan siapa dirimu padanya?"

Aku berpikir sejenak, lalu berkata, "tidak. Aku hanya akan bilang padanya bahwa aku pacarmu, Gardenia?"

Dan kami tertawa bersama tentang ide bodoh itu. Pierce segera mengambil ponselnya dari tanganku sebelum ide gila itu terlaksana. "Mungkin lain waktu kau bisa memakai penyamaranmu."

Glimmer Of The Sight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang