14. Ciuman Selamat Bekerja

2.2K 253 22
                                    

📖 Happy reading 📖

_____


Berdua saja dengan pria panas ini benar-benar membuatku tidak mampu berkonsentrasi untuk melepaskan semua benda-benda yang melekat di tubuhku ini. Pierce yang masih tetap berdiri di belakangku akhirnya membantuku melepaskan syal yang menutupi kepala hingga bahuku.

"Ada yang salah?" Aku sedikit tersentak mendengar suaranya.

Dengan cepat dan panik aku menggelengkan kepala, tidak mampu mengatakan apa pun. Oh ya ampun! Ayolah, bersikap biasa saja, bodoh!

Membersihkan tenggorokanku, aku mulai melangkah lebih dalam sambil berkata, "Jadi apakah kita akan memasak makanan sendiri atau ada seseorang yang akan datang membawa makanan?" Apa? Mengapa makanan saja yang kupikirkan di saat-saat genting seperti ini.

Aku berbalik menatapnya, dan dia terlihat bingung. "Lapar secepat ini?"

Lihat? Dia pasti sudah menganggapku wanita kelaparan. Oh ya ampun! Oh ya ampun!

"Mm, tidak. Maksudku, apa tidak ada orang lain yang akan masuk keluar tempat ini, selain kita berdua? Kau tahu, kan bahwa aku tidak bisa memasak, sementara kau juga tidak mungkin melakukannya." Oh ya, itu tampaknya sedikit masuk akal.

Pierce hanya mengedikkan bahunya yang luar biasa lebar itu. "Kalau yang kau maksud bahwa tidak akan ada orang yang melihatmu, well, aku bisa mengusahakannya. Tentu saja kita tidak akan memasak atau membersihkan tempat ini. Pegawai-pegawaiku akan melakukannya tepat ketika kita tidak berada di sini."

"Memangnya kita akan berada di mana jika mereka di sini?"

"Terserah padamu. Berenang, berjemur, bermain kayak, snorkeling, scuba diving, apa pun. Itu semua dilakukan di luar tempat ini sementara pergawai-pegawaiku melakukan tugasnya."

"Dan di luar sana tidak akan ada orang?"

"Tentu saja." Pierce mendekatiku, membuatku panik. Apa yang ingin dia lakukan padaku?

"Kau dari tadi masih mengenakan kaca mata hitammu dan juga masker mulut."

Oh, luar biasa! Dengan cepat aku menanggalkan semua benda itu dan lihat! Aku bisa bernapas dengan benar. Phew!

"Sekarang apa?" Tanyaku, ingin memastikan bahwa dia punya rencana yang mengagumkan.

"Kau ingin berenang? Atau kau ingin berjemur? Atau kau ingin apa? Pegawaiku telah menyediakan kudapan lezat dan minuman segar di teras samping, jadi kau bisa berenang atau hanya berjemur sambil menikmati itu semua."

"Hanya itu pilihannya?" Tanyaku cemberut. Dia seperti menyiratkan bahwa 'aku tidak akan bergabung denganmu'.

"Kurasa begitu. Aku harus kembali ke pulau induk untuk menyelesaikan masalah di sana."

Lihat? Sudah kuduga. Jadi aku akan sendirian di sini.

"Kau yakin aku akan aman di sini?" Sejujurnya aku sedikit ketakutan.

"Aku berjanji demi hidupku sendiri, bahwa kau aman." Sambil merogoh kantong celananya, dia memberiku sebuah ponsel beserta earphone. "Ini. Pakai ini untuk menghubungiku. Hanya ada kontakku di sana."

Boleh juga persiapannya. "Sejak kapan kau menyiapkan ini?"

"Sejak kau melupakan ponselmu dan tidak mengingat kontakmu sendiri. Berusahalah untuk mengingat kontakku, jika benda ini juga akan hilang. Cepat berjanji."

Aku tersenyum bodoh memandangnya. "Aku berjanji demi hidupku sendiri." Mengutip ucapannya, Pierce hanya memicingkan matanya memandangku tidak percaya.

"Baiklah. Aku akan segera kembali sebelum makan siang. Nikmati waktumu." Pierce segera pergi, tapi tiba-tiba berbalik. "Oh, ya. Tidak ada ciuman selamat bekerja untukku?"

Glimmer Of The Sight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang