📖 Happy reading 📖
_______
Menarik napasku, aku memulai. "Saat aku bangun pagi, mm... itu seminggu yang lalu atau lebih. Aku tidak ingat. Aku mendapat banyak panggilan telepon. Entah itu dari Harriette, agensiku, dan banyak nomor yang tidak kukenal."
Ingatanku kembali di waktu itu, ketika Harriette dengan panik memberitahuku untuk tidak menerima panggilan telepon dari siapa pun selain dirinya. Aku juga dilarang memutar TV atau membuka media sosial. Tapi aku tidak menurut.
Aku membuka akun instagramku dan banyak yang menandaiku dengan berita besar bahwa aku bukanlah anak dari ayah dan ibuku. Selain itu banyak juga yang berkomentar di postingan terakhirku. Mereka mengataiku bahwa orang tuaku sesungguhnya adalah orang gila. Aku terguncang detik itu juga.
Orang gila apa maksudnya?
Lalu aku mengetahuinya dari berita di TV tentang sepasang suami istri yang berprofesi sebagai ginekolog, membuka klinik perawatan kesuburan di Paris bagi pasangan yang tidak bisa memiliki anak. Dan Ibuku salah satu pasien mereka.
Ibuku pernah mengatakan bahwa aku adalah hadiah yang paling berharga untuk kedua orang tuaku. Aku dilahirkan setelah pernikahan mereka menginjak usia 12 tahun. Jadi bayangkan saja itu! Penantian mereka berbuah manis berkat kedua dokter itu.
Tapi setelah semua ini, pasangan ginekolog itu membeberkan di media lewat sebuah konferensi pers bahwa aku adalah anak biologis mereka dan bukan orang tuaku. Mereka sampai memberi bukti hasil kecocokan DNA-ku dengan milik mereka.
Itu bukan sebuah lelucon, kan?
Aku kembali teringat ibuku yang mengatakan bahwa aku tidak seperti dirinya atau ayahku. Wajah dan karakter kami benar-benar tidak mirip sedikit pun. Dia selalu bercanda bahwa dulu aku ditemukan di dalam sebuah keranjang dan terbungkus oleh kain lampin seperti bayi Yesus tepat di pintu depan rumah.
Aku ingin saja mempercayai semua candaan ibuku, tapi itu benar-benar tidak mungkin. Aku melihat sendiri kumpulan foto dan video yang diambil ketika ibuku mengandungku dan ketika aku dilahirkan.
Aku tak menyangka candaan itu benar adanya. Oh Tuhan! Jangan sampai itu terjadi.
Aku mencoba menghubungi kedua orang tuaku, menanyakan kejelasan dari berita itu. Tapi panggilanku selalu terhubung ke voice mail. Mengapa mereka bertingkah seperti itu? Aku benar-benar tidak mengerti.
Hariette menemukanku tergeletak di lantai dengan TV yang menyala dan iPhone yang sudah terlepas dari genggaman tanganku. Dia tahu aku sudah menonton berita dan membaca setiap postingan dan berita di media sosial.
"Itu seperti hari kebinasaan bagiku. Akhir duniaku." Aku berhasil menceritakan segalanya pada Pierce.
Mendongak melihat wajahnya, Pierce menatapku prihatin. Aku melihatnya seperti sedang bergumul dengan sesuatu di dalam hati. Tapi aku tak tahu apa itu.
"Well, jadi hanya itu yang kau tahu. Lalu apa selanjutnya?"
"Hariette juga tidak bisa menghubungi orang tuaku. Dia mencoba menenangkanku karena aku sangat marah pada mereka. Dan dia kena imbasnya. Setelah dia pergi, aku menggembok pintuku agar kartu akses apartemenku yang dipegangnya tidak bisa digunakan." Ya, aku tahu, aku sangat jahat padanya. Tidak seharusnya gadis itu mendapat kemurkaanku.
"Sejak saat itu aku mengurung diriku hingga kau datang menggedor pintu apartemenku."
Pierce hanya menatapku sambil menggelengkan kepala. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi itu juga tidak keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimmer Of The Sight
RomanceTERIMA KASIH JIKA KALIAN SUKA DENGAN CERITAKU _________________________________________________ Blurb : "Hidupku sudah berakhir. Tidak ada jalan yang bisa mengembalikannya lagi. Karirku yang hancur, pendidikanku berantakan, semua mata dunia yang men...