📖 Happy reading 📖
_____
"Tenang saja. Natalie oke." Harriette menjawabku santai lalu membantuku mengemasi semua barang. Baiklah. Aku bisa mengandalkan dia dalam segala hal. Aku hampir saja mati ketakutan melihat perjuangan ibuku untuk mencari kebenaran dalam kata-kata-ku.
"Sekarang apa? Jika aku kembali ke Paris, Pierce akan jauh dariku. Aku tidak ingin itu terjadi lagi. Selain itu berita ini akan semakin heboh jika kita melakukan konferensi pers."
Harriette memandangiku sejenak, seperti tengah memikirkan sesuatu, lalu berkata, "ya aku tahu. Ini tidak bisa dihindari. Teleponlah Pierce, katakan kita akan ke Paris. Suruh dia untuk mencari tahu daftar panggilan Calum dan Odette. Lihat apakah ada yang bisa dicurigai. Cari tahu juga apakah ada kontak antara orang tuamu dengan kedua dokter gila itu. Lalu selidikilah di mana keberadaan mereka. Setelah konferensi selesai, Pierce boleh memakai beritamu. Sekarang lakukan itu sementara aku mengemasi barang-barangmu."
"Tunggu sebentar, itu berarti Pierce tidak akan mendapatkan beritaku yang pertama karena sudah tersebar duluan."
"Kau mau orang tuamu mencurigainya atau bahkan sebelum kita berhasil membongkar kedok mereka? Ayolah Brie. Jangan bodoh!"
"Aku tidak..." Well, aku tidak punya pilihan yang lain selain menurut. Harriette benar. Selalu benar. "Baiklah."
Aku melakukan tepat seperti yang Harriette katakan. Pierce siap melakukan apa pun yang diperintahkan dan aku lega ketika dia mau menyusulku di Paris. Masalah ini begitu berat, dan jika tidak ada Pierce di dekatku maka aku tak akan sanggup bertahan.
Semuanya telah dipersiapkan dan sekali lagi aku memaksa diriku untuk tidak ketakutan menghadapi para pemburu berita. Kami berhasil keluar dari SoHo dengan bantuan Mercedes Benz V Class milik ibuku, mobil dengan kaca anti tembus pandang yang benar-benar keren. Aku bisa mendengar samar suara orang-orang itu ketika meneriaki namaku. Tapi tentu saja tidak ada sepasang mata atau pun lensa kamera yang mampu menembus ke dalam mobil ini.
Akhirnya bokongku sudah menyatu di kursi pesawat pribadi milik ayah. Pikiranku terus berputar dengan semua kegilaan ini ketika seorang pramugara rupawan datang menyodorkan segelas anggur dingin yang terlihat segar. Otot bahuku terasa tegang dan sepertinya ini minuman yang tepat untukku. Kami akan sampai ke Paris dalam tujuh hingga delapan jam. Well, aku bisa sedikit bersantai bahkan tidur. Ayah dan ibu tengah menelepon seseorang yang bisa mengatur pertemuan kami dengan pers di besok hari. Dan aku kembali gugup. Apa yang harus kukatakan?
"Apa yang kau pikirkan?" Baru kusadari ibu telah bergabung denganku.
"Entahlah, mom. Aku ingin tahu semuanya."
"Oh, Chérie. Mari kita selesaikan ini." Katanya, duduk berhadapan tepat di depan mataku. Meja di antara kami seakan menjadi orang ketiga. "Kau ingin mulai dari mana?"
"Aku ingin tahu mengapa kalian begitu jahat dengan mengabaikanku? Aku berusaha menghubungi kalian jutaan kali tapi sekali pun tidak ada jawaban. Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Baiklah. Maafkan kami untuk itu. Kami juga kewalahan, sayang. Maksudku ada banyak sekali telepon masuk dan siaran berita di mana-mana. Kau tidak tahu betapa kami ingin sekali menghubungimu, memastikanmu aman, tapi kami tidak bisa karena kami harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kami harus melakukan pemeriksaan ulang terkait reproduksi kami, membuktikan bahwa apa yang dikatakan Grivas itu benar. Kami akan menjelaskan semuanya padamu jika semuanya telah terbukti."
"Lalu sekarang jelaskan semuanya. Aku rasa kalian sudah menemukan penjelasannya."
"Jadi begini, seperti yang sudah kau tahu, aku adalah wanita mandul, dan kami menemukan Grivas secara tidak sengaja di sebuah acara amal di Musée du Louvre. Well, aku pikir mereka yang sengaja mengincar kami. Mereka tahu tentang kondisiku, berpura-pura menjalin pertemanan dan kemudian menawarkan jasa perawatan kesuburan. Mereka menamainya program bayi tabung yang sejak dulu belum sepopuler sekarang. Tentu saja kami bersemangat dengan hal itu. Program kehamilan tersebut belum pernah kami coba dan akhirnya setelah sekian lama, kami akan punya bayi. Kami percaya ini akan berhasil karena ayahmu sendiri yang mencari tahu tentang latar belakang mereka yang pernah bekerja di laboratorium terstandar WHO." Ibuku berhenti untuk mengambil napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimmer Of The Sight
Roman d'amourTERIMA KASIH JIKA KALIAN SUKA DENGAN CERITAKU _________________________________________________ Blurb : "Hidupku sudah berakhir. Tidak ada jalan yang bisa mengembalikannya lagi. Karirku yang hancur, pendidikanku berantakan, semua mata dunia yang men...