📖 Happy reading 📖
_____
"Jangan duduk di sini." Aku menginterupsi Pierce ketika dia ingin duduk di ranjang bersamaku. Itu tidak boleh terjadi. Aku pasti tidak bisa berpikir lurus jika dia berada di dekatku.Aku menyuruhnya duduk sejauh mungkin di meja tulisku, sementara aku tetap di tempat, mengatur napasku agar tetap stabil. Pria ini benar-benar sebuah pengaruh buruk bagi kesehatan jantung dan pernapasanku.
"Brie, aku berada di depan pintu kamarmu bersama Steve dan Jacy. Panggil aku jika bajingan itu mulai macam-macam denganmu."
Apa itu? Suara Harriette terdengar di walkie talkie? Aku melirik benda itu tergeletak di meja nakasku yang lain. Lalu pintu kamarku terbuka, memperlihatkan gigi putih milik Harriette, Steve dan Jacy di sana. Oh, bagus sekali! Dua pengawalku juga ikut terlibat.
Aku hanya bisa menahan tawa melihat mereka. Tentu saja Pierce tidak bisa melihat ekspresi lucu mereka. Jadi setidaknya aku akan aman.
"Lihat? Kau tidak perlu takut bahwa aku akan melakukan sesuatu yang buruk padamu. Aku benar-benar terperangkap di kandang singa."
"Jaga mulutmu, bajingan!" Suara Harriette kembali terdengar, membuat Pierce menahan tawa. "Oke. Tidak akan kuulangi."
Apa-apaan ini? Ini seperti pembicaraan tiga orang. Aku ingin sekali mematikan alat komunikasi itu, tapi aku sangat yakin bahwa Harriette akan membunuhku.
Mencoba mengabaikannya, aku mulai bergumam, "apa yang kau inginkan?"
"Pumpkin, aku berhutang penjelasan padamu. Tapi sebelum itu, aku benar-benar minta maaf."
"Apa informasi yang kaudapatkan sudah berhasil kau bocorkan? Kau ini sebenarnya apa? Reporter? Atau adikmu yang reporter? Aku bahkan tidak mengenalmu."
Itu membuat Pierce berdiri dari kursinya, tampak frustasi dan ingin mendekatiku, tapi tiba-tiba dia tersadar akan manuvernya yang cepat. "Bolehkah aku menarik kursinya agar sedikit mendekat padamu? Jarak sejauh ini membunuhku."
Oh, ya. Itu membunuhku juga. Tapi semakin dia mendekat, semakin aku kehilangan pikiranku. Aku menggeleng tegas, mencoba memberitahunya tanpa suara untuk tetap di tempat.
Pierce semakin gila dengan semua ini, tapi dia bertahan. Kembali duduk, dia melanjutkan. "Tidak ada informasi apa pun yang kubocorkan. Aku bersumpah. Aku bukan seorang reporter. Begitu pula dengan adikku. Well, kami hanya menginginkan informasimu."
Apa maksudnya itu?
Dia semakin tidak nyaman dengan posisi duduknya. Ekspresinya benar-benar tersiksa. "Brie, kumohon. Biarkan aku duduk sedikit lebih dekat denganmu."
Entah mengapa, aku merasa seperti gadis yang jahat. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menganggukkan kepalaku, mengizinkannya mendekat. Dia benar-benar tidak bisa menjauh dariku, dan itu membuat jantungku bertalu hebat. Aku hanya perlu mengatur napasku dan bersikap tenang.
Dengan cepat Pierce menarik kursi itu dan duduk di dekatku, kurang lebih lima kaki dari ranjangku. "Begini lebih baik." Senyumannya membuat pertahananku hampir jebol. Oh Tuhan yang baik. Kuatkanlah aku.
"Lanjutkan." Seruku, berpura-pura bersikap dingin.
"Kau pernah mendengar kantor berita WNC di London?"
Aku mencoba mencari-cari nama itu di otakku, dan ya. Aku pernah mendengarnya. Salah satu kantor berita yang bertugas menjual berita yang berhasil mereka liput ke stasiun-stasiun televisi, radio, media cetak maupun media online di Inggris, seperti Associated Press milik Amerika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimmer Of The Sight
RomanceTERIMA KASIH JIKA KALIAN SUKA DENGAN CERITAKU _________________________________________________ Blurb : "Hidupku sudah berakhir. Tidak ada jalan yang bisa mengembalikannya lagi. Karirku yang hancur, pendidikanku berantakan, semua mata dunia yang men...