"tolong.. Yakinin perasaan gua ke elu. Yakinin hati gua kalo gua emang bener-bener sayang sama lu" ucap Adit dengan lembut.
Adit menatap mata Reina dengan lekat lalu tangannya bergerak untuk menghapus air mata di pipi Reina. Reina diam tak berkutik, tak bisa memberontak, bibirnya juga tak ingin menolak perlakuan Adit.
Memang, sakit yang ia rasakan saat ini namun hatinya berkata lain. Reina sangat menyayangi Adit, perasaannya sama sekali tak berubah meskipun Adit sering menyakiti perasaanya. Hanya, terkadang rasa lelah menghampirinya. Lelah dengan perjuangannya yang tak terbalaskan. Dan sekarang Adit berbicara jika ingin meyakinkan hatinya? Apakah Reina bisa mengalahkan sikap Adit yang keras dan dingin?
Reina mengerjap beberapa saat. Lalu menundukan pandangannya, ia tidak sangggup melihat Adit dalam keadaan seperti ini. Sangat berbeda dengan kepribadian Adit yang sering ia jumpai.
"kakak luka, harus diobatin" ucap Reina mengalihkan pembicaraan sambil memegang wajah Adit yang babak belur.
Reina belum siap untuk membahas masalahnya lebih lanjut lagi. Ia butuh waktu untuk berfikir. Bukan sok jual mahal, tapi ia butuh berfikir apakah ia sanggup untuk meyakinkan hati Adit.
"gua gapapa" ucap Adit tak berpaling sedikitpun dari Reina
"tapi luka kakak parah, ada darahnya. Aku ambil P3K dulu" ucap Reina ingin beranjak. Namun tangan kekar menghentikannya.
"jangan pergi" ucap Adit. Lagi.
"aku mau ambil P3K, kalo luka kakak gak diobatin nanti jadi infeksi" ucap Reina namun Adit masih menghengam tangan Reina erat.
"jangan keras kepala" ucap Reina sambil melepas tangannya dari genggaman Adit lalu beranjak pergi untuk mengambil P3K.
Adit menghela nafas. Ia tidak tau apa yang sudah ia lakukan, semua diluar kesadarannya. Apa ini semua karna rasa sayangnya kepada Reina hingga tidak mau ada seorangpun yang boleh memiliki Reina? Bukan. Rasa yang Adit miliki saat ini hanya sebatas 'suka' belum sampai rasa sayang karna ia sendiri belum yakin dengan perasaannya.
Egois? Memang. Bisa dibilang Adit itu egois. Ia berfikir jika Reina itu miliknya dan jika ia sudah memiliki, orang lain tidak boleh mendekati atau menyentuhnya.
Tak lama kemudian Reina kembali dengan kotak P3K di tangannya. Reina langsung duduk di sebelah Adit dan Adit memutar tubuhnya ke arah Reina.
"sini" ucap Reina sambil mendekatkan Adit kepada dirinya. Adit diam dan mematuhi Reina.
"tahan dikit ya, mungkin agak perih" ucap Reina dan mulai membersihkan luka Adit dengan alkohol. Adit sempat meringis namun ia menahannya.
"udah, jangan ditahan. Kalo sakit bilang aja" ucap Reina. Adit diam sambil terus memandangi tiap inci wajah Reina dalam posisi yang hanya berjarak beberapa senti.
Tak lama kemudian semua luka di wajah Adit sudah terobati. Reina sudah memakaikan salep ke semua luka-luka ringan Adit dan menempelkan plester di dahi Adit.
"kenapa liatinnya kaya gitu?" tanya Reina dengan keningnya yang berkerut. Namun Adit hanya membalasnya dengan senyuman yang tidak pernah Reina lihat sebelumnya.
"kakak kenapa berantem sama Zaky? Zaky punya salah apa sama kakak?" tanya Reina mebuat senyum Adit memudar lalu menghilang digantikan dengan wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy
أدب المراهقينHighest Rank🎖 #7 in teenfiction 29/01/2018 #1 in fiksiremaja 23/12/2018 Jatuh cinta? Impossible banget buat Aditya Marchello Fernandez, si Most wanted SMA Bakti yang tekenal dengan sikap dinginnya, saking dinginnya dia juga sering dujuluki dengan C...