Part 19-Mysterious figure 👻

567 116 50
                                    

🎉REPOST

Sebelum membaca, VOTE ya  ☆☆☆
Warning: Typo ☡
.
.
                                                                                    Happy Reading


Tangan besar bertengger memegang kenop pintu kamar nomor 23, lalu membukanya perlahan. Suara pintu yang berderit mengundang Hoseok untuk menoleh.

'' Namjoon! ''

''Hyung, aku belikan tteokbukki dan obat luka. ''

''Ah, baguslah, boleh aku minta   tterokbukki-nya.'' Hoseok berucap semangat.

Namjoon duduk di sofa tepat di samping Hoseok dan menyerahkan tteok itu pada pemiliknya.

''Hyung bisa lepas baju mu ? Aku akan mengobati luka mu.''

Hoseok membuka bajunya sembari membelakangi Namjoon, menampilkan luka jahitan yang sedikit terbuka, meluluskan darah dari kulit Hoseok. Dengan segera Namjoon mulai mengobatinya.

Hening sesaat

Hoseok sibuk menyumpal mulutnya dengan tteokk sedang Namjoon sibuk mengurus luka jahitan pada punggung Hoseok.

''Namjoonie? '' Hoseok memanggil, suaranya sedikit kurang jelas sebab sedang mengunyah makanan.

''Emmm ''

''Mau pindah ke dorm Bighit, ku dengar dari Jimin, dorm lama mereka sedang direnovasi, jadi kemungkinan para trainee akan menempati beberapa kamar dorm yang ada di dalam gedung itu. ''

''Oh, lalu ''? Tanya Namjoon

''Apa kau mau pindah bersama ku kesana? '' tawar Hoseok, Namjoon menghentikan balutannya pada luka Hoseok, membuat Hoseok juga menghentikan kunyahannya--menunggu jawaban dari Namjoon.

''Apa Hyung benar-benar ingin tetap bersamaku, setelah kejadian malam itu? ''

Hoseok berdecak kesal dan memutar badannya menghadap Namjoon.

PLATAK

''Aahh Hyung, tidak perlu menjitak ku seperti itu.''

''Dasar anak ini, sudah kubilang--aku tidak akan meninggalkan mu ! ''

 ''Baiklah, aku ikut.''
.
.

Malam pun tiba, menggantikan matahari menjadi bulan dengan sinar redup.

Kaki mungil pemuda berbibir tebal sedang berjalan di  lobi kantor Bighit, sesekali dirinya menyapa beberapa staff  yang mulai beranjak pulang.

Drrrt drrrt

Ia berhenti sejenak, kemudian mengeratkan tautannya dengan kantong pelastik berisi berbagai jenis cemilan, tangan kanannya merogoh saku jaket dan menemukan ponsel yang bergetar.

''Yeoboseyo?''

''Annyeong Jiminie? '' suara dari seberang telpon memanggilnya akrab.

''Ne Jin Hyung, waeyoo ?''

''Apa Jungkook sudah disana?''

''Ne.''

''Ah, baguslah. Kami akan pindah besok saja, Woojin dan Yoongi belum mengemasi barang-barangnya.  Lagian ini sudah cukup malam. Jadi kau tidak perlu menunggu kami, nee!''

''Baik, Hyung.''

Tut...  tut

Sambungan diputus, Jimin kembali mengantongi handphone-nya, lalu memutar arah kakinya 90 derajat---menuju seorang Satpam paru baya yang sedang menikmati kopi.

THE RED DOORS  [Book II] BTS *dlm REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang