Votes sebelum baca!
''Aku hanya ingin jantung kalian saja. Tidak lebih, Hyungie. Maukah kau mengabulkan keinginku untuk yang pertama kali? Ini tidak akan terasa begitu sakit, kau hanya perlu memejamkan matamu, dan bom, semuanya akan gelap'' tutur Woojin.
''Kau gila! Aku tidak akan menyia-nyiakan jantung ku untuk iblis seperti mu.'' Bentak Yoongi yang terbatu-batuk karena kaki Woojin yang terasa berat di tubuhnya.
''Mari biarkan sang Tuan mengusai malam ini!'' Woojin mengangkat kapak itu mengarah pada tubuh Yoongi. Mata Yoongi membulat
BRAAKKK
''Andwaeee!!!''
Woojin terhuyung,
pukulan cukup kuat dari Jimin yang datang dari belakang dengan sebongkah kayu seketika menghentikan aksi pertumpahan darah di ruangan itu.
Dengan napas terengah-engah iris Jimin melirik potongan kayu yang kini terbelah dua akibat memukul Woojin. Sedang Yoongi benar-benar membaringkan tubuhnya melepas lelah--sembari menghembuskan napas lega. Nyawanya hampir melayang beberapa detik lalu jika saja Jimin tidak datang.
''Yack! kau hampir terlambat. Lain kali datanglah lebih cepat!'' Gerutu Yoongi sembari membawa tubuhnya untuk berdiri.
''Mianhae, Hyung. Entah siapa yang merusak lift-- sempat macet saat aku membukanya.'' ucap Jimin, lekas netranya memandang ke depan tepatnya pada Woojin yang tengah memegang tengkuknya yang kini melirik Jimin.
Bulir air mata terlihat dikesamaran suasana. '' H-hyungi, kau memukul ku?'' ucap Woojin--ia mengaduh sakit.
''Ada apa dengan kalian semua? Hikkss... kenapa aku berada di sini? Dan kenapa Jimin hyung memukul ku, eerrgghh pukulan mu sakit sekali Hyung.'' tutur Woojin sembari terisak menangis.
''Bisa jelaskan padaku, apa yang sedang terjadi disini, bukankah seharusnya aku di kamar?'' Woojin berucap sembari melirik pada Yoongi dan Jimin menuntut pertanyaan nya untuk dijawab.
''Woojin-ah.'' Yoongi yang melihat hal itu sontak tergerak mendekati Woojin buru-buru dicegat Jimin yang kini obsidiannya meneliti wujud Woojin.
''Jangan Hyung !'' Yoongi menghentikan langkahnya dan menatap Jimin, bingung.
Di belakang Woojin terdapat sosok berbaju putih berkulit pucat, rambut nan panjang tergerai putih, terdapat satu tanduk yang mencuat di dahi sosok itu., mata tajam dengan manik berwarna hitam tak menggambarkan jiwa hidup—Sosok misterius itu tersenyum memerlihatkan gigi runcingnya tatkala Ia menyadari Jimin dapat melihatnya.
''Ini mengerikan. Dia kah sosok yang pernah diceritakan Namjoon Hyung?''
''Jangan mendekatinya, dia bukan Woojin kita.'' Cegah Jimin. Yoongi perlahan mundur menjauh.
Sementara dari arah belakang, Namjoon, Hoseok dan Jungkook tiba di tempat itu. Mereka bertiga terkejut melihat keadaan didepannya. Hoseok melirik Seokjin yang berada di ambang pintu tampak terbaring.
"Apa yang sudah terjadi disini?" Pikirnya.
''Kita harus membuat Woojin tak sadar, Jungkook-ah. Agar Woojin dapat kembali seperti semula.'' Intrupsi Namjoon, Jungkook mengangguk patuh walau pun dia tidak tahu apa-apa.
Rasa takut Jungkook tekan dalam-dalam, ini demi semu orang. Ia telah bersiap menyerang.
Suasana semakin mencekik, saat Jungkook langsung menyerang Woojin tanpa aba-aba. Ia meluncurkan bugemnya, sontak saja di cegat langsung oleh Woojin. Jimin membantu, namun keduanya tidak bisa melumpuhkan Woojin, kapak yang kembali Woojin seret di tending oleh Yoongi yang berada dibelakangnya—kapak pun terhempas menyapa kerasnya permukaan lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE RED DOORS [Book II] BTS *dlm REVISI
Fanfiction[TAMAT] Follow sebelum baca! ***TERSEDIA VERSI NOVEL*** Suara dari luar membangunkan Hoseok yang sedang tidur. Ruangan gelap, hujan deras disertai petir sukses membangunkan Hoseok dari alam bawah sadarnya. "Aaahh... aku bangun tengah malam lagi!" ...