Special Agent (1)

280 12 0
                                    

(Terinspirasi dari King*sman, hanya untuk kesenangan. Warning: banyak adegan kekerasan)

"HAJIME..!!!!"

Kai berlari kearah Hajime yang tergeletak lemas di tanah. Tubuhnya bersimbah darah.

"Bertahanlah, Hajime!! Ambulans segera datang!!"

Hajime hanya bisa mengedipkan matanya. Kehilangan darah yang begitu banyak membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Satu hal terakhir yang diingatnya adalah bayangan Haru yang turut berlari kearahnya dan memanggil namanya.

Setelah itu semua gelap.



Satu bulan kemudian.

"Kita masih kurang satu orang lagi kan? Kemana dia?"

Shiki menatap Haru yang duduk didepannya meminta jawaban. Haru hanya mengedikkan bahu,

"Mungkin dia dipalak preman lagi." katanya ngawur.

Tatapan Shiki beralih ke Hajime yang duduk disebelahnya.

"Kau yakin mau balik lagi ke lapangan Hajime? Bagaimana dengan luka-lukamu?"

"Berkat pengobatan Shun aku bisa sembuh lebih cepat, lagian aku ingin balas dendam." jawab Hajime singkat.

Gara-gara kasus narkoba kemarin, Hajime mendapat luka tembak di perut, bahu dan punggungnya. Jika bukan karena teknologi Gravis yang sudah canggih dan pengobatan Shun, mungkin Hajime sudah mati.

Tiba-tiba pintu bar terdobrak cukup keras,

"Yo! Sori lama, tadi aku dipalak preman." Kai masuk dengan riang seolah-olah dipalak dua preman adalah hal biasa baginya.

"Ternyata bener." Haru tertawa kecil.

Haru menyerahkan satu gelas bir kepada Kai yang langsung meminumnya sampai habis.
Haus, bro~

Setelah Kai masuk, muncul segerombolan preman bertampang sangar. Salah satu dari preman tersebut memesan bir pada bartender. Sisanya duduk bergerombol mengganggu pengunjung lain.

Keempat pria berbusana apik itu hanya diam. Tidak ingin mencari masalah.

Salah satu preman dengan bandana mengedarkan pandangan ke sekeliling bar lalu tatapannya jatuh pada Hajime. Keningnya sedikit berkerut.

Ia berdiri lalu berjalan mendekati Hajime. Tangan preman itu dimasukkan kedalam kantung celananya.

"Oi.."

Hajime mendongak saat preman itu berdiri dihadapannya.

"... Kayaknya gue kenal sama lu..."
Kening preman itu berkerut lagi.

"Ha?"

"Ah, ya bener..." Preman tersebut meraih kerah Hajime dan mendekatkan wajahnya.

"Lu kemaren nyuri mobil gua kan?! Berani-beraninya lu--------!!"

Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Hajime sudah menyundul kepalanya dengan keras.

Preman berbandana itu langsung terjatuh. Hidungnya mimisan. Hajime berdiri didepannya sambil memasukkan tangan di celananya.

"Udah ku kembaliin tanpa cacat kan? Masih mau protes?" tantang Hajime.

"Breng*ek..."

Pria itu mengeluarkan tangannya yang ternyata memegang sebilah pisau lalu diayunkannya pisau tersebut ke Hajime.

Hajime lengah sedikit menyebabkan pipinya kena sabetan. Darah langsung mengucur dari pipinya.

Kai menarik tangan Hajime, memaksanya duduk lalu berdiri menghadap ke preman berbandana tersebut.

"Yeah, maapin temen gue yang sableng ini ya? Emang kata-katanya suka kasar tapi dia baik hati kok~" seringai Kai.

Matanya menangkap beberapa pengunjung biasa langsung keluar dari bar karena takut akan gerombolan tersebut.

'Baguslah, bisa mengurangi saksi mata.' pikirnya.

Preman itu menjentikkan jarinya dan dalam sekejap Kai sudah terkepung.

"Oi, oi... Kita mau main keroyokan nih~?" cengiran Kai bertambah lebar.

Preman itu tersenyum sinis sebelum menjawab,

"Kita bisa nego, kalo lu mau ganti rugi. Lu berempat keliatannya orang kaya, bisa dong?"

Kai memang memakai jas abu-abu yang terlihat mahal siang itu. Karena itu juga ia jadi sasaran palak preman sebelum masuk ke bar.

"Masalahnya ni ya, gua males banget ngeluarin dompet buat preman gaje yang ngaku kaya tapi bajunya kayak gembel emperan... dan.. Oh, gua udah dipalak preman tadi jadi, akan sangat baik sekali kalau kau mau  menyelesaikan se-damai-damainya~"

Kai memajukan badannya sedikit memberi tempat agak jauh dari teman-temannya.

Wajah preman tersebut langsung berubah sinis. Lalu mengedikkan dagunya ke Kai.

"Hajar dia."

Salah satu preman yang membawa pisau langsung menerjang ke arah Kai. Dua lagi bersenjatakan tongkat besi.

Kai menghindari pisau lalu menendang penyerang tepat di ulu hatinya.

Ia menunduk sedikit untuk menghindari terjangan tongkat besi lalu menarik tongkat tersebut untuk menyodok perut penyerangnya. Setelah itu ia mengayunkan tongkat besinya ke kepala preman tersebut.

Ia berkutat sedikit dengan preman satu lagi yang membawa tongkat besi. Kai mengayunkan tongkatnya kebawah mengenai lutut preman tersebut. Saat preman itu kesakitan Kai menyapukan kakinya ke kepala preman tersebut. Alhasil tiga preman sudah K.O.

Ketiga teman Kai yang lain mengobrol dengan tenang di meja bar. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Kenapa kau menahanku?" tanya Hajime pada Haru.

"Kelengahan-mu tadi itu artinya dirimu belum pulih seutuhnya, biar Kai saja yang mengurus mereka."

Shiki meminum birnya dengan tenang lalu menyetel sesuatu di jam tangannya.

Suntik amnesia.

Shiki menembakkan suntik amnesia ke tiga preman yang sudah tepar karena Kai.

Satu preman membawa tali tambang berniat untuk menjerat Kai. Tapi Kai lebih cerdik, ia meraih tali tambang itu lalu menarik penyerangnya dan memukul kepalanya dengan tongkat besi.

Disaat yang bersamaan satu preman  menerjang Kai lagi membawa pisau, Kai memutar badan preman yang membawa tali lalu menghantamkannya ke arah temannya yang membawa pisau.

"Aaagghhhh!!!" teriak preman yang bahunya kena tancap pisau temannya.

Preman yang membawa pisau berganti senjata menjadi pistol. Kai mengatur jam tangannya dengan cepat menjadi tameng khusus tembakan.

Preman tersebut mulai ketakutan. Saat ia menembak Kai, tembakan tersebut seolah lenyap. Kai mengatur jam tangannya lagi menjadi suntik paralysis lalu menembakkannya ke arah preman tersebut.

Total lima orang K.O.

Shiki lalu menembak saksi mata terakhir dengan suntik amnesia yakni pemilik bar.

Setelah selesai Kai berjalan dengan tenang melewati lautan preman yang terkapar dan menerima minuman yang di sodorkan Haru.

Kai menghela nafas sebentar lalu berkata,

"Hahhh... BAGUS YA, KALIAN MEMBANTU BANGET DEH, THANKS A LOT!!"

"Halah, preman kepret semua gitu, lu juga lima menit selesai... Eh, 6 menit lewat 16 detik kalo gua itung tadi." ujar Haru sambil melihat ke jam tangannya.

Kai rasanya ingin menendang Haru pas di wajahnya.

"Baiklah, sudah siap? Ayo kita mulai meetingnya." lanjut Shiki.





















(FF TPR dan FF ini tidak berhubungan, yang ini murni terinspirasi dari King*sman😂)

Kumpulan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang