LDR (1)

162 7 1
                                    

Haru baru saja selesai mencuci piring dan menidurkan Rui ketika Kai memanggilnya dari ruang makan.

Kai duduk di salah satu kursi dengan kedua tangan menumpu dagu dan kelihatan sangat serius.

"Doushita no, Kai?" tanya Haru lembut sembari duduk dihadapan Kai.

Kai menatap Haru agak lama, lalu menghembuskan nafas panjang.

Iris birunya menatap lurus ke dalam mata Haru,

"Haru..." panggil Kai pelan. Tangannya menggenggam tangan Haru erat.

"Ya, Kai?" balas Haru. Nada suaranya lembut dan menenangkan membuat Kai merasa sedikit lebih baik.

"Jadi begini..."

"Atasanku menyuruhku untuk keluar kota pekan ini, untuk mengurus masalah di beberapa cabang..."

"Ya..."

"....Jadi...kemungkinan...aku akan meninggalkan kalian berdua untuk waktu yang cukup lama..." sambung Kai lagi.

"Berapa lama?" tanya Haru tenang.

"Waktu pastinya belum tahu, tapi paling cepat...mungkin...setengah tahun..."

Mata Haru membulat sejenak, Kai cepat-cepat melanjutkan.

"Ka-kalau kau keberatan...."

"Ngga, aku ngga papa sih. Ini penting sekali kan Kai?"

"Aku baru mau bilang, aku bisa menolaknya kalau kau mau..." Kai tertawa getir.

"Jangan, Kai...ini kan proyek yang penting sekali...apalagi kau andalan mereka...."

Kai terdiam agak lama. Tangannya masih menggenggam tangan Haru.

"Aku bohong kalau bilang tidak sedih, apalagi Rui nanti... Tapi aku juga tau, kau orang yang paling diandalkan di lapangan..."

"Karena itu, pergilah Kai...aku dan Rui akan menunggumu..." balas Haru lembut sembari mengusap pipi Kai.

"Haru...."

"Tidak apa-apa, aku dan Rui akan menunggumu disini..."

Kai masih terlihat ragu-ragu. Tidak bertemu anak dan istrinya selama setengah tahun, Kai tidak tahu apa dia akan sanggup.

"Nanti kita bisa video-call-an tiap malam..." balas Haru lagi sambil nyengir.

Kai langsung sumringah.

"Eeh??? Hontou, Haru?!"

"Kalau kau mau~" Haru tertawa ringan.

Pria bersurai coklat itu langsung berdiri, menyebrangi meja dan memeluk kekasihnya erat.

"A-aduh, Kai...sesak..."

Haru agak terengah karena Kai memeluknya sangat erat, seakan tidak ingin melepasnya pergi.

"Aku akan kesepian tanpamu dan Rui..." bisik Kai tepat di telinga Haru.

"...."

"Aku juga akan kesepian tanpamu..."

Lama keduanya berpelukan hingga akhirnya Haru membuka suara,

"Bagaimana kau akan memberitahukan Rui?" tanya Haru pelan.

"...Akan kupikirkan..."

Kai masuk ke kamar mendapati Rui tertidur memeluk bantalnya.

"Sejak kapan dia..." Pria brunette itu tersenyum kecil.

Ia mengangkat Rui perlahan, berusaha untuk tidak membangunkan anak kecil tersebut, lalu membaringkan Rui di dadanya.

"Hahh...."

Haru yang baru masuk kamar setelah sebelumnya mematikan lampu ruang keluarga tersenyum melihat keduanya.

Kai balas tersenyum padanya dan mengulurkan tangannya. Yang diterima dengan senang hati oleh Haru.

"Besok kita harus mengatakannya pada Rui..." bisik Haru pelan.

"Ya...aku tahu..." balas Kai mengecup dahi Haru.

"Oyasumi, Haru..."

"Oyasuminasai, Kai...daisuki...da yo..." ucap Haru sebelum akhirnya tertidur lelap di pelukan Kai.

Kai masih terbangun beberapa saat lamanya, menatap keluar jendela yang berhiaskan bintang malam.

"Tommorow's gonna be a good day..."

Kai yakin akan hal itu.

Kumpulan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang