Maaf ya, ini cerita (atau aku bisa menyebutnya novel?) pertama yang kubuat. Biasanya aku hanya membuat fanfiction. Maaf atas kekurangan di novel ini.
Tidak memaksa kalian untuk membaca tapi kalau ada yang membaca aku justru sangat senang. Kalau ada vote dan komentar menambah semangatku untuk membuat novel ini. ^^
Terimakasih~
HAPPY READING ^^
***
Gadis itu menunduk ketika dirinya tengah duduk ke arah jendela. Matanya terpejam seolah menahan sesuatu. Sesuatu itu...... air mata.
"Nandira!"
Suara teguran itu membuat pertahanan si gadis goyah. Setetes kristal bening keluar dari sudut mata indahnya.
"Please... Aku tidak mau!" Nandira berkata dengan suara pelan, seperti berbisik.
"Hanya pergi ke luar, Nandira."
Sosok wanita dewasa mendekati tubuh mungil Nandira yang terlihat bergetar.
"Kak..."
"Dad membutuhkanmu."
"Kenapa harus aku?"
Wanita dewasa itu, Savana namanya yang berstatus sebagai sepupu Nandira, terdiam dan menatap sendu pada gadis itu.
Nandira menghapus airmata nya lagi, "Mengapa mereka menjualku?"
"Jaga ucapanmu, Nandira!!"
Bentakkan keras refleks keluar dari mulut Savana. Dia tidak habis pikir dengan keegoisan sikap Nandira.
"Bahkan Dad tidak memaksamu, kan? Benar, bukan, Nandira?"
"Lalu kenapa kau memaksaku? Aku tidak ingin dijual dan di-"
PLAKK
Tamparan mulus mendarat pada pipi pucat Nandira. Nandira terdiam karna terkejut, begitu pula Savana.
"Nan...Nandira, maaf kakak-"
"Kakak, kau jahat!" Nandira mulai terisak. Sepupunya ini tidak pernah marah padanya. Apalagi sampai membentaknya dan menamparnya. Tapi sekarang Savana melakukan itu.
"Dad sakit, Nandira."
Nandira menatap Savana, Savana memang memanggil Dad nya dengan sebutan Dad juga. Savana yatim piatu dan Dad lah yang mau mengajaknya tinggal bersamanya juga Nandira. Mom Nandira sudah meninggal sejak Nandira masih kecil.
"Dad menderita penyakit leukimia. Kau tau, penyakit ganas itu ada dalam tubuh Dad?!"
Nandira terdiam lama, berusaha mencerna apa yang dikatakan sepupunya itu.
"KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHUKAN PADAKU?!!"
"KAU YANG TIDAK PERNAH PEDULI DENGANNYA!!"
"KAU BISA MEMBERITAHUKU SEBELUMNYA, BODOH!"
"KAU TIDAK MEMILIKI WAKTU DAN SELALU SIBUK DENGAN URUSANMU YANG TIDAK PENTING ITU, IDIOT!!"
Mereka sama-sama terdiam setelah berteriak dalam perdebatan. Tak lama isakan Nandira kembali terdengar, dia bodoh tentu saja. Dia yang bodoh dan idiot. Bahkan Savana sudah tau dan dia sebagai anak Dad nya terlalu asyik dalam dunianya hingga melupakan kesehatan Dad nya. Tapi sungguh, Dad terlihat sehat di depannya. Apa dia tidak ingin aku sedih? pikiran itu membuat Nandira semakin sedih dan merasa tidak berguna.
Savana memeluk sepupunya itu, "Maaf," Savana ikut menangis, "Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya... hanya tidak ingin Dad kenapa-napa."
Nandira membalas pelukan itu, Savana yang cantik dan baik hati. Dari dulu memang Savana bersikap dewasa sementara Nandira lah yang berperan sebagai gadis manja dan kekanak-kanakan.
"Aku yang minta maaf."
"Kau mengerti mengapa aku memintamu melakukan itu. Kau adalah anak nya. Dan bayangkan apabila perusahaan dad benar-benar bangkrut, bagaimana kita bisa merawat Dad?"
Savana benar. Sangat benar. Pikiran Nandira kembali kalut.
"Keluarga Geovano menyukaimu. Mereka memberikan penawaran pada Dad untuk membantu perusahaan asal kau ikut dalam perjodohan dengan Putra semata wayang mereka."
Perusahaan Dad memang diambang-ambang kehancuran. Itu karna penanggungjawab keuangan di perusahaan kabur membawa banyak uang milik perusahaan dan uang gajih untuk karyawan.
Nandira menatap Savana ragu, "Putranya itu tidak berhasil mencari jodoh. Pasti jelek dan tua." Gumam Nandira polos. Mata coklatnya meredup menatap Savana yang tersenyum geli.
"Dia seumuranku."
"Kenapa tidak kau saja yang melakukan perjodohan dengannya?!" protes Nandira cepat
"Kau ini kan anak Dad dan aku sudah bertunangan!" Sahur Savana kesal.
Savana 6 tahun lebih tua dari Nandira. Umurnya 26 tahun. Dan Savana memang sudah bertunangan dengan Kak Alvin.
"Baiklah."
"Baiklah apa?"
Nandira menatap Savana kesal, "Aku terima perjodohan ini." Sahut Nandira, Untuk Dad...
***
"Apa kau yakin dengan keputusan ini, Bryan?"
"Aku tidak ingin memaksa Putriku dan membuatnya tidak bahagia."
Bryan Cholasta, Dad Nandira tersenyum pada rekannya, Thomas Geovano.
"Sayang sekali Putrimu-"
"Aku menerima perjodohan ini, Dad."
Sontak kedua pria paruh baya itu menoleh pada Nandira yang baru saha bersuara.
"Nandira?"
"Aku menerima perjodohan dengan Putra tunggal keluarga Geovano." Nandira mengulang kembali kata-katanya.
Bryan menatapnya tidak percaya dan bingung, bukankah Putri nya yang tidak ingin ada perjodohan?
Sementara Thomas terlihat puas, "Kau yakin nona?"
Pipi Nandira merona, "Ya. Saya yakin."
Thomas tersenyum kemudian menatap Bryan, "Aku akan urus semuanya dan kita mengadakan makan malam untuk ini." ujarnya senang.
Bryan hanya mengangguk karna bingung. Nandira menunduk. Keputusan ini benar, Nandira. Sangat tepat. Dan aku tidak bisa mundur lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Romance"Apakah mencintai seseorang itu adalah suatu kejahatan? Aku mencintainya, dan aku harus memilikinya!" *** "Aku mencintainya jadi aku melakukan apapun untuknya. Perasaan Cintaku lebih besar daripada keinginanku untuk memilikinya..."