BAB 7

1K 38 1
                                    

Aku lanjut ya. Mulai sekarang aku takkan memaksa untuk meminta vote agar bersemangat melanjutkan cerita ini. Toh, keinginan menulisku sangat besar (meskipun hasilnya masih kurang) dan aku bertekad menyelesaikan cerita ini. :))

Terimakasih bagi pembaca ^^

HAPPY READING ALL ♥

Author POV

Nandira berjalan dengan ragu memasuki sebuah kedai kopi. Namun dia tak ada pilihan lain karna di luar sedang hujan.

Kedai kopi ini tidak terlalu besar. Ini hanya kedai sederhana, sederhana namun nyaman. Tak banyak peminat karna sepertinya orang-orang lebih memilih berada di kafe mewah yang berada tepat di samping kedai ini.

Tadinya Nandira ingin ke kafe itu, tetapi entah kenapa dia sekarang memilih berada di kedai kopi ini. Dia baru pulang kuliah namun hujan sudah turun memaksanya mencari tempat berteduh.

"Selamat datang, nona."

Baru masuk dia sudah disambut oleh pelayan di kedai ini. Seorang wanita paruh baya terlihat tersenyum padanya.

Nandira membalas senyuman itu, pelayanan di kedai ini ternyata lebih ramah daripada kafe sebelah. Gadis mungil itu duduk di salah satu bangku, tempat ini begitu sepi, hanya ada 3 orang pria kutu buku di bangku pojok dan 1 orang wanita di bangku yang lain.

"Anda ingin pesan apa, nona?" Tanya wanita yang tadi menyambutnya. Nandira melihat-lihat isi menunya.

"Aku..." Nandira berpikir lama. Dia tidak lapar atau haus, tapi karna sekarang sedang berteduh di kedai dia harusnya memesan sesuatu.

"Anda ingin mencoba kopi spesial kedai ini? Kami meraciknya sendiri dengan ditambah air rebusan dari kayu manis." Pelayan tua itu menawarkan.

Nandira tersenyum dan mengangguk, "Ya, kupikir aku ingin itu." Jawabnya.

Pelayan tua itu mengundurkan diri dengan sopan. Nandira pun merasakan dirinya kembali dilingkupi sunyi.

Ditatapnya jendela yang berada di sampingnya, hujan masih lebat. Sepertinya lebih baik dia menenangkan diri dulu di sini.

Ini sudah 2 minggu tepat setelah kejadian dimana Nandira terpuruk lagi. Namun Nandira bisa bangkit dengan cepat dan semakin dewasa.

Setiap malam tanpa absen Nandira selalu menyempatkan diri untuk menghubungi Dad nya. Kabar baik dia terima lusa lalu tentang perkembangan kondisi Dad nya itu, pastinya dari Savana saja. Karna Dad nya masih tidak tahu kalau Nandira mengetahui semuanya.

Satu persatu masalah sudah teratasi. Mulai dari pemulihan perusahaan berkat bantuan keluarga Geovano. Kemudian disusul oleh perkembangan kondisi Dad Nandira. Tentu saja beliau mendapatkan penanganan terbaik.

Yang jadi masalah sekarang adalah tentang masa lalu Nandira itu. Arlan yang entah kenapa Tuhan mempertemukan mereka dengan cara seperti ini.

Pria itu begitu tenang dan... semakin manis. Nandira benci mengakui itu tetapi memang itu kenyataannya.

"Permisi, nona. Ini pesanan anda." Pelayan tua tadi datang dan meletakkam secangkir kopi yang beraroma harum. Nandira langsung merasakan dia haus begitu mencium aroma itu.

"Terimakasih." Kata Nandira tulus sebelum pelayan itu pergi dan menyambut pengunjung lain.

Nandira menyesap kopinya dan dia merasa hangat. Kopi ini benar-benar enak. Tanpa sadar senyuman terukir di bibirnya.

Ternyata sesuatu sederhana mampu membuat beban berkurang...

***

Devon keluar dari restoran mewah tempatnya meeting itu dengan penuh wibawa. Sekarang dia baru sadar diluar sedang hujan. 2 jam terakhir tadi digunakannya untuk memimpin jalannya meeting. Sebuah privat room yang kedam suara itu dipesan untuk meeting nya dengan sebuah perusahaan Jerman.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang